Fathiya - 32 - Hati yang Melukai dan Terluka

19.5K 1.8K 1.1K
                                    

Malam sudah sangat larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam sudah sangat larut. Sesosok laki-laki tampak berjalan perlahan menuju dapur. Perut keroncongannya harus diganjal sesuatu. Mungkin kue matcha atau raindrop cake juga boleh. Mood-nya semalam benar-benar kacau balau. Istrinya benar-benar masih menyukai Raka. Bagaimanapun juga, pria itu pernah mempermalukan keluarganya. Ia tak akan mengijinkan pria itu kembali mengusik ketenangan Fathiya.

Akan tetapi, Tanti tampak begitu bersemangat. Sesuatu yang membuat istrinya bahagia adalah melihat Fathiya berbahagia sepenuhnya. Fajar mengerti, Tanti hanya menginginkan yang terbaik bagi Fathiyah. Namun apakah membuat Fathiya bercerai dari Lintang adalah keputusan terbaik?

Raka memang sempat kembali. Namun, bukan berarti pria itu layak bersanding dengan Fathiya, bukan? Fajar merasa Lintang lebih sabar dan mencintai Fathiya.

Fajar terkejut melihat pintu menuju dapur telah terbuka. Terdengar rentetan nada kesal dari sudut ruangan yang entah mengapa sengaja dibuat temaram. Dari empat lampu, hanya satu yang dinyalakan.

Dari pintu, Fajar bisa melihat Lintang dengan kasar menarik minya hingga putus. Pria itu terlihat emosional. Sesekali dibantingnya adonan mi ke tempat sampah yang putusnya tidak terlalu parah, disingkirkan ke meja.

"Semua sama saja! Raka, Raka, Raka! berengsek!" Satu bantingan lagi terdengar ke atas meja.

Tubuh yang hanya berbalut kaus dengan lengan pendek digulung sebatas bahu terlihat kaku. Fajar bisa melihat tubuh berotot itu kembali menarik mi hingga putus dan sekali lagi kata sial meluncur mulus dari mulut Lintang.

Saat itulah Fajar mendengar suara langkah kaki turun dari tangga. Nalurinya berkata ia harus sembunyi di balik pintu. Tempat cukup gelap dan tersamar.

"Bang Lintang?" Fathiya terlihat keheranan tatkala melihat mi yang ada di meja terlihat berantakan. Diangkatnya salah satu mei dan terkejut karena beberapa helai jatuh kembali putus.

Lintang tak menoleh sama sekali dan terus membanting-banting adonan dengan kasar.

"A-apa yang terjadi? Minya banyak yang putus dan teksturnya keras." Fathiya berbisik takut-takut.

"Bukan urusanmu!" sahut Lintang ketus.

Sejenak Fathiya terdiam. Lintang belum pernah seketus itu padanya bahkan ketika dia cemburu dengan Raka kala itu. "Apa karena Mama? Maafin Mama, ya, Bang. Mungkin Mama ...."

"DIAM!"

Satu kepal adonan mi melayang ke arah Fathiya dan meluncur tepat di sebelah telinganya. Suara hantaman benda ke atas panci yang tergantung terdengar nyaring. Fathiya membeku.

"Ma-maaf ... a-aku...." Fathiya tak bisa menyembunyikan rasa pedih yang kini merajah hatinya. Kenapa semua selalu menjadi salahnya?

Wanita itu berbalik dan berlari naik ke atas kamarnya.

Saat itu, Lintang menghantamkan tinjunya ke atas meja dan menjeritkan umpatan untuk yang ketiga kalinya pagi ini.

Dari balik kegelapan Fajar menatap Lintang dengan dingin.

END Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang