15. Menderita Sampai Sembuh

171 26 8
                                    

Khaotung meremat kuat rambutnya, kepalanya panas hampir meledak. Semalaman Khaotung membolak balik berkas rekam medis milik Namtan mulai dari tahun pertama wanita itu masuk ke rumah sakit. Sebenarnya tidak ada yg aneh, hanya saja itu sedikit mencurigakan bagi Khaotung.

Dari yg Khaotung lihat riwayat kesehatan mental Namtan dari tahun ketahun tidak ada yg salah. Namun seingat Khaotung, ada waktu dimana Namtan mengalami gangguan panik yg cukup parah dan mendapatkan obat obatan dgn dosis lebih tinggi dari sebelumnya. Tapi tidak ada apapun yg tertulis didalam berkas kesehatan milik Namtan. Disana hanya tertulis aktivitas dan jenis obat yg sama disetiap laporannya. Seakan rekam medis tersebut dilaporkan hanya untuk formalitas rumah sakit saja.

Berjalan gontai dgn segelas kopi kedua yg dia minum di pagi yg belum terlalu cerah, Khaotung menyusuri lorong rumah sakit dgn pikiran yg tidak pasti.

Apa yg sebenarnya terjadi?
Ada apa dgn semua kejanggalan ini?
Dan juga kemana perginya orang tua First dan Namtan?
Juga bagaimana bisa Namtan berakhir melukai First kemarin, bukankah dia menyayangi adiknya?

"Pergi."

Segala pertanyaan yg mengitari kepala Khaotung tiba-tiba berlari menjauh ketika mendengar teriakan First dari dalam ruangan tempat dia dirawat. Khaotung belum sempat menemui First lagi setelah kejadian itu. Harusnya dia menemui First lebih cepat, bukan malah menyiksa dirinya dgn mencari tau tentang keluarga mereka.

"Ada apa?"

Khaotung meletakkan gelas kopinya, tiga orang perawat berdiri agak jauh dari ranjang First. Raut wajah kesal dan frustasi terlihat jelas pada wajah mereka. Bahkan satu diantaranya memilih untuk pergi ketika Khaotung datang.

"Kami harus mengganti perbannya, tapi dia tidak mengijinkan kami menyentuhnya sedikitpun."

Khaotung melihat ke arah First, pria itu sangat berbeda dgn dirinya yg sebelumnya. First menekuk kedua lututnya, duduk memojok diatas ranjang dgn kedua tangan yg mencengkeram kuat sprei, tatapannya penuh ketakutan.

Hati Khaotung terasa begitu sakit melihat bagaimana kacaunya First. Sosok riang penuh tawa yg dulu Khaotung kenal kini tidak dia temukan lagi pada pria yg tengah diselimuti oleh trauma itu.

"Biarkan aku yg melakukannya."

Khaotung mengambil peralatan yg dibawa oleh kedua perawat tersebut sebelum meninggalkan Khaotung bersama dgn First.

Air matanya hampir saja terjatuh setiap kali First semakin bergerak menjauhinya. Satu langkah Khaotung mendekat kearah Furst, semakin menjauh pula First darinya. Dan itu sungguh menyakitkan untuk Khaotung.

Sudah berapa lama First menahannya, seberapa dalam dia menderita hingga membuatnya seperti ini. Menyaksikan First yg menatapnya kosong semakin menambah penyesalan dalam diri Khaotung. Harusnya dia mencari First lebih cepat, namun yg terjadi adalah kedatangannya sudah sangat terlambat. First sudah terkubur begitu dalam, bisakah Khaotung mengangkatnya kembali?

"First.."

Dia benar-benar ketakutan, bahkan pada sosok Khaotung yg selama ini dia cintai. Tubuhnya bahkan sedikit bergetar setiap kali Khaotung berusaha menyentuhnya. Hanya gelengan kepala yg diberikan oleh First mengisyaratkan agar Khaotung tidak mendekatinya.

"Jangan mendekatiku, kau akan terluka."

Lagi lagi Khaotung hanya bisa menghela nafasnya ketika First menolaknya. Dengan kasar Khaotung menyingkirkan air matanya yg tanpa sengaja terjatuh. Sungguh ini sangat menyakitinya.

"Tidak akan ada yg terluka First, mendekatlah."

"Pria jahat itu akan melukaimu, aku tidak mau."

Siapa pria jahat yg dimaksud oleh First, apa dia yg membuat First mengalami trauma? Khaotung sama sekali tidak mengerti.

(Don't) Leave Me - FirstKhaotung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang