BAB 49

43.6K 2.9K 74
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

"K-keira!" Suara dari belakang itu membuat Keira terkejut hingga kening nya yang semula ia letakkan menempel ke brankar Gabriel, langsung terangkat tegak bersamaan dengan tubuh nya juga.

"Keira, Gabriel gapapa, kan?" tanya Grace khawatir memandangi putra nya yang masih tak sadarkan diri.

"Gapapa, tan. Kata dokter, luka nya cuma di kepala. Terus, 3 jam lagi sadar," jelas Keira.

Grace menganggukkan kepala nya mengerti, "Makasih Kei, udah nemenin Gabriel," ucap Grace.

Keira mengangguk sebagai respon.

Tangan Grace meraih tangan putra nya, mengusap nya dengan raut yang terlihat sedih. Sang suami menyentuh bahu si istri, menenangkan.

"Kenapa bisa kecelakaan, sih?.." lirih Grace menatap putra satu - satunya.

"Grace.. Gabriel gapapa," ujar Andrian. "Tapi, kenapa bisa sampai kecelakaan gini coba?" balas Grace lirih, sedih melihat putra nya berbaring begini dengan mata terpejam.

Keira menatap iba Grace, tapi pikiran nya juga bertanya - tanya. Mengapa Gabriel bisa kecelakaan? Bukan kah, katanya, ia sedang berada di tempat les piano nya terakhir kali?

Drtt.. Drtt... Drtt..

Ponsel Keira bergetar. "Saya keluar dulu ya, tan. Mau angkat telfon," izin Keira berjalan keluar ruangan.

Itu telfon dari Kenan. Menanyakan keberadaan Keira saat ini yang masih tak ada di rumah. Kenan tak bekerja hari ini, karena ternyata bos nya sakit.

Lantas, Keira menjelaskan tentang keberadaan nya di rumah sakit menemani Gabriel.

"Kamu gapapa di sini, Kei? Nanti keluarga kamu nyariin," tanya Grace.

"Gapapa, tadi udah ngasih tau mereka," jawab Keira. Grace mengusap kepala Keira, "Emang ga salah El nyari cewek kayak kamu. Pinter dia."

'Sebenernya, saya sama Gabriel ga pacaran, tan.' Ingin menjawab demikian, namun tak mungkin. Jadi, Keira hanya tersenyum kikuk mendengarnya.

Gabriel belum juga sadar. Waktu berjalan lambat bagi Keira. Padahal, ini sudah tiga jam. Kata dokter, Gabriel akan bangun tiga jam kemudian, tapi, kenapa sampai saat ini belum bangun juga?

Keira melirik Grace yang sudah tertidur di sofa. Sedangkan, Andrian tadi kembali ke perusahaan nya karena ada rapat.

"Eugh.." Suara lenguhan terdengar. Keira sontak menolehkan kepala nya ke si asal suara. Senyum nya mengembang ketika mata terpejam itu akhirnya terbuka secara perlahan.

Gabriel menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retina mata nya. Tenggorokan nya terasa kering, kepala nya juga sedikit nyeri. "A-air.." gumam nya dengan suara serak.

Keira mengerjap pelan, lalu mengambilkan botol minuman di nakas sebelah brankar. Membantu pria itu minum dengan sedotan.

Setelahnya, Keira kembali meletakkan botol ke tempat semula. Gabriel menyentuh perban di kepala nya, lalu menatap ke Keira. "K-keira?" Suara nya terdengar masih pelan.

"Hah? Kenapa?" respon Keira.

"Lo.. di sini? Bukan nya, lo mau ke rumah Mina?" tanya pria itu, sedikit kaget.

"Iya, tapi tiba - tiba gue di telfon pake hp lo sama orang lain, katanya lo kecelakaan," jelas Keira singkat. Tangan nya ia lipat di depan dada, melirik Grace memastikan wanita itu masih tidur, sebelum ia kembali bicara, "So... Gimana kronologi nya? Kenapa bisa sampai kecelakaan? Katanya lo lagi les, kan?" tanya Keira beruntun, meminta penjelasan.

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang