Ijab qobul

20 5 0
                                    

Tak terasa sudah dua minggu setelah lamaran berlangsung dan dalam hitungan jam lagi Gali akan mempersunting wanita yang dicintainya. Sekarang semua keluarga sudah siap, tinggal menunggu Laila yang sedang bersiap-siap di kamarnya.

"Laila kamu udah siap?" tanya sang bunda yang berada di ambang pintu.

Laila yang tengah menatap pantulan dirinya di cermin menoleh ke arah bundanya dan tersenyum, "Bentar bun, Laila mau lihat wajah laila yang cantik ini dulu."

Bunda Fira hanya menggelengkan kepalanya pelan,"Yah udah, kalo gitu bunda bilang ke ayah supaya nggak usah tunggu kamu, kamu berangkat sendiri aja." Ujar Bunda Fira kemudian berbalik badan meninggalkan Laila yang tengah terdiam.

"Aaa bunda, yah udah bentar, aku ambil tas dulu," teriak Laila dan mengambil tas nya buru-buru.

"Lama banget sih, kamu ngapain aja di dalam?" tanya Gali sambil mengerutkan keningnya.

"Hehe, cuma dandan doang kok," sanggah Laila sambil menggaruk tengkuknya.

"Yah udah, sekarang kita langsung berangkat aja," ujar Ayah Kinan.

Sepanjang perjalanan, Laila hanya terus memandangi jalanan ibu kota sambil mendengarkan alunan lagu dari earphone nya. Sedangkan Gali tengah gugup karena sebentar lagi ia akan mengucapkan ijab qobul di depan semua keluarganya dan keluarga dari calon istrinya.

Mobil pun sampai di tempat tujuan dengan selamat. Mobil masuk ke dalam kawasan pesantren dan di sambut meriah oleh para santri yang bertugas untuk menyambut calon mempelai pria. Laila yang baru tahu jika calon kakak iparnya adalah anak dari pemilik pesantren pun semakin terkagum-kagum.

Mata laila tak henti-hentinya menatap para santri laki-laki yang berjejeran di pinggir sana menyambut kedatangannya.

"Bismillahirrahmanirrahim, saudara Gali Al Akbar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya, Khadijah Fathunnisa Azzuheiry binti Muhammad Khoyri Azzuheiry, dengan mas kawin emas 70 gram dan uang sebesar 160 juta rupiah, dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Khadijah Fathunnisa Azzuheiry binti Muhammad Khoyri Azzuheiry dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" ucap Gali dengan lantang dan wajah yang terlihat serius.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah."

Laila tak henti-hentinya mengukir senyum di wajahnya saat ini. Ia sangat bahagia plus terharu melihat kakaknya yang mengucapkan ijab qobul dengan lantang dan lancar. Laila sampai meneteskan air mata bahagia untuk kakaknya yang hari ini resmi menjadi seorang suami.

Khadijah pun keluar dari kamar ditemani oleh ibundanya dan dan dua adik sepupunya. Khadijah dipersilahkan duduk disamping Gali, dengan tangan yang bergetar, Khadijah mengambil tangan suaminya dan mengecup punggung tangan Gali dengan lembut. Gali kemudian meletakkan tangannya di ubun-ubun istrinya dan melafalkan doa pernikahan, setelah itu dengan jantung yang berdegup kencang, Gali berusaha untuk menghalau debaran jantungnya dan mengecup dahi istrinya dengan penuh kehangatan.

Laila yang melihat pemandangan itu pun langsung memotret keduanya memakai kamera miliknya.

Cekrek... cekrek...

Laila melihat beberapa foto yang diambilnya di kameranya.

Deg...

Laila kembali menajamkan penglihatannya saat tak sengaja melihat pria yang ia kenali tak sengaja masuk dalam hasil jepretannya. Laila mendongak lagi mencari-cari keberadaan pria yang ada di kameranya tersebut dengan kening yang berkerut.

Deg...

Apa yang di carinya pun ia dapatkan, mata Laila dan mata pria itu tak sengaja bertemu. Laila merasa aneh dengan jantungnya sendiri. Ada desiran aneh yang berdegup kencang di dalam jantungnya. Segera ia mengucap istighfar dalam hati dan mengalihkan pandanganya menatap ke arah lain.

Sementara itu, Ghazi tengah mengucap istighfar berulangkali karena ia tak sengaja bertatapan dengan yang bukan mahramnya. Jantung berdegup kencang bersamaan dengan hatinya yang terus bertanya-tanya, kenapa ada perempuan itu di sini?.

Sama seperti Ghazi, Laila juga bingung mengapa Ghazi juga ada di sini bersamanya. Apakah Ghazi adalah keluarga kakak iparnya atau bahkan adiknya.

Setelah ijab qobul kedua mempelai pun dipersilahkan untuk menuju ke pelaminan. Setelah semua rangkaian acara selesai keluarga Gali dan keluarga Khadijah pada berkumpul di ruang tamu untuk saling berbincang bincang.

Tampak di sana Laila yang hanya duduk manis di samping ibundanya dengan mulut yang tertutup rapat, ia tak pernah bersuara ia hanya sesekali tertawa jika ada yang membahas sesuatu yang lucu menurutnya.

Keluarga Khadijah sangat baik dan ramah kepadanya dan ia bisa melihat jika kedua orang tua kakak iparnya itu orangnya tulus dan ramah.

Laila tak henti-hentinya menggerakkan kedua matanya menyusuri sudut rumah kakak iparnya. Ia sedang mencari pria yang tak lain adalah Ghazi yang dilihatnya tadi. Ia sangat penasaran, mengapa pria itu bisa ada di sini.

"Kamu kenapa?" tanya Bunda Fira yang bingung melihat tingkah putrinya.

"Hehe, nggak kok bunda, aku lagi cari seseorang aja, tadi aku nggak sengaja liat dia di sini."

"Temen kamu?"

"Bukan temen sih, tapi kenal doang."

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Laila dan keluarganya pun pamit pulang, sebelum pulang Bunda Fira dan Bunda Rena saling cipika-cipiki dulu, laila juga menyalami tangan Bunda Rena dan keluarga Khadijah yang lainnya. Gali tak ikut pulang bersama mereka, karena ia harus bermalam di rumah mempelai perempuan dulu.

Dua jam lebih waktu perjalanan, akhirnya mobil pun sampai dengan selamat. Laila langsung turun dan masuk menuju ke kamarnya untuk membersihkan dirinya yang merasa sangat lelah karena seharian berada di rumah kakak iparnya.

Setelah mandi, Laila kemudian mengambil kamera dari dalam tasnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Laila tampak mengamati foto Ghazi yang tengah tersenyum manis menatap kedua mempelai.

Entah mengapa saat melihat foto Ghazi, ada desiran aneh di dada Laila yang membuat dirinya jadi salah tingkah sendiri saat mengingat dirinya yang tak sengaja bertatap mata dengan Ghazi.

Laila jadi senyum-senyum sendiri di dalam kamarnya sambil menghentakkan hentakkan kedua kakinya di atas kasur membuat seprai kasurnya jadi berantakan. Bunda Fira yang berada di ambang pintu, terkejut melihat kasur laila yang berantakan.

"Kamu abis ngapain, kok kasurnya berantakan gini?"

"Enggak kok bunda, Laila cuma guling-guling aja tadi," balasnya sambil menyunggingkan senyum manis menatap sang bunda yang sedang berkacak pinggang.

"Kamu nih ada-ada aja, yah udah, ayo turun dulu kita makan malam bareng."

Laila kemudian membereskan kasurnya dan beranjak turun menuju ke dapur.








🌷

See you guys

The Light Of My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang