13. Obsession

168 23 15
                                    

Berdiri tepat didepan pintu ruangan VIP yg sudah menjadi rumah Namtan bertahun tahun lamanya. Khaotung yg membawanya tadi harus rela membiarkan First menemui Namtan sendirian karena satu hal mendadakan. First mematung membaca berulang kali nama yg tertulis disamping pintu.

Namtan... Ini benar Namtan kakak perempuannya yg sudah sangat lama menghilang.

Rumah sakit ini tidak terlalu jauh dari rumahnya, tapi kenapa dia tidak pernah mengetahui kakaknya berada disana. Apa seseorang dgn sengaja menutupi keberadaan Namtan? Mungkin saja.

Pegangan pintu yg dingin itu sudah berada dalam genggamannya, tapi entah kenapa First terlalu takut untuk membukannya. Bagaimana kalau Namtan akan kembali terluka jika bertemu dengan dirinya? First masih mengingat beberapa minggu yg lalu dia bertemu lagi dgn pria jahat itu. Dan itu artinya kemungkinan besar pria itu juga bisa menemui Namtan kapanpun.

First menarik kembali tangannya, mengurungkan niat menemui kakaknya. Menjauhkan perlahan kakinya dari sana, First mulai berbalik untuk meninggalkan ruangan tersebut. Lebih baik dia tidak muncul dikehidupan Namtan lagi. Selama mengetahui Namtan baik-baik saja itu sudah cukup melegakannya. Dan pula, Khaotung berada disekitar kakak perempuannya itu juga semakin melegakan.

"Kau tidak ingin menemuiku?"

Langkahnya terhenti seketika mendengar suara lirih dari seorang wanita yg dia tebak adalah Namtan yg sudah berdiri diambang pintu. First membeku tidak bergerak sama sekali, bahkan memutar tubuhnya saja tidak. Hanya mendengar suara lembut Namtan, First sudah bisa membayangkan betapa cantiknya sang kakak yg kini sudah dewasa.

"Tidak ingin melihatku juga?"

Kembali suara lembut itu terdengar begitu jelas ditelinga First. Kedua tangannya mengepal erat mencoba mencari keputusan terbaik saat ini. Haruskah dia berbalik dan memelul erat kakaknya? Atau lebih baik berlari menjauh sebelum semuanya terlambat?

Persetan dgn orang jahat itu, First berbalik menatap Namtan yg tersenyum padanya. Dengan langkah yg semakin lama semakin cepat, First berhambur memeluk erat kakaknya. Tangis keduanya pecah disela dekapan erat yg tak ingin saling melepaskan. Begitu banyak kerinduan yg ingin mereka sampaikan. Begitu banyak sakit pula yg coba mereka lepaskan. Setelah bertahun tahun lamanya, pertemuan mereka kembali terjadi dgn dipenuhi rasa syukur dan air mata.

 Setelah bertahun tahun lamanya, pertemuan mereka kembali terjadi dgn dipenuhi rasa syukur dan air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan tatapan nanar, First memperhatikan setiap detail ruangan milik Namtan. Terlihat sangat mewah, bahkan lebih indah dari rumah tempatnya tinggal selama ini. Matanya berhenti pada bingkai foto yg diletakkan diatas tumpukan koran. Diraihnya bingkai tersebut dan membawanya pada Namtan yg duduk disamping jendela.

Namtan menunjuk gambaran kecil First dalam foto tersebut. "Lihatlah anak kecil yg suka menangis ini sudah tumbuh sangat besar dan tampan." tangannya beralih mengusap pipi First yg kini sudah dewasa.

"Kau baik baik saja selama ini?"

Digenggamnya satu tangan First diatas pangkuannya. Tangan kecil yg dulu sering menolongnya kini sudah jauh lebih besar dari tangannya sendiri. Hati Namtan teriris begitu perih mengingat betapa banyak hal yg dia lewatkan tentang adik kesayangannya.

(Don't) Leave Me - FirstKhaotung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang