Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa Laila telah wisuda dan telah menyandang gelar sarjana ilmu ekonomi (S.E). Laila dan Ghazi juga telah melakukan acara resepsi pernikahannya seminggu setelah wisuda.
Dan saat ini Laila tak tinggal lagi dengan kedua orang tuanya, karena ia tak harus lagi pergi berkuliah. Ia dan Ghazi sekarang tinggal di sebuah perumahan minimalis yang dekat dengan kampus tempat Ghazi mengajar dan jarak rumah itu tak terlalu jauh dari pesantren.
Hari-hari Laila hanya dipenuhi dengan membaca novel atau mencoba resep masakan baru. Walau ia sering bosan karena hanya berada di dalam rumah seharian, tapi ia ingin mencoba hal baru agar waktunya tak berjalan sia-sia.
Karena hari sudah sore, Laila mencoba mencari angin dengan keluar menyiram tanaman yang baru di bawanya dari rumah kedua orangtuanya. Ia menata beberapa tanaman hias, kemudian ia kembali ke teras seraya duduk menunggu Ghazi pulang dari kerja.
Bunyi deru mesin mobil membuat Laila menoleh ke seberang rumah. Pintu mobil itu terbuka dan menampilkan sesosok pria memakai Hoodie hitam turun dari mobil sambil menenteng sebuah tas ransel. Laila mengenali pria itu, ia mengerutkan keningnya dan berjalan mendekati pagar pembatas.
"Andra," panggil Laila membuat Andra menoleh dan membulatkan matanya.
"Laila." Andra berjalan dan tersenyum manis pada Laila yang juga tengah membalas senyumannya.
"Kok kamu bisa disini?" tanya Laila.
"Aku tinggal disini, udah mau dua tahun," kata Andra masih tak percaya jika Laila ada di hadapannya.
"Sendirian?" tanya Laila lagi.
"Sama siapa lagi, niatnya sih kalo aku beneran nikahin kamu, ya kita bakal tinggal disini, tapi ya... takdir berkata lain," ujar Andra mencoba untuk mengikhlaskan semuanya.
Laila terkekeh pelan, "Selamat ya sekarang kita jadi tetanggaan, aku tinggal disini sama suami sekarang."
Andra mengangguk pelan. "Ya udah kalo gitu aku masuk dulu yah, sampai ketemu besok."
"Iya," balas Laila sambil menampilkan senyuman khasnya.
Andra berjalan menuju pintu dan melambaikan tangannya dan masuk ke dalam, Laila pun membalas lambaian Andra dan ikut masuk ke dalam rumah bertepatan dengan kemunculan Ghazi. Laila menoleh dan mendapati Ghazi yang baru turun dari mobil dengan wajah super dinginnya. Jangankan tersenyum kepada Laila, menoleh saja tidak.
Melihat Ghazi langsung masuk begitu saja dan tak menghiraukan keberadaannya membuat Laila mendengus kesal.
"Kenapa lagi sih dia" Laila membatin, kemudian mengekori Ghazi.
Setelah shalat isya di masjid, Ghazi pulang ke rumah dan mendapati tetangganya yaitu Andra juga baru pulang dari masjid. Ghazi memilih untuk tak menghiraukan keberadaan Andra dan masuk ke dalam rumah. Andra mengetahui keberadaan Ghazi yang tampak acuh dengannya.
"Ck, dingin banget sih, heran?, kenapa Laila sukanya modelan kaya gitu," gumam Andra.
Laila tengah duduk di balkon kamarnya sambil termenung, entah apa yang ia pikirkan sekarang. Ghazi melihat Laila pun tampak tak menghiraukannya. Ia memilih untuk tidur lebih dulu.
Laila menghembuskan nafasnya dan menoleh ke belakang melihat Ghazi yang sudah terlelap. Ia rasa Ghazi tengah marah padanya.
Laila ikut merebahkan tubuhnya di samping Ghazi yang sudah tidur. Laila menoleh sebentar ke arah Ghazi dan sedetik kemudian, Ghazi berbicara memecah keheningan malam.
"Kenapa laki-laki itu ada disini?" tanya Ghazi yang seakan mengintimidasi Laila.
"Dia tinggal disini, udah hampir dua tahun," jawab Laila, ia sudah tau laki-laki mana yang dimaksud Ghazi.
"Kamu jangan terlalu dekat sama dia, aku nggak suka."
"Iya, aku tau kok mana yang baik dan buruk, mas tenang aja aku nggak bakal dekat-dekat sama dia."
"Bukan sama dia aja, yang bukan muhrim kamu juga jangan kamu deketin."
"Iya mas, tadi aku cuma sekedar sapa aja, lagipula aku baru tau kalo dia tinggal disini."
Setelah mengatakan itu keduanya tak berbicara apapun lagi. Laila menoleh kembali dan melihat Ghazi yang sudah memejamkan matanya.
~~~
Saat Ghazi ingin berangkat menuju kampus, Laila juga bisa melihat Andra yang sedang menghidupkan mesin mobilnya.
Laila tampak kikuk saat Andra menyapanya. Laila hanya tersenyum kecil dan membalas sapaannya. Laila menyalami tangan Ghazi dan setelah itu ia segera masuk ke dalam rumah.Hari ini Laila ingin berkunjung ke rumah kedua orangtuanya, ia memilih memakai taksi online.
Sesampainya di sana, ia disambut oleh sang bunda yang tampak sangat rindu dengan Laila. Laila sangat rindu dengan kedua orangtuanya dan suasana rumahnya, rasanya ia masih belum rela untuk berpisah dengan kedua orangtuanya.
Sore harinya, Ghazi datang menjemput Laila. Sebelum pulang, Bunda menyarankan untuk makan malam dulu. Setelah makan malam selesai, kedua pasutri itu segera berpamitan dan pulang ke rumah.
Saat di tengah perjalanan, Ghazi mampir sebentar di sebuah toko untuk mengambil pesanannya. Laila tak ikut turun karena mager.
Ting
Bunyi notifikasi pesan masuk terdengar dan membuat Laila menoleh ke bawah melihat ponsel Ghazi. Ia bisa melihat ada nomor tak dikenal sedang mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Ghazi. Laila penasaran dan akhirnya dia memutuskan untuk membuka ponsel Ghazi. Ponselnya tak memiliki kata sandi, jadi cukup mudah bagi Laila membukanya.
Saat membuka isi pesan tersebut Laila terkesiap melihat cara orang tak dikenal itu mengirimkan pesan kepada suaminya. Intinya orang itu adalah wanita karena Laila melihat Foto profilnya adalah seorang wanita yang sedang mengambil pose.
"Cantik sih, tapi sayang centil sama suami orang," cicit Laila sambil terus melihat beberapa pesan yang masuk.
Laila menggeram kesal saat membaca pesan dari wanita itu. Wanita itu terlihat tertarik dengan Ghazi, ia mencoba untuk sok puitis dan mengeluarkan kata-kata manisnya membuat Laila jadi geli sendiri.
Sedetik kemudian, Ghazi membuka pintu mobil dan membuat Laila terkesiap. Laila tak menyadari jika Ghazi sudah keluar dari toko itu. Ghazi mengerutkan dahinya.
"Kenapa buka ponsel aku?"
"Baca aja sendiri," ketus Laila sambil menghempaskan ponsel itu di paha Ghazi.
Setelah membaca isi pesan tersebut, Ghazi segera memblokir nomor wanita itu dan mematikan ponselnya. Ia menoleh ke arah Laila yang tampak cemberut.
"Jangan marah, dia memang sering gonta-ganti nomor supaya bisa chat nomor aku," kata Ghazi.
"Kamu tenang aja, aku nggak bakalan tergoda sama perempuan modelan kayak gitu." Mendengar itu, Laila menoleh dan menatap lekat lekat wajah Ghazi, mencoba untuk mencari kebohongan di sana, tapi yang ia dapatkan hanya sebuah sorot mata tulus yang mampu menenggelamkan jiwa dalam tatapan itu.
Dag dig dug....
Laila kembali menatap ke arah depan dan menghiraukan tatapan Ghazi. Ia mencoba menghalau rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya. Ia menarik nafas pelan dan menghembuskannya.
"Iya, aku percaya sama Mas," sahut Laila dan membuat Ghazi tersenyum manis sambil mengacak pelan puncak kepala Laila yang tertutupi hijab. Jantung Laila jadi tidak aman sekarang setelah diperlakukan seperti itu oleh Ghazi. Rasanya ia bisa mendengar betapa lantangnya detak jantungnya berdegup.
JANLUP VOTE YA😄

KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of My Life
RandomMenikah dengan orang yang tak kita cintai dan tak kita kenali adalah suatu tindakan yang sangat berat. Dimana kita harus menyerahkan mahkota kita seutuhnya pada pria yang tak kita cintai dan sayangi. Itulah yang harus di hadapi dan di rasakan oleh A...