BAB 51

39.9K 2.7K 90
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

"Gue mau pergi, Kei."

Keira semakin bingung. "Pergi? Pergi gimana?" tanya nya tak paham.

"Perusahaan papa gue di Jepang ada kendala. Gue di suruh ikut di sana, buat belajar ngurus perusahaan, sekalian sekolah di sana juga." Alvarez menjelaskan pada Keira, membuat si puan sedikit terkejut.

"Dadakan banget? Sekolah lo di sini, gimana?" tanya Keira. "Emang dadakan Kei, masalah nya juga. Gue berhenti dari sekolah di sini. Lanjut di Jepang. Kemungkinan bakal balik kesini setelah gue tamat SMA," jelas Alvarez lagi.

"Karena itu.. gue confess sekarang. Gue gamau pas balik - balik, lo udah jadi milik orang lain, dan lo belum tau apapun tentang perasaan gue," sambung nya.

Keira kembali diam, tak tau harus berkata apa. "Malah diem. Itu di makan. Ice cream nya keburu lumer itu," ujar Alvarez sembari terkekeh.

"Oh, iya." Keira dengan cepat menyedokkan ice cream nya untuk ia makan. Setelahnya, suasana hening. Mereka sama - sama bingung harus membicarakan apalagi.

"Kapan berangkat ke Jepang nya?" tanya si Keira tanpa menatap. Tatapan nya terfokus pada waffle ice cream di piring depan nya.

"Malam ini."

Keira membulatkan mata nya, "Cepet banget anj*r!"

Alvarez terkekeh pelan, "Sebenernya, gue mau kasih tau lo dari beberapa hari lalu, tapi lo nya lagi nemenin Gabriel di rs, jadi gue gajadi ngomong," ujarnya.

Keira mengusap tengkuk nya, "Harusnya, lo bilang aja," balas Keira.

"Yaudah sih, santai aja. Emang, lo bakal kangen gue?"

Keira berdecak sebal, tak menanggapi pertanyaan Alvarez. Tersenyum tipis, Alvarez kembali berbicara, "Gue bakal kangen banget sama lo," ujarnya jujur.

Keira diam sejenak, "Gue juga bakal kangen, tapi ga banget." Keira juga berkata dengan jujur. Kalau di bilang kangen, mungkin iya. Tapi, hanya kangen biasa. Ia hanya menganggap Alvarez sebagai sahabat nya. Tak berniat untuk menaruh perasaan pada siapapun.

Mengobrol lumayan banyak, Alvarez pamit terlebih dulu, karena harus membereskan koper dan kebutuhan lain nya. Pria itu menarik lengan Keira, hingga tubuh Keira menabrak dada nya.

Alvarez memeluk tubuh Keira. Cukup lama, dalam diam. "Kei.." panggil Alvarez halus, tanpa melonggarkan pelukan.

"Hm?"

"Janji ya.. kalau pas gue balik nanti, lo masih sendiri, lo harus coba nerima gue?" tanya Alvarez.

Keira terdiam sejenak, "Iya," jawabnya.

Akhirnya, Alvarez melepaskan pelukan mereka. Setelahnya, pria itu pun pergi dengan menggunakan mobil nya. Keira ikut pergi, saat mobil Alvarez tak lagi terlihat di pandangan nya.

Dua hari berikutnya, hari ini hari Sabtu. Naren, Alrio dan Rico tak menjaga ruko hari ini, karena harus membuat pesanan risol milik Rea untuk acara ulangtahun nya malam ini.

Keira memperhatikan Rico, Naren dan Kenan yang tengah melipat - lipat risol. "Ruko gada yang jaga?" tanya Keira.

"Ada.. Jendra juga ga kerja hari ini. Jadi, dia jagain ruko dulu," jawab Rico.

Keira mengangguk - anggukkan kepala nya. Jendra dan Kenan tak kerja hari ini, jadi mereka memutuskan untuk membantu Rico. Pesanan Rea cukup banyak, 200 risol dan 150 pastel. Pastel sudah selesai di buat kemarin, tinggal di goreng nanti. Sedangkan, risol 160, sisa 40 lagi yang harus di buat, lalu di goreng.

"Nanti kamu pergi ke pesta nya, Kei?" tanya sang ayah, sembari meletakkan potongan telur rebus di atas kulit risol. "Pergi, pa. Kan udah di undang. Juan, Jendra sama Kenan juga ikut," jawab Keira.

"Apaan? Gue gamau," protes Kenan. Dirinya memang di undang, namun, kemarin sudah sepakat dengan kakak - kakak nya, mereka tak akan ikut. Biar Keira saja, katanya.

"Ya, bodoamat. Lo harus ikut. Juan sama Jendra juga harus ikut," ujar Keira tak peduli.

Pandangan nya beralih pada Alrio yang duduk di sebelahnya, "Lo gada tugas?" Bocah itu menggeleng.

"Temenin gue jalan - jalan yok?"

"Eh?" Rio mengerjap pelan. Menoleh ke kakak nya, seakan meminta izin. "Adek gue mau lo bawa kemana?" tanya Naren menghentikan pergerakan tangan nya.

"Ya, jalan - jalan. Ke mall. Tenang aja sih, ga akan ilang," respon Keira. "Siap - siap sana, cah. Gue juga mau ganti baju dulu," suruh gadis itu, lalu langsung berjalan pergi lebih dulu.

Alrio menatap Naren terlebih dulu. "Yaudah, sana. Nanti di marahin lagi kamu," ujar Naren. Rio tersenyum lebar, lantas mengangguk dan segera berjalan pergi juga, berniat mengganti celana nya dengan celana yang di berikan Kenan tadi. Katanya sih, milik Kenan sewaktu kecil, masih bagus, jadi di berikan pada Alrio.

-----------

Keira dan Rio kini berada di mall.

"Mau ngapain, kak?" tanya Rio sembari menengadahkan kepala nya ke Keira. "Nyari baju, katanya ada diskon," jawab Keira.

Rio mengangguk - anggukan kepala nya, pertanda mengerti. Bocah itu mengikuti langkah Keira menuju salah satu merek baju ternama di dalam mall.

Keira langsung masuk, mencari pakaian untuk pria. Memilih berbagai kemeja, celana dan jas.

"Bagusan yang mana, Rio?" tanya Keira mengangkat dua jenis blazer dengan warna hitam namun motif yang sedikit berbeda.

Rio menggaruk pipi nya yang tak gatal, "Dua - dua nya bagus, kak," jawab nya.

Keira tampak berpikir sembari menatap kedua blazer hitam yang ada di tangan nya. "Yaudah lah, gue beli dua - duanya aja. Ntar suruh mereka milih sendiri," gumam nya memutuskan.

Gadis itu kembali berkeliling memilih pakaian. Terkadang, bertanya pendapat pada bocah yang selalu mengikutinya.

Selesai berbelanja pakaian pria dewasa, Keira beralih pada pakaian untuk wanita. Setelah itu, ia mengajak Rio ke tempat pakaian anak - anak juga.

"Ini, suka ga?" tanya Keira menunjuk kemeja berwarna biru muda. Rio mengerjap pelan, "Kakak.. mau buat apa?" tanya bocah laki - laki itu balik.

"Ya, buat elo lah!" Dengan cepat, Rio menggelengkan kepala nya, "Gausah, kak. Rio kan baru aja di kasih baju sama kak Kenan. Lagian, baju Rio masih bagus - bagus, kok," ujar bocah itu, tak enak jika di belikan sesuatu oleh Keira.

Keira mengangguk - angguk, tanda mengerti. "Oke. Berarti kita ambil," putusnya sepihak, mengambil si kemeja biru itu.

"E-eh?"

"Kalau ini, gimana Rio?" tanya gadis itu lagi. Kali ini, sembari menunjuk celana bahan berwarna hitam. "Gausah, kak. Rio punya--"

"Oke," potong Keira dan langsung mengambil si celana juga.

"Tapi--"

"Yang ini gimana?" Keira kembali memotong ucapan Rio yang ingin menolak.

Rio menghembuskan nafas nya kasar, menatap hoodie abu - abu yang di tunjuk gadis seumuran kakak nya itu. "Gimana?" tanya Keira lagi, mengulangi.

Rio menganggukkan kepala nya, "Boleh. Terserah kak Keira aja," kata bocah itu pada akhirnya.

Keira tersenyum puas, "Okey!" respon nya dan langsung mengambil hoodie.

Rio hanya pasrah saja, saat Keira membelikan nya banyak pakaian dan ada sepatu juga.

Setelah selesai, Keira menyempatkan dirinya untuk membeli cemilan agar bisa di makan Rio di perjalanan. Lalu, mereka pun pulang.

.

.

.

• B E R S A M B U N G •

The Antagonist ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang