Bagian 40

155 21 0
                                    

Motor sport itu kini sudah terparkir dengan baik di halaman rumah pemuda cantik itu, Kavi turun dengan hati-hati karena perutnya yang masih terasa sakit jika banyak bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor sport itu kini sudah terparkir dengan baik di halaman rumah pemuda cantik itu, Kavi turun dengan hati-hati karena perutnya yang masih terasa sakit jika banyak bergerak.

“Makasih ya?” ujar Kavi sambil memberikan helm itu kembali kepada pemiliknya.

“Sama-sama, lo beneran ga mau ke rumah sakit aja?” tanya Reza yang sejak tadi terpikirkan dengan kondisi Kavi yang begitu mengenaskan tadi pagi, di tambah pemuda itu yang sesekali meringis kesakitan ketika tak sengaja melakukan gerakan yang tiba-tiba.

“Gue gapapa kok, ga perlu khawatirin gue. Khawatirin diri lo sendiri, karena gue yakin kalau Devan gak akan semudah itu ngelepasin lo setelah ini.” peringat Kavi, Reza mengangguk dirinya pasti akan lebih berhati-hati setelah tahu bagaimana liciknya orang itu.

Lo juga harus lebih hati-hati, kalau dia ngancem lo lagi kasih tau gue. Gue siap bantuin lo,” balas Reza, kemudian kembali memakai helm yang sempat dia lepaskan.

“kalau gitu gue balik dulu ya, See you next time.” lanjutnya kemudian motor itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Kavi.

Setelahnya Kavi masuk ke dalam rumahnya yang setiap harinya selalu terasa begitu sepi, seperti biasanya dirinya tak merasakan adanya tanda-tanda keberadaan sang ayah di rumah besar itu.

Kavi menghela nafasnya lega, setidaknya untuk saat ini dirinya aman dari kemarahan sang ayah. Dia langkah kan kakinya menuju tangga untuk mencapai lantai 2 dimana kamarnya berada.

Ketukan di pintu kamarnya terdengar, padahal dirinya baru saja akan melepaskan seragam sekolahnya dan pergi ke kamar mandi untuk menjernihkan pikirannya yang terasa begitu mengganggu.

“Kenapa bi?” tanya Kavi sambil mengerutkan alisnya.

“Maaf mengganggu istirahatnya den, tadi siang ibu telpon katanya aden disuruh untuk menelpon ibu, ada pesan penting yang harus disampaikan langsung ke aden.” balas wanita paruh baya itu.

Kavi mengangguk mengerti, kemudian tersenyum sebelum berterimakasih dan izin untuk kembali ke dalam kamarnya. Setelahnya bibi itu pun ikut pergi untuk kembali menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda karena harus memberi tahu anak majikannya itu.

“Tumben? Biasanya mama nelpon langsung.” gumam Kavi sambil meng scroll hpnya untuk menemukan nomor sang ibu.

Setelah mendapatkan nomornya, Kavi menekannya dan panggilan pun tersambung dengan Ibunya yang duluan menyapanya dan bertanya tentang kabarnya disini.

“Kavi sehat ma, mama sama nenek gimana kabarnya?” tanya Kavi, dan kekehan senang terdengar dari ponselnya membuat dirinya ikut mengeluarkan senyumnya meskipun sang ibu tak tahu namun tak apa yang penting dirinya merasa begitu bahagia sekarang.

“Papa juga sehat kok ma, cuma sibuk aja.” balas Kavi, dirinya tak berbohong soal kesibukan sang ayah dan kabar pria paruh baya itu namun dirinya tak memiliki keberanian yang cukup untuk memberi tahu semua hal yang terjadi selama beberapa bulan belakangan ini, apalagi sang ayah yang berselingkuh.

Into You |ᴶᵃᵏᵉᴴᵒᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang