19. Shocking End (TAMAT)

233 26 14
                                    

Dua minggu berlalu tanpa terasa, semua kekacauan pun mulai tertata menjadi lebih baik. Kisah dongen yg di benci First dan Namtan ljuga telah menemui akhirnya. Si penjahat akan segera mendapatkan hukumannya, sementara untuk protagonisnya mereka kini mulai hidup dgn normal kembali.

Namtan sudah tidak lagi mengonsumsi obat obatan untuk menjaga mentalnya agar tetap stabil. Wanita cantik itu sudah benar benar sembuh, Khaotung sangat bersyukur tentang hal itu.

Untuk First, tidak terlalu buruk namun tidak bisa juga di sebut baik baik saja. First memang sudah tidak lagi menunjukkan trauma masa lalunya, tapi Khaotung masih sering memergokinya melamun saat sendirian. First juga masih beberapa kali harus meminum obat tidur agar bisa terlelap dgn damai tanpa banyak pikiran.

"Kenapa Namtan belum kembali juga?"

Setelah kematian orang tuanya, First dan Namtan kini tinggal bersama di apartemen milik Khaotung. Awalnya mereka ingin kembali ke rumah lama yg sempat di tinggali First, namun Khaotung tidak menyetujuinya dan akan lebih tenang jika First dan Namtan berada di dalam pengawasannya.

"Dia bilang ingin mengunjungi temannya."

First menepuk sofa di sampingnya agar Khaotung duduk lebih dekat dengannya. Keduanya kini berada dalam sebuah hubungan yg tidak bisa jika hanya disebut sebagai teman, tapi juga belum pantas jika disebut sebagai sepasang kekasih. Khaotung sering kali mengungkapkan perasaan cintanya pada First, sementara First dia hanya menerimanya tanpa bisa mengungkapkan perasaannya untuk membalas cinta Khaotung. First masih takut, takut jika suatu saat Khaotung akan kembali terluka karena dekat dgn dirinya.

"Bagaimana hari mu?"

Seharian ini Khaotung memang di sibukkan dgn pekerjaannya, bahkan dia juga harus pergi dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menemui pasiennya yg ingin berkonsultasi dengannya.

"Masih sama seperti biasanya, bertemu dgn orang orang dgn pikiran yg tidak masuk akal."

Khaotung mulai menceritakan harinya dgn bersandar pada dada First yg dgn hangat memeluknya. Seakan sudah menjadi rutinitas First menanyai bagaimana Khaotung melewati harinya dan Khaotung akan dgn senang hati menceritakannya pada First.

"Kau tau, dia bahkan mengguyur kepala ku dgn kopi karena berfikir aku akan menjambak rambutnya."

Keduanya tertawa di sela cerita cerita menyenangkan yg di bawa oleh Khaotung hari ini.

"Pantas saja rambutmu baunya sedikit berbeda hari ini."

First mengendus dgn gemas rambut Khaotung yg katanya di guyur kopi oleh pasiennya tadi.

"Apa sebau itu rambutku?"

Mendengar apa yg di katakan oleh Khaotung, First kembali mengendus kepala Khaotung namun berakhir dgn menciumi puncak kepala Khaotung, membuat sang empunya harus sedikit menarik kepalanya karena First l.

"Aku kembali."

Khaotung dan First tersenyum melihat wanita cantik yg baru saja datang. Khaotung sedikit menajamkan penglihatannya ketika melihat Namtan kembali dgn kantong besar di tangannya.

"Apa dia berbelanja?"

First hanya menggeleng dgn mengangkat bahunya menanggapi pertanyaan Khaotung, matanya kembali fokus pada televisi dihadapannya. Merasa penasarannya tidak terjawab, Khaotung membawa kakinya mendekati Namtan yg kini sibuk mengeluarkan bawaannya itu.

Ada beberapa sayuran, bermacam buah, beberapa bahan masakan lainnya, serta sebongkah daging dgn potongan cukup besar dan segar. Khaotung hanya bisa menggaruk tengkuknya yg tidak gatal melihat apa yg dibawa oleh Namtan. Seingatnya Namtan tidak memiliki cukup uang untuk membeli itu semua, dirinya maupun First juga tidak memberinya uang untuk berbelanja.

(Don't) Leave Me - FirstKhaotung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang