07. Jangan Ganggu Adikku

168 25 9
                                    

(Note : kata yg tertulis tebal dan miring merupakan adegan flashback.)

"Kau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau.. anak aneh.. kenapa kau slalu mencari adikku?"

"Tidak bolehkah aku bermain dgn First?"

Anak itu melangkah mendekat kearah Namtan yg kini terpojok pada sudut kamarnya.

"Jangan pikir aku tidak tau apa yg selama ini kau lakukan. Kau adalah anak yg sering membunuh kucing tetangga bukan? Tapi kau menghasut orang-orang termasuk orang tuaku dan mengatakan kalau First yg melakukannya."

Dia tersenyum miring, matanya menajam menusuk lawan bicaranya.

"Kau mengetahuinya? Lalu kenapa kau tidak mengatakan pada orang-orang kalau itu aku? Apa kau takut padaku?"

Namtan terjatuh kelantai seiring langkah anak laki-laki dihadapannya yg semakin memperpendek jarak di antara mereka.

"Aku... Aku.. aku tidak.. aku tidak takut padamu."

"Bohong."

Anak itu menarik satu kaki Namtan membuat gadis cantik itu berteriak ketakutan. Meskipun teriakannya cukup kencang tapi tidak ada seorang pun yg mendengarnya karena tidak ada orang lain di dalam rumah selain mereka berdua.

"Apa yg kau inginkan?"

Tubuh Namtan terkungkung dibawah anak laki-laki yg kini memegang kuat kedua tangan Namtan diatas kepala.

"Kau sangat cantik, tidak heran First slalu membual tentangmu."

Disentuhnya pipi Namtan yg basah dgn air mata membuat gadis itu semakin ketakutan. Namtan berkali-kali memberontak tapi sayang tubuhnya terlalu lemah.

"Kau tau Namtan... Aku sudah menyukaimu sejak lama, tapi kau slalu memberiku tatapan aneh. Dan sekarang hanya ada kita berdua disini. Apa yg sebaiknya aku lakukan padamu?"

Tangan yg tadinya memegangi kedua tangan Namtan kini semakin turun pada leher Namtan dan mencekiknya pelan. Matanya fokus pada bibir mungil Namtan yg bergetar menahan suara tangis.

"Haruskah aku..."

"Tiiiddaaakk"

Namtan terbangun dari mimpi buruknya, mimpi buruk yg slalu menghantuinya setiap malam. Nafasnya terengah-engah, air matanya berjatuhan, tubuhnya juga mulai gemetar ketakutan. Kejadian 10 tahun yg lalu itu slalu mengganggunya. Bahkan menjadi wanita setengah gila seakan belum cukup, Tuhan masih menghukumnya dgn trauma yg begitu menyakitkan.

(Don't) Leave Me - FirstKhaotung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang