part. 3

13 7 1
                                    

Hari ini adalah hari pertamanya masuk sebagai anak SMA, ia baru sampai di belantara sekolah ketika dilihatnya beberapa orang mengerubuni papan pengumuman.

Asena lantas menghentikan langkah orang yang lewat didekatnya, "Eh bentar, itu ada apa ya?" Tanyanya dengan menunjuk kerumunan.

"Ohh itu lagi liat letak kelasnya, kelas sepuluh ya?"

"Iya, kak,"

"Gue sekarang kelas sebelas, yaudah lo kesana juga buat tau kelas lo," Asena mengangguk, seraya berterima kasih.

"Eh geser dong geser." Ia menyelip ditengah-tengah orang berdesakan melihat papan pengumuman, untung badannya kecil, jadi tak sulit untuknya menyalip lebih dalam.

Setelah kertas pengumuman telah didepan mata ia kemudian mulai mencari namanya, kertas satu, tak ada. Dikertas dua juga sama. "Ini kok ipa semua si,"

"Ini emang Ipa kali,gak liat di atasnya tuh," Jawab orang disebelahnya.

"Ohh, terus ips dimana?" Ia bertanya pada cewek disebelahnya ini. Pantas saja setelah kertas ke tiga yang tertera Ipa semua, Orang disebelahnya lantas menunjuk kerumunan sebelah. "Itu tuh disana."

Asena lantas berbalik, seraya mengucap permisi ia kembali menerobos dengan menggeser orang yang menghalangi jalannya.

Untungnya kerumunan yang kedua tak sebanyak, yang tadi. "Eh permisi permisi gue mau liat juga."

Tak sadar dibelakangnya, laki-laki yang tengah bersandar pada tembok dengan tangan bersedekap dada langsung menegakan badannya ketika melihat kehadiran sosok tak asing, dengan penampilan berbeda.

Terus memperhatikan gadis kecil itu yang sayang sekali badannya harus terhimpit oleh beberapa orang di sekelilingnya. Tak sadar senyum kecil terukir di bibirnya.

"10 ips 1 yess." Asena berseru ketika melihat namanya terpajang di jejeran kelas ips 1.

Ia hendak mencari letak kelasnya, sebelum pengumuman dari speaker mengurungkan niatnya.

"Pengumuman pengumuman, kepada siswa siswi SMA ANGKASA harap segera memasuki lapangan upacara karna upacara akan segera dimulai. Satu, dua ... "

"Aduuh pake di itung segala lagi," Ia berlari mengikuti orang-orang dan menaruh tasnya di pinggir lapangan seperti yang dilakukan anak-anak lain.

Pengurus Osis telihat mengarahkan barisan sesuai dengan kelasnya masing-masing, "Eh dek dek, kamu paling pendek, sini didepan," Asena mendengus mendengar perintah itu.

"Panas kak,"

"Gak papa, matahari pagi kan sehat." Asena mendesis, dengan berat hati mengikuti instruksinya.

□□□

Asena merutuki dirinya sendiri ketika tadi, saat upacara berlangsung ia tak memperhatikan sekitar atau orang-orang yang berbaris di kelasnya ya siapa tau ada seseorang yang ia kenal.

Akibatnya, ketika ia tengah duduk dengan bersandar pada dinding --kebetulan mendapati kursi paling pinggir dekat tembok, ia yang sedang melihat orang-orang di kelasnya seketika tersentak ketika mendapati seseorang tak asing dan yang paling ia hindari di muka bumi.

Sial betul. Harus bersikap apa ia setelah ini?! Ketika tau cowok itu akan satu SMA dengannya saja ia sudah resah, apalagi ini satu kelas! Sebenarnya tak ada masalah serius, seharusnya ini tak jadi masalah juga. Tapi entahlah, ia hanya bingung dengan situasi keduanya saat ini, setelah berbulan-bulan keduanya tak saling sapa, akankah setelah kembali dipersatukan dalam kelas yang sama, mereka akan seakrab dulu? Ah rasa-rasanya tak mungkin, entah kenapa ia begitu yakin, hubungan keduanya tak akan kembali seperti semula.

Sedang memikirkan merutuki nasib, tiba-tiba seorang cewek memukul mejanya. "Eh ini kursinya isi gak?"

Asena mengerjep, dilihatnya cewek dengan rambut dikucir kuda tengah bertanya padanya, "Oh enggak kok, duduk aja."

Cewek itu mengangguk setelah duduk ia mengulurkan tangan, singkatnya mereka berkenalan, diketahui cewek disebelahnya ini namanya Diva, asal dari bandung dan baru pindah ke jakarta setelah ia lulus SMP, Kemudian dilanjut dengan obrolan ringan ala remaja. Selama mereka mengobrol, beberapa kali Asena melirik kebelakang punggung Diva, ia hanya penasaran dengan Arkan, yang berpura-pura tak melihatnya atau memang belum melihatnya? Sampai ketika pandangan mereka tak sengaja beradu, ia akhirnya tau cowok itu hanya berpura-pura tak melihatnya.

Ia memang sudah menebak jika hubungan keduanya tak akan sama seperti dulu lagi, tapi ia juga tak berpikir-- sebut saja perang dingin, antara mereka bisa selama ini.

Pembicaraan Diva yang tengah menceritakan keantusiasannya memasuki SMA ini harus terherhenti ketika guru memasuki kelas, begitupun dengan anak-anak lainnya menghentikan kegiatan mereka. Karna tempatnya duduk dekat dengan tembok, ia bersandar seraya melihat lihat teman sekelasnya, jangan lupakan cowok yang sangat ia hindari yang sialnya disatukan dalam satu kelas itu tengah mengobrol bercanda dengan teman sebangkunya.

Arkan terlihat berbeda dengan yang terakhir ia lihat, mungkin hanya model rambutnya yang dirubah jadi terlihat lebih terurus.

Asena kembali melihat depan ketika guru didepannya memerintahkan untuk di perhatikan.

"Baik sekarang ibu absen dulu ya, sekalian perkenalan sebutin nama lengkap asal sekolah sama alamat rumahnya ya."

"Iyaa bu," Seru anak anak kelas.

■■■
27April2021
Revisi 11Juli2024

WITHOUT MISTAKES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang