part. 7

12 5 1
                                    

______

Guru mata pelajaran pertama sudah keluar, anak-anak kelas langsung membuka buku pelajaran keduanya. Sebab pelajaran kedua kali ini seni budaya dan pertemuan kali ini anak anak ditugaskan untuk bernyanyi lagu bebas satu-satu kedepan.

Tentu hal itu membuat anak yang suka menyanyi nampak senang dan yang tak bisa menyanyi nampak kesal. Begitu juga dengan Asena, cewek dengan rambut bagian atasnya di kepang itu nampak melatih suaranya begitu juga anak anak yang lain.

Lain halnya dengan anak-anak yang nampak melatih suara mereka, Sarra yang sebangku dengan Cindy tepat di depan Asena nampak prustasi. "Sumpah yaa bisa di ganti gak si tugasnya," Keluhnya.

"Yaelah santai aja kali, kata bu Rini juga kan gak harus bagus yang penting lo nya berani," Ucap Diva yang di balas anggukan setuju oleh Asena yang duduk di sebelahnya.

"Berani juga tetep aja kali."

"Yaudah si gak usah pake nada aja sekalian daripada dipaksain." Saran Asena.

"Ya kalii ini gue nyanyi atau baca puisi?" Sarra menggerutu kesal.
Asena hanya mengidik bahunya kembali menghapalkan lagu.

Cindy nampak terkekeh, "Udah lah santai aja, gue juga gak bisa nyanyi."

"Eh lo nyanyi apa?" Adit menepuk pundak Arkan yang tengah menghapalkan lagu di bukunya.

Arkan menoleh. "Janda bodong," jawabnya santai kembali melihat bukunya.

Adit berdecak. Menyenggol lengan Ikbal yang kala itu duduk disebelah Arkan bertanya lagu apa yang akan dinyanyikan Arkan.

Ikbal melihat Arkan yang sibuk dengan bukunya, "Lengser wengi."

"Serius kenapa si,"

"Ya mana gue tau."

Adit sudah hendak membuka mulut untuk berucap ketika guru mata pelajaran Seni budaya memasuki kelas, mengabsen terlebih dahulu dan memulai pelajarannya, Bu Rini selaku guru mata pelajaran itu memberi tahu pada muridnya urutan kedepannya absen pertama dan paling akhir bergilir.

Mendengar itu Adit mendengus, merutuki namanya yang dari dulu berada di urutan absensi pertama.

Adit sudah berdiri didepan melirik bu Rini yang tengah menunggunya menyanyi. "Bebas kan bu?" Tanyanya dibalas deheman dan anggukan oleh Bu Rini. "Oh iya gak boleh ada yang ketawa! Dan kalo ada yang ketawa keluar dari kelas, mengerti?!"

"Mengerti bu."

Adit tersenyum kembali melihat depan berhadapan dengan anak kelas yang juga tengah menunggu, kedua tangannya bertautan dibelakang punggungnya.

"Ekhemm," menarik napas pelan untuk pemanasan. "Bunga matahari sangat cantik kembang diwaktu pagi ..."

Anak anak langsung mengatup bibirnya untuk tak tertawa. Begitu juga dengan Arkan dan Ikbal yang reflek mengeluarkan suara tertawa dan langsung mendapat tatapan tajam dari Bu Rini. Keduanya langsung membekap mulutnya.

"Daunnya hijau ... kembangnya kuning memikat kumbang lalu ..."

Masih dengan membekap mulutnya Arkan dan Ikbal menyembunyikan wajahnya dibalik kepala orang yang duduk dihadapan mereka. Punggung keduanya bergetar akibat suara tawanya tak bisa dilepaskan. "Si anjing pede banget lagi," Arkan berbisik pelan.

"Emang bego," Ikbal memandang Adit prihatin, nasib punya adik yang setiap hari menonton serial kartun dari malaysia itu, kakaknya jadi keracunan.

"Bunga matahari sangat lah cantik dihalaman rumahku ... dari lah pagi hingga ke petang tak jemu ku memandang."

Asena yang pada dasarnya selera humornya rendah wajahnya sampai memerah, membekap mulutnya menahan tawa. Astaga Adit ini ... bolot ya.

"Udah bu." Ucap Adit setelah selesai menyanyikan lagunya, bu Rini pun mengangguk menyuruh Adit kembali duduk.

"Oh iya, buat yang lain nyanyi lagunya yang bener, jangan kaya yang barusan itu lagu buat anak ibu bukan buat kalian! Ini yang terakhir kalian yang bener lagunya!" Bu Rini memperingati.

"Iya bu."

Bu Rini pun kembali memanggil siswa berikutnya. Sampai nama Arkan Fahrezi dipanggil.

Arkan langsung berdiri dari duduknya, berjalan kedepan tapi saat melewati kursi Ara ia sempatkan mencolek pipi perempuan berjilbab itu yang langsung mendapat sorakan dari anak anak kelas.

Arkan mengerling matanya genit pada Ara ketika sudah berdiri didepan. Ara hanya membalas dengan mendengus kesal.

"Ohh Arkan gitu ya?" Bu Rini menggoda anak muridnya itu ketika memperhatikan aksinya.

Arkan menggaruk belakang kepalanya meringis. "Kan ibu udah punya suami," Ucap Arkan Bu Rini langsung menaikan alisnya. "Emang kenapa kalo ibu udah punya suami?!" Ucapnya garang.

Arkan mengatup bibirnya, bodohnya ia malah melupakan predikat guru killer pada bu Rini. "Ehee itu katanya ... " Arkan mengalihkan pandangannya kearah Adit. "Bapaknya adit mau nyari istri lagi." Lanjutnya langsung mendapat seruan tak terima dari Adit.

"Heh sembarangan! Emak gue masih ada ya!" Anak-anak hanya tertawa saja.

"Udah udah diem! Lanjut, Arkan silahkan nyanyinya."

Berdehem pelan ia pun akhirnya mulai bernyanyi.

"Jam dua pagi dan aku masih terjaga
Ingin menghubungimu tapi tidak tahu

Harus berkata apa?
Sial, kau racuni pikiran
Kita dipisahkan keadaan ..."

Asena meremas bolpoin yang dipegangnya dengan kuat, ia mengalihkan pandangan kearah lain, rupanya lelaki itu benar-benar mencintai sahabatnya, Amel. Ya siapa lagi, mereka dipisahkan oleh keadaan karna sekolah mereka berbeda .. iya kan?

"... Tak seharusnya aku kehilanganmu
Tak seharusnya aku merindu
Biarkan aku pergi, melawan hati
Terpuruk dan hancur tanpamu ...

Asena menatap Arkan dengan pandangan yang sulit diartikan, dan tanpa sengaja Arkan balik menatapnya ... keduanya bertatapan, beberapa detik hingga Arkan memutuskan tatapan mereka, masih dalam keadaan bernyanyinya.

.... Mengapa bayangmu terus ada, setiap ku memejamkan mata?
Semua kenanganmu membuat diriku tak bisa berpikir jernih
Tolong, keluar dari kepala, aku tak mau menjadi gila
Berpisah kita sakit, namun bersama kita lebih terluka
Mm-mm

Tak seharusnya aku kehilanganmu
Tak seharusnya aku merindu
Biarkan aku pergi melawan hati
Terpuruk dan hancur tanpamu.

Diva menyenggol siku Asena membuat sang empu menoleh. "Suara si Arkan bagus juga," 

Ya, emang bagus. Asena tersenyum kecil dan mengangguk menyetujui.

Setelah Arkan kembali duduk, giliran teman berikutnya yang maju.

Hingga ketika nama Asena baru saja akan dipanggil bell tanda istirahat berbunyi, membuat mereka bersorak.

"Baik karna waktunya gak cukup, dilanjut minggu depan ya, kita akhiri pertemuan kali ini selamat istirahat. "

"Iya bu."

■■■
6mei2021
27Juli2024

WITHOUT MISTAKES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang