Marah

12 1 0
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasa. Laila yang sesekali menginap di ndalem dan melakukan rutinitasnya. Tak terasa ia sudah lima minggu lebih berada di pesantren ini dan besok adalah hari kepulangannya bersama teman-temannya.

Minggu kemarin di isi oleh serangkaian kegiatan penutup yang diantaranya festival anak Sholeh, Laialatut Ta'aruf wat Tafarruq yang di hadiri oleh ketua PKM, jajaran PDL, jajaran pengasuh pondok pesantren, santri putra dan santri putri, ketua yayasan, tokoh-tokoh masyarakat, seluruh kepala TPQ dan lain sebagainya.

Sekarang Laila dan teman-teman sedang membantu untuk mempersiapkan acara perpisahan mereka yang akan dilaksanakan pada malam nanti. Dan beberapa hari ini juga Laila tidak menyempatkan diri untuk menginap di ndalem karena sibuk untuk mengurus beberapa serangkaian acara.

Malam hari pun tiba dan semua acara berjalan dengan lancar. Kebersamaan mahasiswa KKN di pesantren Baitul Qur'an berakhir yang ditandai dengan penyampaian kenang-kenangan dari Unib yang di sampaikan oleh Bapak Imran Mahfud. Alif Prawidjaya, sebagai ketua kelompok siswa mewakili teman-temannya.

Pagi harinya semua perlengkapan yang perlu di bawa pulang sudah siap. Beberapa koper dan tas besar memenuhi teras depan asrama mahasiswa. Bus sudah ada di depan pesantren sedari subuh.

Sebelum pergi, beberapa santriwati melakukan cipika-cipiki kepada mahasiswa perempuan termasuk Ismi yang menjadi kerumunan para santriwati karena dia orangnya sangat ramah dan juga sering menjahili para santri.

Mereka semua tak lupa untuk berpamitan kepada jajaran pengasuh pondok pesantren. Laila bisa melihat tatapan Gus Ghazi kepadanya. Entah mengapa ia rindu dengan pria dingin itu.

Setelah semua merasa siap para mahasiswa mulai masuk ke dalam bus satu persatu. Laila melambaikan tangannya saat akan memasuki bus dan para santri putra dan santri putri membalas lambaian tangan Laila dengan penuh haru.

Bus membunyikan klaksonnya dan melaju meninggalkan area pondok pesantren Baitul Qur'an.

~~~

Setelah Laila kembali ke rumahnya, hari-hari berjalan seperti biasa. Untuk sementara waktu, Gus Ghazi harus menahan rindu dengan sang istri karena waktu ini sibuk-sibuknya Laila untuk mengurus syarat kelulusannya nanti. Ia harus menyelesaikan seluruh mata kuliahnya. Jarak pondok pesantren dari kampusnya teramat jauh, jadinya untuk sekarang ini kedua pasutri tersebut tak tinggal bersama.

Tapi sekali-kali Gus Ghazi menyempatkan diri untuk mengunjungi sang istri. Contohnya pada hari ini, Gus Ghazi sedang berada di rumah kedua orang tua Laila, dia sedang berada di kamar sang istri, lebih tepatnya dia tengah berbaring santai di atas kasur sambil bermain game di ponselnya. Di sampingnya ada Laila yang tengah berkutat dengan laptopnya sedang mengerjakan tugas.

"Gus."

"Hm."

"Kok Gus kesini?" tanya Laila sambil fokus ke depan laptop.

"Emang nggak boleh ya," jawab Gus Ghazi dengan nada juteknya.

"Enggak gitu, ya aku cuma kasian aja Gus jauh-jauh dari sana dateng kesini cuma buat baring doang lalu pulang lagi."

"Emang aku harus bikin apa?"

"Nggak tau, saya cuma nggak mau kalo Gus capek nyetir jauh."

"...."

"Gus."

"Hm."

"Kok jawabnya hm mulu sih." Gus Ghazi terkekeh pelan melihat Laila yang cemberut menatapnya.

"Emang harus jawab apa,hm?" Gus Ghazi menoleh ke samping dan menatap Laila dengan lembut.

"Iya kek, apa kek gitu cuek banget sama istri sendiri." Laila mencibir kesal sendiri dengan Gus Ghazi.

The Light Of My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang