11. Irene's turn

261 39 11
                                    

| Seokjin's House | Seoul, South Korea | 05:00 PM

Kalau kendaraan cantik ini manusia, Jisoo pasti sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, dan terus jatuh cinta di tiap detiknya. Jisoo tidak pernah punya mobil sebagus ini, tapi Rolls Royce jelas mencurahkan kemampuannya untuk memberikan performa sempurna.

Mobil ini sangat senyap, sampai Jisoo tidak bisa membedakan apakah mesin sedang nyala atau mati. Perpindahan gigi saja sangat halus, hingga saat Jisoo menambah kecepatan, perpindahannya tidak terasa. Mobil ini kedap suara, dan Seokjin telah menambahkan AI sebagai asisten virtual di mobil untuk mempermudah Jisoo.

Untung logikanya masih memimpin, kalau tidak Jisoo sudah memeluk lagi pria di sisinya karena memberikan kesempatan memiliki Rolls Royce menawan ini.

Seokjin sendiri sepanjang jalan tak tertarik mengalihkan pandangannya dari Jisoo. Entah bagaimana caranya gadis itu bisa meringis dan ceria sekaligus. Dia selalu menyukai ekspresi apapun yang dikeluarkan gadisnya dan mulai merasa ketergantungan dari hari ke hari. Gadis itu bisa terlihat begitu tenang, tapi dalam waktu singkat bisa berubah penuh emosi. Kadang terlihat ceria, lalu berubah berapi-api. Seokjin sampai kelelahan sendiri saat mencoba menemukan satu hal saja yang tidak disukainya dari gadis itu.

Jisoo menyerahkan kunci mobilnya kepada salah satu bodyguard di mansionnya, matanya tertegun menangkap Ferrari Enzo Seokjin berada di luar garasi.

"Kau akan pergi lagi?"

Seokjin menangkap remote mobilnya yang dilempar salah satu penjaga. "Ya, aku masih ada meeting."

"Kalau begitu kenapa kau repot-repot menjemputku? Aku 'kan bisa pulang sendiri."

Seokjin mengedikkan bahunya, "Repot sedikit sepertinya tidak masalah, asal kau yang merepotkanku."

Jisoo terperanjat mendengar jawaban Seokjin. Ada apa dengan Seokjin? Sejak kemarin Seokjin bertingkah aneh dan sangat protektif. Ucapan-ucapan pria itu berkali-kali membuatnya terperangah. Intensitas mereka saling menyentuh pun meningkat jauh. Dan sekarang mengantar jemputnya kuliah? Perasaannya saja atau pria ini jadi lebih... astaga Jisoo sampai tidak tahu kata yang tepat. Agresif? Posesif? Romantis?

"Kau tidak terbentur sesuatu 'kan?"

Seokjin mengernyit, "Apa maksudmu?"

"Kau seperti bukan... Seokjin," ucap Jisoo ragu.

"Aku hanya menyesuaikan diri menjadi pria yang punya istri," Seokjin menyandarkan dirinya di pintu mobil, sehingga wajahnya sejajar dengan Jisoo. "Kenapa? Kau takut terjerat pesonaku?"

Hanya sekilas, tapi Jisoo berhasil menangkap nada mengejek Seokjin. Pria ini senang sekali mempermainkannya, ya? "Perlu bertahun-tahun sampai aku bisa terpesona manusia sepertimu," sergah Jisoo tajam.

"Tidak masalah, toh aku punya waktu seumur hidup," jawab Seokjin enteng. Lagi-lagi pria itu mengatakan hal yang bisa mengetes kinerja jantung Jisoo.

"Lebih baik kau pergi sebelum tanganku mencekikmu," tukas Jisoo gusar.

"Aku tak perlu mengingatkanmu makan 'kan?"

Sekujur tubuh Jisoo menegang. "Bisa tidak kau berhenti bersikap seperti bukan dirimu?"

Seokjin tertawa ringan, terkejut sendiri ia bisa selepas ini. Sejak gadis itu di sisinya, semua jadi terasa lebih mudah.

Tangannya terulur mengacak rambut Jisoo gemas. "Aku pergi."

_____________________________________________

| President Director's Room, Kim Main Office | Seoul, South Korea | 07:30 PM

Heart Sighs in Love [JINSOO Ft. SURENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang