Setelah satu minggu dirumah sakit, kini Bintang sudah kembali beraktifitas seperti biasanya. Pagi ini, ia terlihat tengah duduk anteng dikursi makan sembari memakan roti selai cokelat dan meminum susu cokelatnya.
"Bin, tumben udah siap sepagi ini?" Heran Dio.
"Bintang udah kangen sama sekolah Pa, kan seminggu gak sekolah, padahal baru sehari masuk." Sahut Bintang sembari tersenyum.
Dio tertegun, putranya masih bisa tersenyum setelah apa yang terjadi selama hampir 15 tahun hidupnya. Dio balas tersenyum sembari mengusap lembut surai putra bungsunya.
"Akhir pekan kita jalan-jalan, Papa juga mau refresing." Kata Dio.
"Wahh!!! Beneran Pa?! Kalau gitu ajak Angkasa ya?!" Kata Bintang antusias.
"Cuma Angkasa? Yang lain enggak?" Tanya Dio heran.
Bintang hanya tersenyum lebar kemudian kembali memakan rotinya. Sedangkan Dio menatap heran putra bungsunya yang sudah sangat dekat dengan Angkasa yang bahkan baru beberapa minggu bersama.
"Kok kamu bisa deket banget sih sama Angkasa? Padahal kalian baru ketemu loh." Kata Dio menyelidik.
"Gak tahu, kalau deket Angkasa kayak deket sama kakak." Sahut Bintang sembari tersenyum lebar hingga dua gigi kelincinya terlihat.
Dio tertegun, dia tidak pernah menyangka jika ikatan batin kedua putranya bisa sekuat ini. Dio memang pernah membaca pemahaman saudara kembar, yang mana mereka bisa merasakan antara satu sama lain. Tapi Dio tidak pernah menyangka jika kedua putranya juga akan seperti itu.
"Emm- ya udah lanjutin aja sarapannya, Papa mau mandi dulu." Kata Dio berlalu kekamarnya lagi.
Tidak lama kemudian terdengar klakson dan deru mobil dipekarangan rumah Bintang yang membuat remaja itu segera meraih tas punggungnya dan meneguk rakus susunya yang memang tinggal separuh.
"Pa!! Bintang berangkat dulu ya!!!" Pamitnya berteriak.
Sesampainya dihalaman, sudah ada 4 mobil terparkir rapi berjejer dengan semua penumpang yang berdiri bersender disetiap mobil.
"Hai cil!!! Udah siap sekolah?" Tanya Galen.
"Dasar Galon!! Lo mau mati?!" Bisik Mahen melihat wajah masam Bintang.
Angkasa terkekeh melihat wajah masam adiknya, dengan segera dia mendekati Bintang yang masih berdiri didepan gerbang sembari menatap tajam Galen.
"Udah siap? Ayo berangkat!" Ajak Angkasa.
"Udah!!! Let's go!!!" Sorak Bintang langsung berlari kemobil Angkasa.
Akhirnya mereka semua pun bergegas menjalankan mobil mereka meninggalkan rumah Bintang menuju sekolahan. Disepanjang jalan, dimobil Angkasa diisi oleh suara Bintang yang sangat bersemangat dihari keduanya bersekolah.
Angkasa dan Vino yang mendengarnya hanya tersenyum dengan sesekali menanggapi perkataan kelewat semangat Bintang.
"Kita sekelas gak?" Tanya Bintang saat mereka memasuki gedung sekolah.
"Sekelas, tenang aja. Kita terbagi di tiga kelas." Sahut Angkasa sembari tersenyum.
"Sekelas sama siapa aja?"
"Kita dikelas Xa, ada gue, lo, Leano, Skala sama Langit." Sahut Angkasa.
"Gue sama Mahen, Alvin dikelas Xb, sisanya dikelas Xc." Kata Vino menambahkan.
Bintang mengangguk-angguk dan keluar dari mobil setelah mobil Angkasa terparkir dengan apik diparkiran. Mereka langsung bergegas kekelas dengan diiringi teriakan-teriakan kagum dari para siswi disepanjang koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang dan Angkasa-nya BROTERSHIP
Roman pour AdolescentsDikala bintang yang harus terpisah dari angkasanya dan disanalah semuanya bermula Apapun akan dilakukan agar bintang tetap bisa bersama angkasa-nya, walau nyawa harus menjadi bayarannya Ini hanya sepengal kisah dua saudara kembar yang harus terpisah...