Jatuh

17 6 2
                                    

Hari ini semua rombongan KKN di pesantren Baitul Qur'an keluar dari kawasan pesantren untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar kawasan pesantren. Program KKN di pondok pesantren Baitul Qur'an berjalan dua arah, satu arah ke dalam (inside) dan satu arah ke luar (outside). Adapun inside menyasar civitas akademika di dalam pesantren dan outside  menyasar ke masyarakat sekitar area pesantren.

Laila dan beberapa teman yang keluar jalan-jalan mampir di sebuah kedai kopi yang ada di sana. Laila memesan vanilla latte dan memesan beberapa cemilan pelengkap.

Lebih dari satu jam mereka di sana, sampai salah satu dari mereka melihat jam di layar ponselnya sudah menunjukkan pukul setengah tiga. Mereka memutuskan untuk segera pulang karena sudah ingin memasuki waktu shalat ashar.

Saat di tengah perjalanan pulang menuju pesantren, Ismi seketika mempunyai ide cemerlang. Ismi membisikkan sesuatu kepada Lea yang nampaknya mengangguk setuju, kemudian Lea kembali membisikkan apa yang di dengar dari Ismi kepada teman yang lain. Hanya Laila yang tidak di bisik oleh Lea karena ia tengah fokus memainkan ponselnya sambil berjalan.

Ternyata mereka semua sedang merencanakan sesuatu tanpa di ketahui oleh Laila.

"Nanti kalo aku udah ngitung sampai tiga, kalian semua lari yah," ucap Ismi pelan-pelan agar tak di dengar Laila yang agak jauh dari mereka, karena ia berjalan lambat.

"Oke," sahut salah satu dari mereka.

"Aku mulai yah, satu..., dua..., t-tiga, lariii." Mereka semua berlari sekencang mungkin meninggalkan Laila yang sedang terdiam melihat mereka berlari terbirit-birit.

"Laila di belakang kamu ada anjing," pekik Lea yang sedang pura-pura panik dan hanya membohongi Laila.

Mendengar itu Laila segera berlari menyusul temannya tanpa menoleh ke belakang memastikan apa yang di katakan Lea.

Laila berlari tanpa melihat di depannya ada batu kerikil tajam yang bertebaran di pinggir jalan. Laila menginjaknya dan langsung terjatuh dengan sangat keras.

Bruk...

"Awh..., sakittt," ringisnya sambil memegangi kedua kakinya yang lecet dan mengeluarkan darah segar mengotori baju gamis yang di pakainya.

Tepat di samping Laila ada sebuah mobil sedan putih berhenti. Pintu mobil terbuka menunjukkan Gus Ghazi yang lengkap dengan busana muslimnya keluar dari mobil dengan wajah cemas.

"Astaghfirullah, kamu nggak papa kan Laila?"

Laila mendongak ke atas melihat kedatangan Gus Ghazi yang tiba-tiba.

"Ini, kaki aku sakit," ucapnya sambil memegangi kakinya yang lecet.

"Kamu lihat hantu lagi?"

Laila menggeleng, "aku nggak lihat hantu, mana ada hantu sore-sore gini," celetuknya dengan kening berkerut menatap Gus Ghazi yang juga menatapnya.

"Yah udah, kamu masuk ke mobil saya aja, itu lukanya nanti kamu obati di rumah," ucapnya kemudian berlalu dan membuka pintu mobil di bagian jok belakang untuk Laila.

Dengan sekuat tenaga, Laila berdiri dan berjalan pincang memasuki mobil Gus Ghazi.

"Makasih ya Gus." Gus Ghazi hanya menganggukkan kepalanya pelan dan menutup kembali pintu mobil.

"Tadi kamu kenapa lari-lari?" tanya Gus Ghazi yang sedang fokus menyetir.

"Hm, tadi aku jalan-jalan sama temen terus temen aku langsung pada lari, katanya di belakang aku ada anjing."

"Temen kamu mungkin lagi jahil kali, aku liat dari tadi nggak ada anjing tuh."

"Huh, dasar yah tuh anak peang, kaki aku jadinya lecet deh," gerutunya dengan mulut cemberut.

The Light Of My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang