Bagian 28

241 19 5
                                    

Akhirnya acara di hari kedua berakhir, bersamaan dengan matahari yang sebentar lagi juga akan terbenam digantikan oleh langit malam yang akan selalu disukai oleh beberapa orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya acara di hari kedua berakhir, bersamaan dengan matahari yang sebentar lagi juga akan terbenam digantikan oleh langit malam yang akan selalu disukai oleh beberapa orang.

Kavi salah satunya, sudah sejak tadi dirinya mendudukkan diri di hamparan pasir pantai yang putih. Sesekali dirinya akan melirik ke arah teman-temannya yang sedang asik bermain voli.

Tak ada sedikitpun ingin bergabung dengan mereka, Kavi hanya ingin menghabiskan waktu dengan menikmati senja yang tenang. Sesekali angin akan menerbangkan helaian rambut Kavi yang indah, dan tak jarang juga Kavi akan menutup mata karena hal itu.

‘Tuhan… tolong beri aku sedikit kebahagiaan.’ gumamnya dalam hati.

“Kenapa gak ikut gabung sama yang lain?” tanya seorang pemuda yang tiba-tiba saja berjongkok di sebelah Kavi.

“Gapapa, cuma pengen aja duduk disini sendirian. Lo sendiri? Kenapa ga ikut gabung sama yang lain?” tanya Kavi pada Reza, pemuda yang tiba-tiba saja menghampirinya barusan.

Reza terkekeh, “ini gue mau nyusul gabung sama yang lain, daripada lo disini mending ikut main voli sama yang lain.” ajak Reza, memang tak pantang menyerah sekali.

Kavi menggeleng kepala, “gue gak bisa main voli, lo duluan aja.” balas kavi sambil memeluk lututnya yang tertekuk.

“Ya udah kalau gitu, gue duluan ya, bye.” pamit Reza sambil berlari ke arah yang lain.

Kavi sedikit terkekeh, tumben sekali pemuda itu tidak memaksanya. Tapi baguslah karena dirinya benar-benar hanya ingin duduk terdiam seperti ini sampai malam menjemput.

“Sendirian?” lagi-lagi acaranya untuk melamun sambil menatap senja gagal. Kavi menoleh ke sumber suara yang tepat berada di belakang tubuhnya.

Melirik tak suka pada Jeff yang hanya menampilkan senyum tanpa rasa bersalah sedikitpun karena telah mengganggu acara santainya itu.

“Lo liat gue sama siapa lagi emang?” ketusnya sambil kembali mengarahkan pandangannya ke arah depan.

Jeff ikut mendudukkan dirinya di sebelah Kavi, ikut menatap hamparan ombak yang saling bersahut-sahutan dan senja yang menghiasi langit sore itu, benar-benar terlihat sangat indah di matanya.

Tapi Jeff hanya melihat itu sebentar, dirinya lebih suka memandangi pahatan indah Tuhan yang kini tepat berada di sebelahnya. Indah bahkan bukan lagi kata yang dapat menjabarkan seorang Kavi Pradipta.

Alisnya yang akan menukik ketika dirinya di jahili, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung dihiasi oleh tahi lalat dan jangan lupakan bibir manis yang akan selalu menjadi candunya sampai kapanpun.

Lantas kata apalagi yang harus diungkapkan sedangkan kata Indah saja tidak cukup untuk mewakili setiap hal yang berada di dalam diri pemuda di sebelahnya itu.

Into You |ᴶᵃᵏᵉᴴᵒᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang