L I M A B E L A S

104 10 7
                                    

______

15. Rencana-rencana yang semoga tidak wacana

🐑💨


"ODHI!!"

Motor yang melaju santai di jalanan itu semakin melambat membiarkan yang memanggil menyetarai kecepatan motornya, hingga berada di sampingnya.

"Dalem?" jawab Odhi, akhirnya. (Iya?)

"Nanti ke sawah, gas? Kalau mau aku ke rumahmu. Udah lama nggak ke sawah lagi," tawar Adiba. Tengah menyetir, membuatnya hanya sesekali menoleh pada Odhi dan fokus berkendara.

"Monggo, aku tunggu." Odhi tersenyum menanggapi tawaran Adiba. Memang, sejak perkenalan pertama mereka karena sawah kala itu membuat mereka lebih banyak mengobrol di sawah, entah hanya mencari angin saja. (Silakan.)

"Oke-oke, aku siap-siap. Duluan, Dhi." Setelah mendapat anggukan dari Odhi, Adiba menarik gas motornya melaju mendahului, ingin cepat-cepat sampai rumah kemudian ke rumah Odhi.

Di belakangnya Hauri mengerutkan kening mendengar tawaran Adiba pada Odhi tadi. "Bukannya Ayahmu pulang hari ini, Diba?" tanya Hauri, lantaran jika demikian Adiba tidak berani keluar rumah.

"Malem kok, tenang. Aku ngajak Odhi buat bantu dia ngelupain masalah di sekolah tadi, walaupun sebentar asal Odhi nanti ketawa. Nggak enak tau, Hau, liat orang yang selalu ceria tiba-tiba diem gitu," ungkap Adiba menjelaskan alasannya berani keluar rumah meski ayahnya akan pulang dari luar kota.

"Hati-hati."

🐑💨

"Maksudmu? Kenapa, Gan?" tanya Odhi.

Ganka menarik sudut bibirnya sebelah, terlihat dari kaca spion Odhi. "Jika terlalu dalam, kamu akan lupa daratan," ucap Ganka bermaksud memberi peringatan.

Odhi tertegun mendengarnya, lantas teringat ucapan Ganka masa di sekolah tadi.

"Hati-hati, Adiba pemain."

Begitu yang Odhi ingat. "Kamu selalu gitu, Gan. Ngasih peringatan tanpa ngasih penjelasan, yang ujung-ujungnya aku harus main otak sendiri." Tepat sekali, tentang diam yang mengamati dari Ganka memang selalu membantu dirinya meski kadang mampu membuat otaknya hampir meledak.

"Turutin, maka akan selesai. Jangan sampai berlanjut."

"Halah mbuh, mending ikut aku," tawar Odhi.

"Ke?"

Odhi menampilkan senyum tengil khasnya. Jika sudah begini, Ganka harus siaga satu. Jangan lupa, randomnya Odhi bukan sembarangan yang sampai harus melibatkan Ganka nantinya. Seperti...

"Dosa, Odhi!" sungut Ganka kala Odhi justru membelokkan motornya memasuki kebon singkong orang yang bahkan tidak kenal siapa.

"Mendekatkan diri dengan alam, Gan," balas Odhi justru santai sembari turun dari motor.

Ganka yang bingung harus apa tangannya mengudara dan melandas di kepala menggaruk rambut yang tak gatal itu. Entah Odhi jebolan alumni maling dari mana sampai se-PD ini.

"Jangan jadi manekin waktu temennya susah!" sindir Odhi yang tengah berusaha mencabut satu batang pohon singkong itu.

"Moh!" tolak Ganka mentah-mentah. (Nggak mau!)

2021: Kolase OdhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang