11. Kau Harus Pergi

151 25 11
                                    

First duduk berdampingan dgn Khaotung yg kini menatapnya marah. Baru beberapa waktu lalu pria manis itu menangis dalam pelukannya. Tapi lihatlah sekarang, tatapan Khaotung seakan ingin menghajar First tanpa ampun.

"Kenapa kau datang lagi?"

"Kenapa kau membohongiku?"

Pertanyaan First dibalas dgn pertanyaan lainnya oleh Khaotung.

"Apa kau tidak takut padaku?"

"Kenapa kau membohongiku?"

Lagi-lagi bukan jawaban yg First dapatkan melainkan pertanyaan yg sama yg dilontarkan oleh pria disampingnya.

"Aku tidak mengerti Khao, membohongi tentang apa maksudmu?"

First mulai frustasi dgn Khaotung yg tidak mengutarakan maksudnya dgn jelas. Kebohongan apa yg dimaksud oleh Khaotung? First tidak merasa berbohong apapun pada Khaotung, kecuali tentang namanya. Benar, mungkinkah Khaotung sudah tau?

"Sejak kapan kau mengetahuinya?"

First meraih kaleng soda dihadapannya, meneguknya beberapa kali. "Aku benar-benar tidak mengerti yg kau bicarakan Khao. Bisakah kau-"

"First."

Air soda yg tadinya mengalir dgn lancar dalam tenggorokannya tiba-tiba saja terhenti dan membuat First tersedak. Khaotung sudah mengetahui namanya, secepat itu. First berdehem setelah terbatuk beberapa kali, mencoba bersikap biasa saja meskipun jantungnya melompat tidak karuan. Ini bukan saatnya Khaotung mengingatnya, ini bukan pertanda baik. Sudah benar First mengusir Khaotung dari rumahnya kemarin, tapi pria penakut itu justru mendatanginya lagi dan lagi.

"Permainan apa yg sedang kau mainkan sekarang? Kenapa kau berpura-pura tidak mengenalku? Kenapa kau berbohong tentang namamu?"

Sama persis dgn dugaan First, Khaotung sudah mengingat dirinya. Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untuk menjauhkan Khaotung dari hidup First lagi. Dan itu terlalu beresiko jika Khaotung berada didekatnya seperti dulu. Orang jahat itu pasti tidak akan suka. Orang jahat pasti akan melakukan banyak hal untuk menyakiti Khaotung demi menjauhkannya dari First. Entahlah, pikirannya sudah buntu tidak tau harus senang atau bersedih dgn adanya Khaotung didekatnya sekarang. Haruskah First menyakiti Khaotung lebih dulu agar pria manis itu berbalik dan meninggalkannya? Tapi itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri jika harus melukai Khaotung.

"Kenapa kau tidak datang? Bukankah kau bilang akan kembali lagi? Kau tau aku ketakutan malam itu."

Khaotung menatap pria disampingnya dgn sedih. Pria itu mempertanyakan tentang kenapa First kecil dulu tidak menepati janjinya untuk kembali pada Khaotung kecil yg sedang ketakutan. First dewasa mengerti kemana arah pembicaraan tersebut. Tentu saja dia ingat betul tentang malam itu.

"Aku kembali, aku mencarimu."

"Bohong."

Helaan nafas panjang dibarengi dgn robohnya tubuh First pada sandaran tempat duduknya membuat Khaotung semakin tidak percaya pada pria disampingnya.

"Aku mencarimu pagi itu, tapi ayahmu sudah membawamu pergi. Aku juga datang kerumahmu keesokan harinya, tapi kau sudah pergi."

Kini giliran Khaotung yg meneguk kasar sekaleng soda dihadapannya. Ingatannya kembali pada masa masa sulit itu. Hari dimana keluarganya berantakan, hari dimana orang tuanya berpisah.

"Orang tuaku berpisah setelah malam itu. Papa marah karena mama sibuk bersenang-senang dgn pria lain sementara anaknya hilang entah kemana. Mereka bertengkar, papa membawaku pergi bersamanya."

First terdiam, dia sama sekali tidak tau tentang hal itu. Keluarga Khaotung terlihat bahagia bahkan membuat First iri. Tapi ternyata kebahagiaan itu menyimpan begitu banyak kebohongan.

(Don't) Leave Me - FirstKhaotung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang