13. The Truth Revealed

316 38 14
                                    

|Private International Airport | Seoul, South Korea | 11:00 AM

"Ayah?"

Sosok Kim Nam Gil yang menunggu di sisi tangga pesawat reflek membuat Jisoo berlari dan memeluk erat sang ayah. Tubuhnya yang hanya sepundak Tuan Nam Gil terayun akibat berusaha menjangkau pundak ayahnya yang menjulang.

Seokjin dari belakang hanya mengulum senyum tipis ke arah pria jangkung di depannya, dan anggukan sang Perdana Menteri membalasnya.

Tuan Nam Gil membalas pelukan Jisoo. "Baru seminggu tinggal terpisah, kamu sudah kangen ayah?"

"Huh, sadar tidak posisiku bisa mematahkan leher ayah?" sahut Jisoo, masih memeluk sang Ayah.

"Masih galak, ya. Untung Seokjin tidak lari darimu."

"Ayah!"

Tuan Nam Gil terkekeh, melepaskan pelukan gadis semata wayangnya. "Siapa sangka anak galak ayah sebentar lagi akan benar-benar menikah."

"Ayah ikut ke Roma?" Mata Jisoo berbinar saat bertanya. Sebenarnya Jisoo sedikit takut membayangkan ia akan sendirian di pernikahannya sendiri, mengingat kesibukan ayahnya dengan kerjanya sebagai Perdana Menteri. Makanya kehadiran Kim Nam Gil sungguh berarti untuk Jisoo.

"Tentu saja," ujar Nam Gil, mengacak surai terang Jisoo. "Siapa yang bisa mendampingimu walking in the aisle selain ayah?"

Seokjin menatap interaksi manis keduanya, ikut merasakan kehangatan sepasang ayah-anak di hadapannya. Seokjin diam-diam rindu dengan sosok ayahnya, Kim Nam Gil. Sekelibat kenangan terngiang di pikirannya. Walaupun ayahnya kadang kaku dan suka seenaknya, Seokjin tetap merindukannya.

Seandainya mereka tidak dipisahkan oleh nasib...

Tangannya terkepal. Buncahan amarah mendadak menyatu di dada sampai terasa sesak. Kepalanya pening, kupingnya berdenging, dan ia ingin meninju sesuatu untuk melepaskan amarahnya.

"Seokjin? Kau tidak naik?"

Manik Seokjin mengerjap. Suara Jisoo menariknya kembali ke dunia nyata, melunakkan bom amarah yang hampir meledak. Seketika ia dapat mengumpulkan kembali fokusnya dan mengendalikan emosi.

Seokjin tengadah. Jisoo dan ayah mertuanya tengah berdiri di depan pintu pesawat, menunggunya.

"Aku menyusul. Ada meeting yang harus kuhadiri di Hongkong." Manik Seokjin kini menatap ayah mertuanya. "Dan aku tidak mau mengganggu pembicaraan kalian."

Jisoo mengernyit, memalingkan wajahnya kepada sang Ayah. Tuan Nam Gil hanya tersenyum maklum, mengerti maksud Seokjin.

Seokjin menatap burung besi berjalan pelan menuju landasan. Sekilas ia bisa melihat Jisoo menatapnya dari jendela.

"Pesawatmu sudah siap," Chanyeol yang sedari tadi berdiri di belakang kini bersuara. "Sehun juga sudah hadir untuk rapat darurat."

Seokjin memandang pesawat Jisoo yang kini sudah benar-benar take off.

"Ayo pergi."

_____________________________________________

| Seokjin's Private Jet | 12:00 PM

"Sudah terkonfirmasi serangan kemarin ulah Shinhwa. Jimin anggota dengan kode nama JM. Ditugaskan untuk mendekati dan membunuh Irene, Jimin menjadi bridal gown designer jenius untuk menarik perhatian Irene dan berhasil menjadi orang kepercayaan Irene. Kami belum mendapat motif Shinhwa mengirimkan pesan peringatan ke seluruh keluarga Kim sebelum beraksi. Yang pasti, mereka memang mengincar Kim Group."

Heart Sighs in Love [JINSOO Ft. SURENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang