D U A B E L A S

86 10 8
                                    

_______HALO DI BAB DUA BELAS🤜🤛______

SHERA NONGOL LAGEE🧘

‼️🙏

ABSEN HADIR DOLOH DONG!!!👉

*

FOLLOW IG SHERA: _wp.satebotak
Odhi siap debut ig kalo cerita ini yang baca udah ribuan!

JANGAN LUPA ✨BINTANG✨ DAN KOMENNYA💬

BANYAKIN KOMEN POSITIF MU DI SETIAP PARAGRAF YANG KAMU SUKA💗

WARNING⚠️
; JANGAN SKIP NARASI, APALAGI DIALOG JIKA TIDAK INGIN KEHILANGAN INFORMASI UNTUK BAB-BAB SELANJUTNYA‼️

SELAMAT MEMBACA!




BISMILLAH SUKA!




12. KATA JANGAN DARI IBU

____________

"Hidup juga punya aturan. Untukku, cukup berbagi senang saja, susahnya jangan."

Dari Odhi Zai Kanigoro

🐑💨

Odhi Zai Kanigoro, cowok dengan kaos hitam oblong dan celana kream selutut itu terus menarik gas motornya. Di belakang Rahes dan Gundi berpegangan erat pada pundak dan baju Odhi, takut terpelanting ke belakang.

"Odhi! Modar, Ibuk, Dhi!!" Gundi histeris semakin mengeratkan tangannya di pundak Odhi. Wajahnya diterpa angin kencang, kedua matanya sampai susah untuk dibuka.

"Apalah dia, apalah?" Itu suara Rahes yang terjepit di antara Odhi dan Ibu. Kepalanya hanya bisa menoleh satu arah, ya, karena memang sesempit itu.

"PEGANGAN!" intruksi Odhi.

Ngueng!

Satu...

Dua...

Bukkh!

Motor supra itu kembali mendarat setelah seperkian detik melayang akibat melewati polisi tidur tanpa ingat rem. Seolah benar-benar kehilangan fungsi rem, Odhi lagi-lagi menancap gas.

Gundi di belakang sana menyentuh dadanya, memeriksa apakah jantungnya masih berdenyut. "Oke, hidup. Lanjut nafas," katanya tersenyum, sebentar. Ya, benar-benar sebentar karena setelah itu ia kembali memasang raut takut.

"Ibuk," panggil Rahes sedikit keras, takut tak didengar karena suaranya dikalahkan angin dan bisingnya motor Odhi.

"Ada apa, Nduk?" Gundi menunduk, melihat Rahes.

"Dingin, Buk," keluh Rahes benar adanya. Kondisi fisiknya yang memang tidak sehat membuat angin malam semakin menusuk. Panas tubuhnya betulan digantikan oleh dingin itu.

Odhi mendengarnya lantas menoleh sedikit, hatinya selalu saja tidak tega jika mendengar keluhan-keluhan dari orang-orang. Kemudian tangannya turun untuk mendekap tangan Rahes yang memeluk erat perutnya, berharap dapat memberi sedikit kehangatan.

"Mamas jangan nyetir pake satu tangan dong! Kalo nanti kita gulung-gulung gimana?" Rahes tentu panik.

Odhi tak menjawab. Dia masih fokus dalam menyetir, namun tangannya tetap mendekap tangan adiknya.

2021: Kolase OdhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang