01. Inilah Aku

300 26 12
                                    

(sedikit informasi kalau buku ini memiliki 3 POV, yaitu First POV, Khaotung POV, dan penulis POV. POV akan berganti ganti untuk menyesuaikan jalan cerita.)

*Khaotung's POV*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Khaotung's POV*

Apa yg salah menjadi seseorang yg terlahir di dalam keluarga broken home?
Apa yg salah ketika kita memilih jalan kita sendiri?
Ini aku dan hidupku, orang lain tidak berhak mengatur ku. Aku sudah terbiasa menjalani verita hidup yg tidak seindah milik orang lain.

Kedua orang tua ku bercerai dgn alasan sudah tidak bisa bersama lagi. Ya terserah, anggap saja aku tidak tau apa yg sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.

Ku rapikan pakaian ku dgn cepat, ponsel ku sudah berdering 3 kali sepagi ini. Mereka orang orang yg tidak sabaran. Tidak bisakah mereka membiarkanku menikmati roti lapisku dgn tenang pagi ini?

"Yaa?"

Ku himpit ponsel dgn bahuku agar menempel pada telingaku, sementara kedua tanganku menyatuh dgn stir bundar agar mobil ku tetap berada di jalan yg benar.

"10 menit lagi aku sampai... Yah aku tau... Aku masih menyetir sekarang... Tunggu sebentar lagi"

Ini masih pukul 7 pagi lewat 10 menit dan sahabatku itu sudah mengomeli ku, lagi pula aku baru mulai melayani pasienku pukul 8 pagi. Masih ada waktu satu jam lagi untuk bersantai, bukan begitu?
.
.
.

"Dari mana saja kau... Orang yg ingin berkonsultasi dgn mu sudah menunggu di rumahnya sejak pagi tadi"

"Kita sudah membuat janji pukul 8 kan? Ini masih pukul 7, jadi berhenti mengomeli ku"

Neo... Sahabat ku yg akan lebih panik setiap harus menemani ku bertemu dgn orang orang yg bisa di bilang memiliki kelainan jiwa, tapi mereka tidak gila. Neo selalu mendampingi ku bertemu dgn orang orang itu. Dia bilang dia harus menemani ku karena takut aku akan kenapa kenapa ketika pasien ku mulai bertingkah konyol. Dia teman yg baik bukan?
.
.
.

Aku mulai mengajak berbicara pasien ku pagi ini. Namanya Jasmin... Perempuan cantik yg baru berusia 21 tahun. Hanya dgn tanya jawab dgn Jasmin itu sudah cukup membuat ku menyimpulkan apa yg terjadi dgn orang ini.

"Setelah kebakaran mobil ku bulan lalu...Aku selalu merasakan ketakutan ketika melihat api, nyalanya sangat mengerikan. Dia menghancurkan semuanya, menbakar habis sampai tak tersisa. Aku sangat takut, mereka selalu mengintai ku"

Ku ambil lilin kecil dan sebuah korek dari dalam tas ku.

"Apa yg ingin kau lakukan?"

"Hanya menyalakannya, aku ingin tau seberapa takut dirimu dgn api."

Aku mulai memposisikan korek di tanganku agar bisa menyalakannya, Jasmin mulai cemas dan panik, beruntung Neo memeganginya kalau tidak mungkin dia sudah lari dari sini. Gadis yg malang, karena hampir terbunuh di dalam mobil yg tiba-tiba terbakar, kini mentalnya pun ikut terbakar.

"Tidak, jangan lakukan itu"

Tidak peduli dgn permintaannya, aku tetap melanjutkan apa yg aku lakukan. Dan...

BYURR....

"Kau..."

Bajuku bercampur dgn air jeruk sekarang. Aku baru membelinya minggu lalu dan kini pakaianku sudah menyatu dgn bau jeruk.

Belum ada satu detik api itu menyala, dia sudah menyiram ku. Dia pasti akan menceburkan ku ke dalam kolam kalau api itu menyala lebih lama lagi.

"Sudah ku bilang jangan lakukan itu"

Huft... Sabar Khao, dia perlu bantuanmu. Ku usap dgn tissue bajuku yg terkena siramannya. Ku biarkan Jasmin lebih tenang dulu sebelum dia memandikanku dgn air jeruk lagi.

"Maaf kan aku, aku tidak bermaksud membuatmu basah"

Aku tersenyum padanya, slalu saja aku menjadi korban dari pasien ku. Tidak apa, setiap pekerjaan memang slalu memiliki resikonya.

"Apa kamu ingin sembuh, yah meskipun tidak secepat itu"

"Tentu saja, bantu aku"

"Tentu saja, bantu aku"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*First's POV*

10 tahun hanya dalam kesendirian, di perlakukan seperti orang hina, nurani ku sudah seperti mati rasa... Tidak bisa merasakan sakit hati apalagi bahagia.

Semua orang menjauh dariku, terutama mereka yg mengenalku sejak kecil. Aku slalu tersingkirkan oleh orang orang yg tidak menganggap keberadaan ku di dekat mereka. Bahkan aku tidak pernah sedikit pun menyentuh mereka, tapi kenapa seakan takut dgn adanya diriku di dekat mereka.

Kebanyakan orang akan lebih memilih untuk memutar jalan yg lebih jauh daripada harus melewati jalan depan rumahku. Mereka ketakutan, aku tidak tau kenapa. Rumahku bukan tempat pemakaman umum yg menyeramkan. Hanya sekedar rumah tua yg kini aku tinggali sendirian.

Orang tua ku pergi entah kemana, aku pernah dengar ayah dan ibuku berkata bahwa mereka malu memiliki aku sebagai putra mereka, itu sebabnya mereka meninggalkanku. Aku juga memiliki seorang kakak perempuan, tapi aku tidak ingin membahas tentang kakak ku. Terlalu menyakitkan.

"Aku senang kalian tidak bersamaku"

Hanya foto keluarga ini lah yg menjadi teman ku untuk berbicara dari waktu ke waktu.
Setiap hari kuhabiskan hari hariku dgn menatap aktivitas kosong di luar rumahku. Tidak ada orang memang di luar sana, tapi kucing liar sering mampir kemari.

Aku sering memberi mereka makan, tapi mereka slalu mengganggu ku dgn suaranya setiap malam. Dan esok harinya kucing kucing lucu itu tidak pernah terlihat dan terdengar suaranya lagi.

Hanya 2 atau 3 kali dalam seminggu aku akan keluar rumah karena aku juga butuh makan. Aku iri dgn mereka yg masih bisa mendapat ilmu pendidikan, sekolahku terhenti sejak kelas 2 SMP, mungkin hal itu yg membuat mereka slalu memandang rendah diriku. Aku hanya orang aneh yg tidak berpendidikan.

Aku benci orang orang yg mencibir dibelakangku. Kenapa mereka tidak menghina di depan wajah ku saja!

Aku slalu berusaha berbuat baik kepada mereka, tapi mereka tidak berusaha bersikap baik juga padaku.

(Don't) Leave Me - FirstKhaotung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang