6. New Status and Life

268 44 10
                                    

| Registry office | Seoul, South Korea | 03:40 PM

"Tidak ada satu pun yang memihakku! Ayah macam apa yang rela menyerahkan putrinya kepada pria gila seperti Seokjin?! Dan kau, Jennie! Kau baru saja membuat masalah!"

Jennie tidak menghiraukan keluhan Jisoo. Ia masih asyik dengan ponselnya, mencari gaun. "Aku harus memilih gaun yang akan kupakai di pesta pernikahan kalian."

"Apa pria itu sudah gila?! Seharusnya aku menyingkirkannya sejak awal!"

"Haaaah. Sudahlah, Jisoo. Kau mengomel sampai mulutmu berbusa pun tidak akan mengubah kenyataan. Kau sudah resmi menjadi Nyonya Kim di mata negara. Seharusnya kau bersyukur. Kau tidak ingat lamarannya tadi? Dia berani menjamin keselamatanmu."

"Diam kau, Pengkhianat!" tukas Jisoo. "Keselamatan apanya?! Memangnya ada yang mengancam nyawaku, hah?!"

Jennie tertawa kecil. "Huaa, betapa beruntungnya Kim Jisoo menikahi pria setampan Kim Seokjin," komentar Jennie, mengarahkan pandangannya ke arah Seokjin dan asistennya yang keluar dari kantor Catatan Sipil. Jisoo dan Jennie memang mendahului Seokjin ke helipad tempat helikopternya menunggu. Wajah dingin dan tegas Seokjin yang terkenal itu tidak terlihat hari ini. Aneh sekali, pikir Jisoo. Mereka baru saja masuk ke dalam pernikahan politik penuh intrik dan pria ini terlihat senang? Kim Seokjin benar-benar aneh.

"Ini akta perkawinanmu. Simpan baik-baik."

Jisoo mengambil akta yang diberikan Seokjin dan memasukkannya asal ke dalam tas. Tidak ingin memegang terlalu lama dokumen yang mengubah statusnya. Jisoo bertanya-tanya, yang ia tahu, mendaftarkan pernikahan biasanya memakan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Mengapa mereka hanya perlu menandatangani dan sudah resmi menikah?

Sebenarnya, siapa keluarga Kim sampai-sampai catatan sipil pun tidak bisa berkutik?

"Sudah puas? Sekarang antar aku pulang!"

Seokjin mengalihkan pandangannya ke arah Jennie. "Terima kasih atas bantuanmu hari ini, Nona Jennie. Maaf tidak bisa mengantar langsung. Aku sudah memerintahkan seseorang untuk mengantarmu pulang. Aku harus mengambil semua barang Jisoo, karena mulai hari ini dia akan tinggal di rumahku."

Jisoo tersedak mendengar itu. "Apa? Tidak cukup dengan surat pernikahan itu, hah? Kenapa aku harus tinggal bersamamu?"

"Sekarang kau istriku."

"Seingatku ada yang berjanji tidak akan merenggut kebebasanku," kata Jisoo tajam.

"Selama itu tidak menyangkut keselamatanmu," tambah Seokjin, "Ayahmu merasa kau lebih aman bersamaku. Dan aku tidak berniat melawan perintah mertuaku."

Mertua? Telinga Jisoo mendadak panas. Seberapa dekat pria ini dengan Kim Nam Gil? Dan apa-apaan ayahnya, mencoba mengusirnya?!

"Tidak masalah. Lagipula aku tidak ingin mengganggu pengantin baru. Sampai jumpa, Jisoo! Sampai bertemu besok di kampus. Terima kasih telah menjadikanku saksi pernikahan kalian. Sampai jumpa, Tuan Kim," pamit Jennie sembari berlalu mengikuti salah satu bodyguard Seokjin.

Jisoo mendengus kesal saat Seokjin dengan ekspresi acuh masuk ke dalam helikopter lebih dulu. Pupus sudah impiannya menikahi pria romantis. Nyatanya kini ia menikahi pria keras kepala yang menyebalkan.

"Cepat masuk. Atau kau mau kutinggal? Istriku?" tanya Seokjin dengan nada mengejek lalu tertawa terbahak-bahak, geli dengan kata yang ia ucapkan sendiri.

Jisoo melongo, rasanya ia ingin menyumpal mulut Seokjin.

_____________________________________________

| Congni-Gonggwan | South Korea | 05:00 PM

"Wah, akhirnya anak ayah menikah juga," Kim Nam Gil menyambut kedatangan Jisoo dan Seokjin dengan tangan terbuka. Wajahnya dipenuhi senyum lebar penuh kegembiraan. Namun, Jisoo hanya mengernyit, pandangannya tertuju pada para pekerja ekspedisi yang sibuk mengangkut barang-barangnya ke dalam truk.

Heart Sighs in Love [JINSOO Ft. SURENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang