Bab 42 - Kematian Jiwa

443 77 22
                                    

Davina langsung mengangkat nomor asing yang masuk ke ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davina langsung mengangkat nomor asing yang masuk ke ponselnya.

"Apa betul ini Ibu Davina Anggraeni?"

"Be-betul?"

"Saya dari rumah sakit X, hendak menyampaikan kalau Ibu Fathiya Khairinidda mengalami kecelakaan dan akan dioperasi. Dia menolak operasi dan justru meminta kami menghubungi Ibu?"

"Sa-saya sahabatnya." balas Davina. "Ta-tapi saya akan segera menghubungi suami dan orang tuanya segera! Saya juga akan segera ke sana sekarang!"

"Tidak, Bu. Operasi ini harus dilakukan secepatnya. Khawatir patah tulangnya akan memburuk dan bisa menjadi cacat kaki permanen. Bisa tolong Ibu yakinkan dia supaya mau dioperasi segera?"

Mulut Davina ternganga. "I-iya,"

Maka telepon pun beralih. "Na?" Suara Fathiya terdengar merintih pelan. "Bang Lintang menalakku karena aku berzina dengan Kak Raka. Aku pantas mati, Na! Untuk apa aku hidup! Iya, kan?"

Hati Davina seperti diremas dengan kuat. Posisi ini, sama seperti dirinya dulu. Ketika dia memohon agar Fathiya membiarkannya mati saja.

"Enggak Fath! Kamu nggak boleh mati. Ada aku! Aku nggak akan biarin kamu mati seenaknya ninggalin aku!" jerit Davina. "Aku akan selalu di sisimu apa pun yang terjadi!"

"Tapi, semua membenciku! Bahkan Mama pun menjebakku dan membiarkan Kak Raka masuk ke kamarku tanpa izin! Bang Lintang pasti nggak mau lagi ketemu istri kayak aku!"

"Kamu salah, Fath!" sergah Davina. "Kak Lintang tadi panik saat aku menelponnya menanyakan di mana kamu. Dia sama sekali nggak menceritakan soal talaknya. Dia melindungimu, Fath! Dia bahkan langsung keluar mencarimu! Dia mencintaimu, Fath! Dia menalak bukan karena dia benci, tapi justru karena dia sangat mencintaimu!"

Tangis Fathiya pecah.

"Fath, aku tahu Mama amat sangat nggak adil sama kamu. Aku nggak tahu kenapa kamu bisa sampai berzina sama Raka. Tapi, yang aku tahu, kamu menyesali itu semua. Dan aku yakin, Allah pun Maha Pengampun, Fath!"

Tidak ada suara karena Davina pun sibuk mengatur napasnya yang memburu dan air mata yang tak bisa lagi terbendung.

"Kumohon, operasilah, Fath! Aku nggak ingin sahabatku menderita selamanya setiap melihat luka yang ada di tubuhnya. Aku nggak ingin kamu mengalami penyesalan seperti yang aku alami setiap melihat luka di pergelangan tanganku, Fath! Aku akan selalu bersama denganmu. Kumohon! Aku tahu kamu akan bisa melewati ini semua," rintih Davina.

Kali ini Davina mendengar raungan keras dan ucapan Fathiya berulang, "Maafkan aku.... Maafkan aku...."

"Kalau kamu tetap hidup, kamu bisa minta maaf sama Kak Lintang. Sama mertuamu," bujuk Davina lagi.

"Mereka nggak akan maafin aku!" jerit Fathiya patah arang.

"Kalaupun begitu, kamu masih bisa menghabiskan sisa hidupmu untuk bertobat, kan? Aku akan menemanimu menabung sebanyaknya bekal agar kita berdua bisa ketemu di surga firdaus. Bukan di neraka!"

END Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang