Bab 35 - Konfrontasi Telak

293 62 4
                                    

Fathiya baru saja menunaikan salat Asar ketika suara ketukan pintu terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fathiya baru saja menunaikan salat Asar ketika suara ketukan pintu terdengar. Fathiya sudah memberi sedikit riasan di bawah matanya agar bengkak itu tidak terlalu terlihat.

Ketika Fathiya membuka pintu, Rahmi tersenyum menyapa.

Fathiya langsung mempersilakan Rahmi masuk. "Baru dari mana, Bu?" Fathiya baru menyadari ketiadaan Rahmi saat Raka datang. Namun, dia tak berniat menceritakan soal pria itu.

"Ibu baru diajak Lintang jalan-jalan." Diangsurkannya nampan berisi dua mangkuk tahu gejrot dan dua gelas air putih pada Fathiya. Tampaknya Rahmi ingin mengobrol dengannya.

"Bang Lintang mana?"

"Ibu pulang sendiri naik taksi online, Lintang langsung ke kedai."

Bibir Fathiya membulat berbentuk huruf o.

"Yuk, dimakan!" Rahmi dengan santai duduk di kursi rias sementara Fathiya di atas kasur.

Fathiya menikmati tahu gejrot pedas asam yang kini ada di genggamannya. Mertuanya sadar betul dia suka pedas yang terasa kuat.

"Nak Fath, Ibu cuma mau bilang, kalau Ibu akan selalu mendukung Fathiya apa pun yang Fathiya putuskan."

Gerakan Fathiya terhenti. Lama dia memandang Rahmi lekat-lekat. Sempat tak dipahami maksud pembicaraan Rahmi.

"Mungkin Mama Tanti kadang tidak setuju dengan apa yang Fathiya pilih. Tapi, Ibu percaya kalau mamamu hanya ingin yang terbaik." Rahmi menatap Fathiya dengan senyum teduh yang mirip sekali dengan Lintang. Wanita itu meletakkan mangkoknya di meja.

Mendengar ucapan itu, hati Fathiya justru sedikit nyeri. Betapa senangnya jika ia memiliki ibu sepengertian Rahmi. Namun, bukankah menyalahkan takdir tidak akan mengubah apa pun dan justru menjadi bentuk ketidaksyukuran?

"Fath ingin bisa setegar, Ibu." Dengan perasaan pedih, wanita itu menunduk. "Fath sudah berusaha, tapi gagal. Fath ingin jadi istri yang baik bagi Bang Lintang. Kadang merasa malu sama jilbab."

Rahmi tiba-tiba memegang kedua lengan Fathiya erat. "Apa hubungannya sama jilbab?"

Fathiya tak menjawab.

Rahmi menghela napas. Matanya meredup. "Jilbab itu kewajiban. Mau koruptor pun tetap kena kewajiban berjilbab. Memang siapa yang mewajibkan kalau berjilbab harus sempurna?"

Lagi-lagi Fathiya bungkam.

Kali ini Rahmi membelai pipi Fathiya penuh kasih. "Dengar, Allah tidak pernah meminta kita menjadi sempurna, tapi hanya meminta kita agar terus berusaha menjadi lebih baik lagi." Rahmi menggenggam tangan Fath bersama dengan mangkoknya. "Namun, Fathiya jangan bersedih. Ada Ibu yang akan selalu mendukung Fathiya."

Fathiya tak bisa menyembunyikan harunya. "Terima kasih, Bu. Sungguh .... Terima kasih banyak!"

Rahmi mengangguk halus. Ia tak ingin Fathiya mengalami stres berkepanjangan. Sikap Tanti memang demi kebaikan Fathiya. Namun, bagi sebagian anak, sikap protektif seperti itu justru akan menghancurkan mereka cepat atau lambat. Membuat mereka tak berani melangkah sendiri, merenggut sayap untuk mandiri. Ia akan melindungi Fathiya. Cinta pertama dan satu-satunya bagi Lintang, putra kesayangannya.

END Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang