14. Wedding Day

392 50 19
                                    

| Groom's Waiting Room, Cathedral St. Peter | Roma, Italia | 08:00 AM

"JISOO HILANG?!"

Teriakan panik Taeyeon memenuhi ruangan. Matanya menatap tajam dengan kemarahan yang jelas terlihat, mengarah ke adik bungsunya yang melemparkan tubuh ke sofa. Mengabaikan wajah kusut adiknya, yang sangat jarang terlukis di wajah biasanya yang tenang.

"Apa yang terjadi, huh? Bagaimana mungkin dia bisa menghilang?! Kalian bertengkar?!"

"Diamlah. Aku sudah cukup frustasi menemukan kamarnya kosong pagi ini," Seokjin menggosok-gosokkan wajahnya, jelas gelisah. Gadis itu hilang di negeri asing. Meskipun Seokjin sudah mengirimkan orang-orangnya untuk mencari, tetapi selama keberadaannya belum diketahui, dia tidak bisa tenang.

"Sebenarnya ada apa? Kalian bertengkar?!"

Seokjin mengabaikan Taeyeon. Dia tidak mungkin memberitahukan pada Taeyeon alasan Jisoo menghilang. Fakta bahwa Jisoo adalah saudara anggota kelompok rahasia harus tetap dirahasiakan, bahkan dari keluarganya.

Myung Soo yang berada di ruangan itu hanya bersiul santai, merapikan dasi di lehernya. "Secara teknis, bukannya Jisoo memang tidak mau menikah denganmu? Aku tidak akan terkejut kalau dia tiba-tiba kabur."

Si sulung dan bungsu hampir melempar benda terdekat ke kepala Myung Soo. Untung saja deringan telepon Taeyeon menyelamatkan Myung Soo.

"Baiklah," respon Taeyeon setelah mengangkat telepon dan kemudian mengakhirinya. Desahan lega keluar dari mulutnya. "Irene sudah bersama Jisoo di ruang pengantin."

Seokjin memejamkan matanya. Sebuah beban terangkat dari pundaknya, membuatnya sedikit rileks.

Setidaknya sekarang dia tahu di mana gadisnya berada.

Kini Seokjin hanya bisa berharap, gadis itu tidak berubah pikiran dan meninggalkannya.

_____________________________________________

| Bride's Waiting Room, Cathedral St. Peter | Roma, Italia | 08:15 AM

Irene menatap Jisoo yang terdiam di depan cermin. Wajahnya begitu layu dan pucat. Penata rias harus bekerja lebih keras menutupi mata Jisoo yang bengkak.

"Tunggu," Irene menghentikan penata rias yang ingin menggoreskan foundation di kulit porselen Jisoo. "Bisa tinggalkan kami sebentar?"

Seisi ruangan segera keluar mendengar permintaan Irene, meninggalkan keduanya. Irene mendesah, menghampiri sang adik ipar yang sepertinya menolak menatapnya.

"Aku tidak apa-apa," ucap Jisoo pelan saat merasakan tangan Irene di pundaknya. "Aku hanya gugup."

"Kamu berharap aku percaya? Dengan matamu yang super bengkak itu?" Senyuman terkulum di bibir Irene. "Kalian bertengkar?"

"Tidak," kilah Jisoo cepat. "Ada hal lain..."

"Mau cerita padaku?" Irene menyisir perlahan rambut panjang Jisoo. Melihat Jisoo hanya terdiam, Irene menebak hal tersebut terlalu pribadi.

"Aku tidak tahu apa yang mengganggu pikiranmu, Jisoo. Tapi kurasa sebaiknya kamu mulai berbagi masalahmu pada Seokjin, belajar mengandalkannya dan bersandar padanya. Aku tahu pernikahan kalian memang jauh dari kata normal. Perjodohan, politik perusahaan, tidak ada satu gadis pun yang mau menjebakkan diri di sana. Tapi kalian berada dalam lingkaran itu. Dan kalau ingin melaluinya, kau tidak bisa berjalan sendiri." Irene melirik sekilas pada Jisoo, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Selama yang kulihat, Seokjin tak akan keberatan kamu membuka diri dan berbagi beban dengannya. Apalagi melihat kalian selama ini membuatku yakin Seokjin bersungguh-sungguh dan tidak main-main denganmu." Irene kemudian menatap Jisoo melalui cermin.

Heart Sighs in Love [JINSOO Ft. SURENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang