Bagian 32

182 20 6
                                    

Kavi membawa laju motornya menerobos jalanan di sore hari yang lengang, untungnya hari ini jalanan di kota tidak begitu ramai jadi dirinya bisa dengan cepat sampai ke tempat tujuannya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kavi membawa laju motornya menerobos jalanan di sore hari yang lengang, untungnya hari ini jalanan di kota tidak begitu ramai jadi dirinya bisa dengan cepat sampai ke tempat tujuannya saat ini.

‘Datang ke tempat xxx atau lo liat Kenzi untuk terakhir kalinya.’

Begitulah kira-kira isi surat yang diterimanya siang tadi, dirinya jelas sudah tahu siapa orang yang berani mengancamnya seperti itu. Kavi rasa sudah saatnya membalas semua perlakuan Devan padanya.

Iya Devan, Kavi yakin bahwa Devan lah orang yang telah mengirimkannya surat ancaman itu. Bagaimana Kavi bisa tau, mudah saja dia sudah sangat hafal dengan tulisan tangan milik Devan jadi mudah baginya untuk menebak siapa pengirim surat ancaman itu.

Awalnya Kavi berniat untuk pergi saat jam istirahat, namun dirinya tidak mungkin gegabah untuk meninggal sekolah di jam pelajaran yang masih berlangsung. Yang ada dirinya pasti akan dimarahi sang ayah jika ketahuan membolos di jam pelajaran matematika.

Setelah 30 menit berkendara akhirnya dirinya sampai di sebuah hotel yang jaraknya lumayan jauh dari perkotaan, entah kenapa Devan meminta dirinya datang ke sini, yang pasti Kavi hanya ingin memberi pelajaran untuk Devan agar tak berani melukai teman baiknya.

Kavi bawa langkahnya untuk segera menemui Devan, pemuda sialan yang selalu mengganggu hari-harinya. Kavi bertanya pada resepsionis, kemudian sang resepsionis memberitahu dimana kamar pemuda menyebalkan itu.

Kavi menaiki lift menuju lantai yang diberitahu oleh resepsionis tadi. Jantungnya berdetak kencang, merasa sesuatu yang besar akan terjadi jika dirinya nekat menemui Devan sendirian namun dirinya juga khawatir pada Kenzi jika dirinya pergi bersama orang lain sekarang.

Akhirnya Kavi sampai di depan pintu kamar hotel yang Devan singgahi, tangannya dengan cepat mengetuk pintu itu tak lama orang seseorang keluar membukakan pintu tersebut untuknya.

“Lo?” pekik Kavi saat melihat siapa yang membukakan pintu untuknya.

“Hai? Masuk.” sapa pemuda itu sambil membuka pintu lebih lebar lagi.

Setelah Kavi benar-benar masuk pintu dikunci dari dalam. Instingnya menjadi waspada, dirinya tahu pasti ada jebakan yang telah menunggunya di dalam sini.

“Santai aja kali, lo bisa duduk dulu di situ.” tunjuk pemuda di belakangnya. Bukannya menurut Kavi malah terdiam di tempatnya.

“Lo itu emang sukanya di paksa ya?” tanpa diduga-duga tubuhnya diseret hingga terjatuh di atas kasur. Tangannya terasa sakit akibat tarikan yang tak main-main itu.

“Santai aja Sen, kasian pacar gue sampai kesakitan gitu.” ujar pemuda yang menjadi tujuan utama Kavi pergi kesana.

Seno mendelik tak suka, kemudian berpindah tempat. Menjauhkan diri dari tubuh Kavi yang setengah berbaring di kasur, Kavi menatap keduanya tak suka.

Into You |ᴶᵃᵏᵉᴴᵒᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang