Bagian 39

164 22 2
                                    

Sama seperti Reza, Kenzi dan Yasa juga melakukan hal yang sama ketika melihat kedatangan Kavi yang begitu berantakan hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti Reza, Kenzi dan Yasa juga melakukan hal yang sama ketika melihat kedatangan Kavi yang begitu berantakan hari ini. Bahkan baju yang biasanya begitu putih bersih kini terlihat sedikit noda tapak kaki yang membuatnya kotor.

“Lo kenapa anjir?” tanya Yasa sambil menghampirinya dan membantunya untuk bisa duduk di bangkunya dengan tenang.

Tatapan para murid di kelas mereka pun tampak begitu terkejut, tak biasanya pemuda yang selalu mengutamakan penampilannya itu datang ke sekolah dengan keadaan menyediakan seperti itu. Namun semua tetap bersikap acuh, mengingat video yang kemarin tersebar membuat rasa peduli mereka hilang entah kemana.

Lagipula sejak awal pun  semua tampak asing, mereka tak pernah sekalipun memperdulikan kehadirannya meskipun terkadang hadirnya masih dibutuhkan namun semenjak kemarin semua kembali menjadi lebih asing daripada sebelumnya.

“Gue gapapa.” lagi dan lagi hanya itu yang mampu dirinya ucapkan dikala penampilannya bahkan tak menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya baik-baik saja.

“Orang gila mana yang percaya sama omongan lo? Lo kenapa, di pukulin siapa?” desak Yasa, merasa jawaban Kavi tak memberikan kejelasan apapun padanya.

Kenzi yang sudah tau penyebabnya mencoba untuk menenangkan gejolak amarahnya, total tak mengerti kenapa Kavi masih saja keras kepala untuk tetap tinggal di rumah yang tak sedikit pun memberinya kenyamanan.

“Gue gapapa Yasa, jangan teriak-teriak kepala gue sakit dengernya.” pinta Kavi dengan wajah yang terlihat begitu lemah.

“Tunggu di sini, gue panggilin anak pmr dulu.” ujar Kenzi yang berlalu begitu saja meninggalkan Kavi yang bahkan belum sempat membalas perkataannya.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Kenzi kembali, dengan seorang gadis di belakangnya yang kini tengah menatap Kavi dengan penuh keterkejutan.

“Kenapa ga langsung ke uks aja kak? Ini luka nya udah lumayan parah loh, bisa infeksi kalau di diemin lama-lama.” ujar gadis itu penuh dengan kekhawatiran.

Dirinya tentu mengetahui apa yang tengah menjadi perbincangan hangat di sekolahnya, namun sisi kemanusiaan jauh lebih bisa menguasai dirinya disaat banyaknya orang yang enggan untuk sekedar berbincang singkat dengan pemuda di hadapannya.

“Maaf ya ngerepotin, harusnya lo ga usah bilang iya pas Kenzi nyuruh lo ngobatin gue.” ujar Kavi dengan wajah tak enaknya.

Begitu khawatir karena mungkin gadis itu akan menjadi gunjingan jika membantu dirinya, namun sepertinya gadis di hadapannya ini tidak perduli dan malah fokus mengobati luka-luka yang berada di wajah Kavi.

“Mana lagi yang luka, kak?” tanya gadis itu sambil menyimpan kapas yang sudah kotor dengan noda darah.

Kavi menarik bajunya sedikit, memperlihatkan perutnya yang membiru akibat dari tendangan sang ayah yang tak main-main itu. Kenzi dan Yasa yang melihatnya menampilkan dua ekspresi yang berbeda, Yasa yang memekik kaget dan Kenzi yang menatap penuh amarah pada luka di perutnya.

Into You |ᴶᵃᵏᵉᴴᵒᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang