Kepercayaan

89 9 3
                                    

Andri mengusap-usap kedua tangannya, hatinya benar-benar bimbang. Disatu sisi ada teman-temannya dan disisi lain ada ayahnya. Dirinya benar-benar dibuat bimbang akan keputusannya kali ini.

"Kau bilang ada perkumpulan para bocah sialan itu? Kenapa masih diam disini?!" Sentak Arga saat melihat sang putra masih duduk diruang makan sembari mengotak-atik ponselnya.

"Gak jadi." Sahut Andri ketus dan memilih beranjak kedalam kamarnya.

Arga tesenyum miring, dirinya melempar kan sebuah apel kepada Andri yang beruntung dengan sigap menangkap apel tersebut.

"Kau pikir kau bisa membohongiku? Andri Joana Grazel?" Tekan Arga.

Andri menghela nafas kasar, dirinya meremukkan apel ditangannya dan melemparkannya pada tempat sampah.

"Bukan urusanmu!!" Balasnya lalu kembali beranjak namun bukan menuju kamarnya melainkan keluar rumah.

Andri mengendarai motor sportnya tak tentu arah. Dirinya gundah dan merasa malu jika ingin berkumpul bersama teman-temannya dimarkas Aodra.

Setelah hampir satu jam hanya berjalan tak tentu arah, Andri akhirnya menghentikan motornya ditepi jalan. Dirinya berkali-kali mengusap dengan kasar wajahnya.

Tiba-tiba ada sebuah mobil sport berhenti disebelahnya membuatnya langsung siaga. Namun, dirinya dibuat terkejut saat ternyata itu adalah Bintang dan Angkasa yang baru saja kembali dari markas.

"Andri? Lo ngapain malem-malem begini disini? Udah kayak orang gak punya rumah lo!" Cerca Bintang.

Angkasa menyikut pelan perut sang adik membuat Bintang mendelik tajam.

"Gue barusan dari warung dan baru mau balik, sorry ya tadi nggak ikut ngumpul, gue ketiduran soalnya." Sahut Andri.

"Nggak papa, lagian nggak ada hal penting yang dibahas kok." Kata Angkasa.

Bintang mengernyit tidak suka saat Angkasa malah menyembunyikan rencana yang mereka bicarakan tadi dimarkas pada Andri. Dirinya hendak protes namun Angkasa dengan cepat berpamitan untuk pulang.

"Ya udah kalau gitu kita pulang dulu ya? Lo juga jangan kelayapan mulu besok sekolah. Bye!"

Angkasa segera menarik adiknya yang menggerutu kesal kedalan mobil, setelah mobil keduanya beranjak,  Andri menghela nafas gusar saat memahami tatapan Angkasa padanya.

"Sorry Sa, gue nggak bermaksud." Gumamnya lalu segera beranjak meninggalkan tempat itu.

"Lo kenapa nutupin semuanya dari Andri? Dia juga bagian dari Aodra!?" Sentak Bintang.

"Lo nggak bakal paham kalau gue jelasin sekarang, lo juga nggak bakal percaya sama semua omongan gue sekarang. Jadi, tunggu waktu yang tepat buat gue ungkap semuanya." Sahut Angkasa tetap tenang.

Bintang hanya melengos tak perduli, Angkasa sama seperti ayahnya yang selalu berbelit dan tidak to the point. Dirinya harus berusaha keras memikirkan jawabannya sendiri.

"Terserah!"

Angkasa menghela nafas kasar, adiknya sangat keras kepala, namun dirinya juga tidak mungkin mengatakannya secara gamblang karena belum tentu adiknya akan percaya.

Setelahnya hanya keheningan yang mengisi mobil mereka hingga tiba dipekarangan rumah. Diteras rumah terlihat Dio seperti tengah beradu mulut dengan seseorang.

Dua kembar segera berlari menyusul ayahnya saat terlihat orang asing itu memukul wajah ayahnya hingga membuatnya terpelanting kelantai.

"Woyy!!? Apa-apaan lo??!!" Teriak Bintang dan langsung menerjang orang asing itu hingga terpelanting.

Bintang dan Angkasa-nya                                         BROTERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang