02. Help Me Please

215 24 22
                                    

*Khaotung's POV*

Setelah ku kembalikan Neo ke rumahnya, aku ingin membeli sesuatu dulu sebelum ke rumah sakit dan bertemu dgn atasanku yg tidak kalah gilanya dgn pasien pasienku. Pasti butuh banyak nutrisi untuk menghadapi om om gila itu.

Sekarang aku mengerti kenapa banyak orang yg membenci hari senin. Lihat saja, Baru beberapa menit yg lalu aku melewati jalanan ini, dan sekarang jalan ini sudah di tutup saja.

Ku toleh kanan kiri mencari jalan alternatif agar aku tidak harus memutar jalan yg lebih jauh lagi.

"Ehm.. Ah itu dia, mungkin aku bisa lewat sana. Semoga sja"

Ku injak pedal gas perlahan, ku atur agar mobil ini melaju sepelan mungkin. Kalian tau? mobil ini adalah wujud  pertama dari hasil kerja kerasku. Dan gang ini sungguh sangat sempit, aku tidak ingin mobil kesayangan ku ini tergores sedikit saja.

“shit”

Ada apa dgn hari ini. Apa hari ini adalah hari sial sedunia? Entahlah apa yg di injak oleh ban mobil ini.

"Aarrgghh kempes"

Baiklah.. Sekarang ban belakang mobilku kempes di saat yg tidak tepat, di tempat yg tidak ku kenal. Ini bukan tempat pemakaman umum kan? kenapa sepi sekali? Hanya ada satu rumah tua yg berdiri disini. Dan mungkin aku bisa memperoleh pertolongan.

Tenanglah Khao ini hanya rumah tua, bukan sesuatu yg perlu kau takutkan.

Tapi jujur saja aku mulai merinding ketika menginjak satu anak tangga rumah ini. Di tambah lagi rumah ini tampak sangat.. Horor. Bulu kudukku pun juga mendadak menari nari, detak jantungku merayap naik menyesakanku. Oh Tuhan.. Ini tidak akan berakhir seperti film film yg mencekam itu kan?
Okay.. otakku mulai ikit menakut nakutiku sekarang!

 otakku mulai ikit menakut nakutiku sekarang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Author's POV*

Dan akhirnya sampai lah Khaotung didepan rumah tua itu. Kakinya sedikit bergetar takut. Pintu besar nan tinggi menambah kesan horor bagi siapapun yg melihatnya. Sepertinya rumah ini sudah berdiri sejak zaman penjajahan.

Dgn tarikan nafas yg berulang ulang, dgn membulatkan tekad yg tidak karuan, Khaotung mulai mengangkat tangannya ke arah pintu.

"Ayolah Khao, kau bukan penakut."

Tepat ketika tangan Khaotung hampir menyentuh pintu mengerikan itu, tiba tiba..

"Aaaaaaaahhhh"

Sesosok pria berjaket hitam serta topi yg menutup hampir setengah wajahnya berdiri tepat di hadapannya ketika pintu terbuka. Khaotung memegangi jantungnya yg hampir lepas.

"Ap..apa..apa kau.. Kau pemilik rumah ini?"

Tanpa berani melirik wajah pria itu, Khaotung mempertanyakan sesuatu yg sebenarnya tidak perlu untuk di tanyakan.

"Pergi lah.. Aku tidak akan membantumu"

Bahkan Khaotung belum menjelaskan apapun tapi pria itu sudah mengerti keinginan pria yg sedang mengalami rasa takut berlebihan itu.

(Don't) Leave Me - FirstKhaotung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang