T U J U H B E L A S

54 6 5
                                    

______HAI DI BAB TUJUH BELAS🤜🤛______

SHERA KAMBEKK CUII💃💃

*

DI KELUARGA KAMU ANAK KE BERAPA?

*

JANGAN LUPA ✨BINTANG✨ DAN KOMENNYA💬

SPAM TIAP PARAGRAF PAKE KOMEN POSITIF MU!

SELAMAT MEMBACA!




BISMILLAH SUKA!




17. SALAH SATU BENTUK JAHAT

____________

🐑💨

Saat kakinya menginjak di pelataran
rumahnya, jantung miliknya kontras dengan langkahnya yang lamban, jantung itu berdegup cukup kencang. Tangan Adiba mengeratkan genggamannya pada plastik berisi ikan-ikan kecil.

Ketika tiba di ambang pintu, sungguh aura tak mengenakan seolah mengelilinginya. "Assalamu'alaikum," ucapnya.

Empat mata milik orang tuanya menatap, dengan berbeda. Ayah bersama tajamnya sementara bunda bersama kilatan cemas di mata. "Waalaikumsalam," jawab mereka.

Langkah kecilnya kembali terpatri, mendekat pada orang tuanya. Baru saja tangannya diulurkan untuk bersalaman, ayah berdiri dari duduknya dengan tegas.

"Dari mana kamu?! Pakaianmu kotor, Adiba!" tanya ayah, begitu terdengar menyeramkan di telinga Adiba.

Adiba menunduk dalam, tangannya menunjukan plastik berisi ikan. "Aku nyari ikan di sawah, Ayah."

Dari nafas yang ayah hembuskan barusan, Adiba tahu dia tengah marah. "Siapa yang mengajari kotor seperti ini, hah?! Berapa kali Ayah nekanin jangan keluyuran sampai magrib!" murka sang ayah.

Tak ingin semakin terlihat ketakutan, Adiba mendongak memberanikan diri menatap ayahnya. Ia mengukir senyum lebar berharap ayah bisa memaklumi alasannya nanti. "Ayah, aku punya temen baru tau. Dia baik, baik bangett. Keluarganya juga baik sama aku," terang Adiba dengan semangatnya.

"NGGAK ADA TEMAN BAIK YANG MEMBIARKANMU PULANG JAM SEGINI, ADIBA!"

Adiba tersentak. "Ayah, Odhi baik. Odhi ngajarin banyak hal positif ke aku, dia-"

Ayah meraih pundak Adiba dengan kasar, tatapannya disetarakan dengan mata Adiba, menghunus tajam siap memberi penegasan. "Ayah harap ini penegasan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah bersama Odhi-Odhi itu, jangan pernah, Adiba."

Adiba menjauh guna terlepas dari cengkeraman ayahnya. "Maksud Ayah, apa?! Ayah nggak bisa apa-apa melarang gini, aku juga berhak sama duniaku, Ayah!"

"JANGAN MEMBANTAH, ADIBA! Yang kamu panggil Odhi, berpengaruh buruk buat kamu. Liat dirimu, pulang sore, penuh lumpur, dan itu apa? Ikan? Jangan membuat keluarga kita malu, Adiba!" Ayah semakin meninggikan suaranya. Tak ingin hilang kendali, ayah pilih melangkah pergi dari sana, setidaknya dengan menyeduh kopi bisa mengistirahatkan pikirannya sebentar.

"MEMANG SEJAK KAPAN AKU BENER DI MATA AYAH?!"

"ADIBA!!"

Melihat suaminya marah besar, bunda segera mendekap putrinya, membawa memasuki kamar. "Bunda, jangan larang Adiba, Bunda...."

2021: Kolase OdhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang