Bab 38 - Halal dan Thoyib

391 69 11
                                    

Suara salam terdengar dari luar rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara salam terdengar dari luar rumah. Tanti yang baru saja hendak masuk ke kamar terperanjat melihat Lintang dan Fathiya masuk ke rumah sambil bergandengan tangan. Wajah wanita paruh baya itu bertekuk masam.

"Nak Lintang, Papa punya kabar baik!" Papa tiba-tiba muncul dari dalam kamar.

Fathiya sempat heran kenapa Papa sudah pulang kerja sesiang ini. Namun, tetap diikutinya Papa untuk duduk di ruang keluarga.

Sofa berbahan kulit sintetis terasa empuk menyangga tubuh. Desain minimalis hitam-putih adalah kesukaan Papa. Dibanding ruang tamu yang penuh dengan hiasan kesukaan Mama untuk menyambut sesiapa yang datang, ruang keluarga bisa dikatakan kosong melompong.

Tanti tentu saja penasaran apa yang akan dibicarakan suaminya dengan Lintang. Maka ia pun dengan cueknya duduk di kursi tunggal berseberangan dengan Fajar. Lintang dan Fathiya duduk bersisian di bangku panjang.

"Papa sengaja pulang cepet karena ini kabar baik buat Lintang. Tadi, Papa telepon Bu Rahmi, katanya Lintang nggak ke kedai. Jadi Papa balik aja." Papa terlihat semringah.

Fathiya dan Lintang saling pandang bingung. Belum sempat Papa melanjutkan pembuatannya, Rahmi datang membawa lima gelas es selasih segar.

"Bu Rahmi, ayo sekalian denger kabar baik buat Lintang." Fajar mempersilakan Rahmi duduk di bangku panjang bersama Lintang dan Fathiya. Rahmi pun mengangguk sedikit, dan duduk di sebelah Fathiya.

Fajar berterima kasih atas minumannya dan meneguknya sedikit. Rasa segarnya menambah keceriaan pria itu.

"Jadi gini, Papa cerita soal bisnis Lintang ke kolega Papa. Lalu dia tampak tertarik." Fajar memulai ceritanya.

Tanti membelalakkan mata. "Apa? Papa cerita soal Lintang? Hah?"

Fajar mengangguk antusias. "Zaman sekarang bisnis kuliner sedang berkembang pesat. Bahkan bisnis jualan indomi aja bisa meroket, kan?"

Akan tetapi Tanti tampak tidak suka. "Tapi, ini mi ayam, lho! Pinggir jalanan!"

Embusan napas terdengar. "Sebentar, ya Ma. Biar Papa lanjutkan dulu penjelasannya." Fajar berusaha bersikap tenang. Istrinya benar-benar sensitif terhadap pekerjaan Lintang. Namun, tak mengapa. Setelah ini, mungkin Tanti akan berubah pikiran.

Lintang memang temperamental. Siapa tahu karena penghasilan kedai dirasa kurang memenuhi standar Tanti, hingga membuat Lintang stres. Jika Lintang menerima tawaran ini, uang bukan lagi masalah. Bisa jadi, dia akan lebih kaya dari Raka dan Tanti tidak akan ribut lagi. Ini adalah solusi paling menguntungkan.

"Nah, kolega Papa ini kerja di bank kenamaan. Kebetulan dia yang bisa meng-acc pinjaman." Wajar Fajar masih berseri-seri. "Lintang bisa pinjam dana satu milyar untuk mengembangkan bisnis. Membeli ruko yang lebih berkelas, atau mungkin membeli perkakas dapur yang lebih mumpuni. Bisa juga untuk membangun kedai yang sekarang. Kelak, bisnismu bisa buka cabang di mana-mana dan semakin besar pula omzetnya. Mungkin milyaran!"

END Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang