part. 2

12 7 1
                                    


______

"Oke anak anak, kalian catet dulu ini ibu mau keluar dulu sebentar. Jangan berisik!" Peringat guru Bahasa Inggris ketika selesai mencatat materi di papan tulis, yang langsung mendapat seruan "Siap," Dari anak-anak kelas.

Sebagian dari penghuni kelaspun segera melakukan apa yang ditungaskan. Dan sebagian lainnya-- yang kebanyakan laki-laki tentu saja mengabaikan catatan mereka.

Asena dan Amel yang tengah sibuk mencatat itu malah dibuat geram dengan orang yang dengan sengaja menggoyang-goyangkan meja mereka, membuat tulisan mereka tercoreng, tatapan keduanya lantas beralih pada sang pelaku, "Arkan bisa diem gak?!" Seru Amel dengan raut jengkelnya, Arkan hanya menyeringai.

"Iya, punya tangan tuh gak bisa diem banget ya emang?!" Asena ikut menyuarakan kejengkelannya, yang Cowok itu balas dengan gerakan bibir layak bebek, bermaksud meledek membuat cewek itu mendengus.

Arkan lalu beralih menatap Amel, "Mel pinjem pulpen dong."

"Lo mau sekolah apa mau ngamen? Pulpen aja kagak bawa,"  Asena lagi lagi menyolot.

"Diem lo bocil."

"Idih elo yang bocil."

Sebelum Arkan meladeni, Amel buru buru mencela. "Gak ada kan,"

Arkan lalu menatap Asena yang langsung dimengerti oleh perempuan itu, yang lantas berseru, "Apa?!" Tanyanya dengan nada tak santai.

Arkan mendengus, tau apa yang terjadi kalau ia ladeni, ia pun memilih berdiri mengambil tempat pensil Asena yang tergeletak dimeja.

"Cih ujung-ujungnya aja kesini, pake so-so'an pinjem sama orang, modus banget," Gerutu Asena, Arkan langsung menginjak kaki cewe itu yang menurutnya berbicara sembarangan.

Asena berseru, kesakitan. Kemudian ia balas dengan menendang kaki Arkan, "Gak ada terimakasih nya ya lo."

"Iya iya makasih bu susi."

"Gak usah bawa-bawa ibu gue!"

Arkan mengerutkan kening pura-pura heran, "Lah orang yang gue bilang susi kelautan," Asena hanya mencibir melihatnya.

□□□□

Asena dan kedua sahabatnya Amel dan Elda berjalan menuju taman dengan bekal masing masing di tangannya. Jangan lupakan ketika dikoridor tak sedikit yang menyapa pada kedua sahabatnya. Seperti-

"Eh elda mau kemana?"

"Eh ada amel sama elda mau kemana ni?"

"Eh elda apa kabar?" 

Semacam itulah kira-kira, yang membuat Asena jengah. Dasar laki-laki gak punya harga diri, gerutunya dalam hati. Emang harus cewek doang yang punya harga diri, laki-laki juga keleus.

Mereka duduk dibangku yang tersedia, keadaannya emang cukup sepi membuatnya nyaman berada disana, hanya ada beberapa orang yang tengah membaca buku yang memang sepertinya berniat mencari ketenangan.

Asena duduk dengan wajah tertekuk, yang sudah dimengerti sebabnya oleh kedua sahabatnya. Amel mengusap pelan pundaknya sambil tersenyum geli.

"Ck, heran 'eh elda sama amel mau kemana nih' cih gak liat apa gue juga ada disana, emang muka gue kaya setan apa sampe dianggap goib," Asena menggerutu seraya memasukan suapan pertamanya. Sebenarnya ia bukannya sirik karna tak disapa, tapi orang-orang itu benar-benar cuma liat ke arah mereka berdua.

Kedua sahabatnya hanya menggeleng. 

"Oh iya," Amel mulai bercerita. "Kemarin Arkan, Radit, sama si Noval main ke bandung ya?"

WITHOUT MISTAKES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang