10. Feelings Are Getting Clearer

301 37 12
                                    

| Seokjin's House | Seoul, South Korea | 07:30 AM

Langkah Jisoo melambat saat mendapati Seokjin tengah duduk di ruang makan, menyesap kopi. Perhatian Seokjin berpusat pada ponsel di tangannya. Sebuah pemandangan aneh, karena Jisoo tidak pernah bertemu Seokjin sekalipun sebelum berangkat kuliah.

Ini kedua kalinya Jisoo melihat Seokjin dengan setelan resmi. Jisoo takkan malu mengakui betapa cocoknya pria itu dengan pakaian yang ia kenakan. Jas abu-abu membungkus sempurna di tubuh tegapnya, celana senada menambah nilai pria itu. Dasi maroon melengkapi penampilannya yang sudah mempesona.

"Kau sudah siap?" tanya Seokjin, menutup ponselnya dan menyimpannya di saku jas, menatap Jisoo penuh minat.

"Tumben kau belum berangkat?" Jisoo menarik kursi di seberang Seokjin yang sudah tersedia smoothie pesanannya semalam kemudian menyuapkan beberapa sendok ke dalam mulut. Koki rumah ini memang luar biasa, selalu berhasil menyajikan sarapan sederhana tetap lezat.

Tanpa menjawab pertanyaan, Seokjin menyerahkan sebuah kotak hitam polos kepada Jisoo, mengundang tatapan bingung gadis dihadapannya. "Apa ini?"

"Untukmu."

Kata itu terucap bersamaan dengan terbukanya kotak tersebut. Lidah Jisoo mendadak kelu saat menemukan sebuah kunci remote berlambang RR di tengah kotak. Ia tidak terlalu mengerti mobil, tapi ia tidak buta logo brand mobil dunia.

"Ini kan..." tenggorokan Jisoo sakit. "Rolls Royce?"

Seokjin menyesap kopinya perlahan, diam-diam menikmati ekspresi wajah Jisoo yang terperangah. "Aku baru menang lelang, barangnya diantar semalam dari Dubai."

Jisoo masih terpaku, wajahnya mendadak kaku seperti batu. "Kau... serius?"

"Hn," sahut Seokjin, gemas melihat wajah bingung Jisoo. "Mau lihat mobil barumu?"

"Bagaimana?" Lagi-lagi Jisoo gagal mengatupkan mulutnya. Rolls Royce berwarna abu-abu terparkir gagah di depan rumah. Mobil bernuansa klasik dan kesan mewahnya. Sinar matahari hanya menambahkan kilauan di badan mobil, membuat mobil itu terlihat semakin cantik.

Jisoo menyentuh ringan kap mobil, masih tak percaya. "Benar-benar untukku?"

"Ya," rasa puas menjamah Seokjin ketika binar mata Jisoo muncul. "Kau suka?"

"Kau bercanda?" Kali ini Jisoo tidak akan menahan senyuman lebar dari wajah. "Aku sangat menyukainya!"

Mata Seokjin membulat saat Jisoo meloncat girang, mengalungkan tangannya di leher Seokjin, memeluk erat. "Terima kasih!"

Seketika, harum tubuh Jisoo menyerang indra penciumannya. Seokjin tidak pernah suka wangi parfum, tapi aroma khas gadis itu benar-benar candu bagi Seokjin.

Logikanya mendadak tak berjalan, sampai tangannya harus bergerak sendiri membalas pelukan Jisoo. Seokjin merengkuh erat dan membenamkan wajahnya di bahu gadis itu, menghirup dalam aromanya, tak sadar gadis itu sudah terangkat karena perbedaan tinggi mereka. Sekalipun, Seokjin tidak pernah membiarkan seseorang memeluknya, bahkan ibunya sendiri. Kakak-kakaknya pun hanya menyentuhnya seperlunya.

Bagaimana ini? Seokjin sangat sadar bersentuhan dengan Jisoo berbahaya. Bisa membuatnya gagal mengendalikan dirinya, ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengontrol diri. Seokjin tidak mau gadis itu tidak nyaman dan menjauhinya. Ia ingin melakukan semua tahapannya dengan benar, agar gadis itu percaya padanya.

Tapi bagaimana caranya kalau istrinya selalu membuat Seokjin tak tahan untuk menyentuhnya?

Seokjin terburu-buru melepas pelukan mereka, takut akal sehatnya lenyap karena mabuk aroma istrinya sendiri. Tapi tindakan sembrononya justru membuat Jisoo terkejut dan gagal menapakkan kaki. Tubuhnya oleng ke belakang, nyaris terjerembab kalau Seokjin tidak kembali menarik pinggangnya.

Heart Sighs in Love [JINSOO Ft. SURENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang