Fathiya - 33 - Keinginan yang Patah

33.9K 2.6K 1.2K
                                    

Sementara itu, di masjid Ar Raudah Bekasi, Lintang memarkirkan mobilnya dan terdiam di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara itu, di masjid Ar Raudah Bekasi, Lintang memarkirkan mobilnya dan terdiam di sana. Kepalanya tenggelam dalam lengan yang bertumpu pada setir. Angin di pendingin mobil tetap tak membantu Lintang menghilangkan semua rasa panas yang membakar tubuh dan jiwanya.

"Ada apa? Apa soal Mama Tanti?" Rahmi membelai punggung Lintang dengan sabar. Ia tahu betul saat ini putranya sedang gelisah. Lintang sangat jarang marah kecuali saat preman-preman itu mengompas kedai mereka. Lintang rela baku hantam sampai luka-luka demi melindungi apa yang menjadi hak keluarganya.

Namun, Fathiya adalah masalah yang berbeda. Wanita itu telah merebut hati putranya sejak lama. Yang Lintang inginkan hanyalah kebahagiaan bagi Fathiya. Namun, Tanti seolah tak percaya bahwa Lintang akan mampu membahagiakan anaknya. Tanti telah meremehkan semua usaha putra kesayangannya.

"Apa benar Lintang suami yang layak untuk Fathiya?" Lintang masih menundukkan kepala. "Apa semua usaha Lintang nggak cukup untuk bikin Fathiya bahagia?"

Rahmi menarik napas panjang. Dibelainya rambut ikal putranya penuh kasih. "Menjadi suami bukan sebuah pertandingan. Kamu adalah suami sah Fathiya. Kamu berhak dan wajib selalu berjuang membahagiakannya. Itu yang harus kamu ingat!"

Kali ini Lintang bangkit dan menatap ibunya frustrasi. "Namun, apa pun yang Lintang lakukan justru malah membuat Mama kecewa. Bahkan Fathiya pun sampai menangis karena Lintang."

"Apa kamu masih mencintai Fathiya meski memiliki mama seperti Tanti?"

"Tentu saja. Kenapa Lintang harus membenci Fathiya karena Mama? Lintang bahkan nggak suka jika Fathiya meminta maaf untuk Mama terus." Lintang mengacak-acak rambutnya kasar.

"Cuma kenapa harus selalu Raka, sih? Padahal dia udah jahat ninggalin Fathiya pas lamaran, kok, masih aja didukung!" Lintang berujar ketus. Rahmi tak boleh mengetahui soal pertemuannya dengan Raka. Setidaknya belum. Hanya saja, ia tak kuasa menahan semua kecemburuan.

Rahmi menggenggam tangan putranya lembut. "Kamu tahu, kecemburuan adalah akhlak yang baik bagi seorang suami kepada istri sahnya."

Lintang terdiam menyimak perkataan ibunya.

"Allah menyukai seorang suami yang cemburu. Asalkan, kecemburuan itu memiliki keraguan."

"Keraguan?"

"Keraguan untuk mencari fakta yang sebenarnya. Bukan langsung menuduh dan marah karena rasa cemburu yang membakar." Rahmi menangkupkan kedua tangan ke wajah Lintang penuh kasih dan menatapnya lembut. "Cemburu lah pada Fathiya. Karena itu tandanya kamu sangat mencintainya. Namun, tetaplah menjadi suami yang baik untuknya."

Lintang memejamkan mata dan merasakan kehangatan kasih Rahmi tersalur di sana. Ada kelegaan terasa.

Ya ... dia memang bukan suami sempurna, tapi dia adalah suami Fathiya satu-satunya dan yang paling berhak membuat wanita itu bahagia.

END Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang