Bagian 19

197 19 0
                                    

Kavi terus berlari, bahkan tak sekali dua kali dirinya menabrak murid-murid yang berlalu-lalang di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kavi terus berlari, bahkan tak sekali dua kali dirinya menabrak murid-murid yang berlalu-lalang di hadapannya. Niatnya saat ini adalah kabur dan bersembunyi dari hadapan Seno. 

Tujuannya adalah Kolam renang, karena setahu dirinya hari ini tidak ada murid yang akan menggunakan kolam renang. Jadi tanpa berpikir lama dia bawa langkahnya untuk menuju tempat itu. 

‘Hah… cape banget gue lari-larian.’ gumam Kavi, dirinya kini sibuk mengatur nafas. 

Setelah nafasnya kembali teratur, Kavi masuk ke dalam tak lupa mengecek tempat itu memastikan tidak ada siapapun selain dirinya di sana. 

Kavi menatap pantulan dirinya di air, hal yang paling dia benci ada di depannya. Air selalu bisa membawa kenangan-kenangan buruknya kembali, tak jarang dirinya hampir kehilangan nyawa karena Air. 

Tapi Air juga selalu membawa ketenangan untuknya, dikala dirinya merasa tekanan yang berat, maka akan dia bawa dirinya untuk masuk ke air dan menenggelamkan tubuhnya sampai dirasa pasokan oksigennya menurun. 

Dan kali ini dengan kesadaran penuh Kavi menjatuhkan tubuhnya ke dalam kolam, membiarkan tubuhnya tenggelam ke tengah kolam yang cukup dalam itu. 

Semua ketakutannya kembali, berputar dengan bisingnya di dalam kepala Kavi. Tak peduli Kavi tetap membiarkan dirinya, bahkan meskipun kini nafasnya sudah tercekat di tenggorokan Kavi tak peduli. 

Kesadarannya semakin menipis, pandangannya pun semakin memblur. Apakah ini adalah akhir dari hidupnya, apakah Kakaknya akan datang untuk menjemputnya sekarang? 

Belum benar-benar kehilangan kesadarannya, dia merasakan ada seseorang yang memeluk tubuhnya. Perlahan Kavi buka matanya, mencoba untuk melihat dengan jelas siapa yang memeluk tubuhnya. 

Belum sempat dirinya melihat, pemuda itu sudah lebih dulu mencium bibirnya. Memindahkan oksigen didalam mulut pemuda itu kepada dirinya. Kavi membulatkan matanya terkejut kemudian buru-buru dia bawa tubuhnya untuk naik kepermukaan. 

Bwah… LO APA-APAAN SIH!” teriak Kavi sesaat sampai di permukaan kolam. 

“Kamu yang apa-apaan, kalau kamu mati di sekolah yang disalahin pasti pihak sekolah.” balas pemuda itu. 

Kavi tak berkutik mendengar ucapan pemuda di depannya, tapi tetap saja apa-apa pemuda itu. Kenapa menolong dirinya dengan cara mencium! Kan bisa yang lain! 

“Ya kenapa lo cium gue! Kenapa ga lo tarik gue ke atas.” kesalnya. Tubuh keduanya kini masih berada didalam kolam btw. 

Jeff si pelaku penciuman hanya terkekeh, lucu juga melihat Kavi memekik kesal seperti sekarang. Tidak seperti tadi yang terlihat ketakutan dan kesakitan. 

“Daripada kamu pingsan duluan.” balasnya sambil mendudukkan dirinya di batas kolam. 

Kavi ikut menaikan dirinya ke atas kolam, mencoba untuk melupakan kejadian barusan. Ini bukan pertama kali dirinya dan Jeff berciuman tapi tetap saja dirinya masih kesal. 

Into You |ᴶᵃᵏᵉᴴᵒᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang