part. 13

2 0 0
                                    

Ujian Akhir Semester akan segera dilaksanakan senin depan, sabtu sebelumnya, anak-anak di minta untuk membershikan kelasnya serta menata ulang letak kursinya karna ketika ujian berlangsung disekolahnya biasa mencapur kelas.

Dan tadi, kertas pengumuman sudah menempel di jendela kaca kelas masing-masing yang dimana berisi informasi tempat kelas mereka nanti.

Dan khusus hari ini jadwal pulang dipercepat dengan catatan kelasnya harus benar-benar bersih dan rapi.

Asena mendapat bagian membuang sampah, ia yang tengah sibuk berjongkok memungut sampah di bawah kursi dan meja, diganggu dengan tepukan di pundaknya.

Saat mendongak, dilihatnya Ikbal yang tengah merogoh saku celana mengeluarkan uang receh untuk diberikan padanya.

Asena menerimanya menempelkan pada kening seraya berkata. "Alhamdulillah ya Allah Jazakallahu Khairan Katsiran ganteng .. " Diiringi dengan mimik dramatis.

Ikbal menganggukan kepalanya kalem --berlaga sebagai manusia dermawan yang tengah bersedekah. Dan kembali berjalan dengan langkah santai tapi kaki kurang ajarnya dengan sengaja menendang kumpulan sampah yang sengaja Asena pisahkan hal itu tentu saja membuat cewek dengan kucir kuda berteriak marah. 

Ikbal malah meledeknya dengan menggoyangkan pantatnya sebelum berlari keluar kelas. Asena menggerutu dengan beringsut ia kembali mengumpulkan sampah yang berserakan seraya memisuh. Tapi lagi-lagi gangguan itu datang.

"Aaw!" Teriaknya ketika kali ini entah dengan sengaja atau tidak, tangannya diinjak ditengah kegiatannya memunguti sampah.

Asena mendongak, kali ini Arkan yang juga tengah melihatnya tanpa ekspresi. Tak membiarkan aksi saling tatap itu berlangsung lama Arkan kembali melanjutkan langkahnya.

Asena tak berniat marah, walaupun keinginan menguliti kulit wajahnya begitu besar. Dilihat dari ekspresi Arkan yang tanpa menunjukan raut bersalahnya Asena yakin cowok itu pasti sengaja. Anak setan.

******

Community of social 1🏫

Asena
Guyssss!!!!
Libur nanti bikin acara kuyy

Adit
Sorry skip anak Baek lagi sibuk belajar

Asena
Ngookk ah
Paling lu lagi nyusun strategi buat nyungsepin contekan

Cindy
Adit dan belajar seperti perpaduan paling mustahil

Ikbal
@adit lu buru anying beraknya
Tai lu bau telor busuk

Cindy
Ihh jorok banget si @ikbal

Asena
Ewwuuhhh

Ikbal
Si Adit lagi berak di rumah gua
Mau gua pap in?

Fira
Jangan kirim foto aneh aneh ya Ikbal

Adit
Yahh
Baru aja mau kirim pap tai nya

Ikbal
Ampunn boss siap
Tu kunyuk belum minum obat

Arkan
Berisik
Cepet sini ege

Fendi
Fokus belajar dulu buat UAS nanti
Masalah main mah gampang

Asena
Iyaa deh bos besar

____________

Asena menutup ponselnya memilih tertidur lebih awal, jarum jam masih menunjukkan pukul 18.25 kebetulan ia sedang datang bulan, jadi bisa lebih santai karna tak harus menunggu Isya. Tapi baru beberapa menit dan belum tidur sepenuhnya, suara nyaring dari ponsel mengagetkannya.

Ia berdecak kesal sebelum mengangkat tombol hijau.

"Apa si Lo?!"

"Set dah kalem boss, lu di rumah kan?"

"Bukan, di hotel,"

"Anying emng laku berapa lu,"

"Iiih buruan lah ada apa si?"

"Sini main ni ada Cindy sama Diva kita lagi di rumah si Arkan, katanya rumah kalian Deket, sebelah mana rumah lu?"

Asena terdiam sesaat, sebenarnya tadi Cindy sempat mengajaknya main tapi ia tak memberi jawaban pasti karna dari magrib matanya sudah berat.

"Ngantuk gue,"

"Ayo sen sini ini kita lagi bikin seblak," itu suara Diva yang menyahut.

"Gue jemput ya sen, otewee ni, lu buru cuci muka," Ini Cindy yang menyahut dari kejauhan, terdengar berisik geresak gerusuk disana.

"Ck, iya iyaa,"

Dengan berat hati ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka. Padahal selain Karna ia sudah mengantuk,  mengetahui Fakta bahwa tempat teman-temannya kumpul di rumah Arkan cukup membuatnya ingin menolak.

********

Tepat seperti dugaan awal, Arkan memang terlihat keberatan dengan kehadirannya. Beberapa kali ia mencoba berbaur membantu yang perlu dikerjakan, tapi cowok itu selalu tak membiarkan melakukan apapun, oh tentu saja itu bukan bentuk perhatian —karna tak membiarkannya kerepotan. Arkan hanya sengaja membuatnya merasa tak enak dan sungkan di sana.

Ketika Diva menyuruh Asena memotong suki-sukian yang ukurannya terlalu besar Arkan malah mengambil pisau dan nampan lebih cepat ketika Asena sudah hendak mengambil dua benda itu. Cindy dan Adit tengah sibuk membuat minuman segar, sedangkan Ikbal malah asik bermain game.

"Gelas sama mangkuknya belum ngambil ya? Dimana? biar gue ambilin," Asena mengusulkan.

Bukannya menjawab Arkan malah beralih memanggil Ikbal yang tengah asik bermain game di kursi. "Bal ambilin gelas geh malah enak-enakan lu."

Ikbal nampak bersungut-sungut meski pada akhirnya menuruti perintah.

"Udah kan? Sini langsung masukin," Diva menyuruh Arkan memasukan suki-sukian yang baru selesai di potongnya sedikit demi sedikit sesuai instruksi.

"Ini mau di makannya satu wadah rame-rame apa masing-masing pake mangkuk?" Diva bertanya pada Arkan yang lebih berhak menentukan.

"Masing-masing aja lah, gue ambil mangkuknya." Arkan menjawab seraya beranjak dari sana.

Asena menghela nafas, menyesali keputusannya sudah bergabung disini. Diva nampak sibuk memasak seperti tidak butuh bantuan lagi, Ia lantas menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Udah deh ni kayanya," ujar Diva setelah sedikit mencicipi masakannya, untuk memperkuat dugaannya ia menyuruh Asena ikut mencicipi.

Asena menerima sendok yang di sodorkan ikut mencicipi, dan mengangguk puas. "Udah kok pas, enak."

Diva nampak tersenyum puas. "Ambil sendiri-sendiri aja deh ya."

Setelah wajan yang berisi seblak dengan toping macam-macam itu di pindahkan. Mereka bergantian mulai menuangkan di mangkuk masing-masing —kecuali Asena, jumlah mangkuk yang di bawa Arkan rupanya kurang satu, kecuali Arkan memang sengaja karna tak menganggap keberadaannya.

"Mangkuk lu mana? Eh kurang ya," Cindy yang baru sadar ketika Asena tak memegang apapun kecuali ponsel di tangannya, cewek itu lantas menyenggol lengan Ikbal Karna mengira Ikbal yang keliru."Yeuu gimana si Lo kurang ni."

"Etdah bukan gua nyet, gua cuma ngambil gelas. Si Arkan noh yang ngambil mangkuk mah."

"Lah gua udah ngambil pas ini."

Cindy yang sepertinya paham nampak mendengus, lantas menyerahkan mangkuk yang dipegangnya ke tangan Asena. "Nih, biar gue ambil lagi."

Ketika mereka tak sengaja bersitatap Arkan selalu menampilkan wajah tak senang, terlihat tak nyaman dengan kehadirannya. Hal itu semakin membuatnya tak enak, dan sungkan.

"Thanks." Asena berucap pelan menerima mangkuk yang diberikan Cindy.

*******
To be continued!
16Agust2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WITHOUT MISTAKES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang