2. A Reason

300 60 9
                                    

| Kim Family Mall Centre| Seoul, South Korea | 01:28 PM

"Kalian tidak perlu repot mengantarku."

Kali ini, Irene ditemani dua saudara angkatnya mengunjungi salah satu mal terbesar di Seoul milik Kim Group. Ia hanya berniat bertemu seseorang sebentar, tapi Seokjin menawarkan tumpangan, dan Taeyeon bersikeras untuk ikut mengantar.

Seokjin baru saja ingin menjawab saat Taeyeon menyela.

"Kau tahu apa gunanya saudara laki-laki? Mereka harus menyupiri kita."

Irene tertawa melihat lirikan Seokjin yang menusuk tajam ke arah Taeyeon. Mungkin kesal karena usahanya untuk meluangkan waktu dipandang remeh oleh Taeyeon. Dipikir-pikir lagi, sebagai Direktur Kim Industries—anak perusahaan Kim Group—Seokjin termasuk manusia super sibuk, apalagi jika sudah mendekam di ruang kerjanya. Jadi, diantar oleh seorang Seokjin adalah sebuah peristiwa langka.

Taeyeon sendiri hanya menggandeng lengan Seokjin dengan cuek. Irene selalu kagum dengan kedekatan saudara-saudara tirinya. Walaupun terlihat seperti saling ingin menjatuhkan, nyatanya mereka lebih akrab dari perkiraan orang.

"Kau sendiri kenapa ikut?" kini Seokjin bersuara. "Kau tidak ada urusan di sini."

"Aku harus menjaga matamu dari dosa, Kim Seokjin. Sudah punya calon isteri, dilarang menarik mangsa lagi."

Taeyeon selalu menganggap adik lelakinya ini tidak tertolong lagi. Di balik sifatnya yang kaku dan mengerikan, selalu saja ada gadis asing yang menjerit histeris di depan kediaman Kim karena ditinggal Seokjin. Taeyeon yang rutin mengusir dan menghalau mereka untuk menerobos masuk kediaman Kim. Ia heran mengapa Seokjin senang sekali memanfaatkan wajahnya yang tampan dan kekayaan keluarganya yang fantastis untuk menggaet nyaris semua gadis yang ia temui. Tidak terhitung gadis yang telah melemparkan dirinya untuk Seokjin sebagai teman kencannya.

"Aku bukan pria seperti itu." Seperti biasa, Seokjin menyangkal ulahnya. Apa matanya tidak melihat gadis-gadis di sekitar mereka saling bertubrukan karena keasyikan menatapnya?

Irene menatap gemas kedua Kim, dan sedikit iri. Interaksi Seokjin dan Taeyeon membuatnya rindu pada adiknya.

Seketika Irene mengingat tujuan awalnya.

"A-aku pergi ke lantai 3, ya?" Irene melirik ke atas, menemukan pemilik sepasang mata tajam sedang bersandar di pagar pembatas, menatap Irene dari lantai atas. Jantung Irene berdegup cepat. "Temanku sudah menunggu."

Seokjin hanya mengangguk, dan Taeyeon menjawab. "Hubungi kami kalau kau sudah selesai."

| Coffe Bean, Kim Family Mall Centre | Seoul, South Korea | 02:30 PM

Irene duduk gelisah di kursinya. Tangannya yang berkeringat menggenggam satu sama lain di atas pangkuannya. Matanya yang jernih berusaha menghindari tatapan tajam Suho, lelaki di depannya yang merupakan kekasihnya sekaligus Direktur Kim Elite Investigations (KEI) ini.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi? Tapi tolong katakan sesuatu... Ini membuatku gila." Suho akhirnya memecah kesunyian setelah setengah jam berlalu, suaranya datar namun sarat akan penderitaan.

Irene menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Ia tahu, setelah ini, pertemuan mereka mungkin akan menjadi yang terakhir. Ia tak bisa terus menghindar, ini terkait keluarganya.

"A-aku..." Irene mencoba mengumpulkan keberanian, namun terus gagal setiap kali melihat tatapan tajam dari kekasihnya.

"Jelaskan padaku. Kau membuatku bingung dengan sikapmu," lanjut Suho, suaranya tetap tenang namun matanya penuh dengan luka.

Heart Sighs in Love [JINSOO Ft. SURENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang