Seminggu telah berlalu, kini mereka semua tengah bersiap untuk masuk kejenjang sekolah yang lebih tinggi. Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka memilih menjadi 1 sekolah dengan alasan agar bisa menjaga Bintang.
Pagi ini, kedua belasnya, sudah siap didepan rumah Bintang dengan membawa 4 mobil. Mobol milik Skala, Langit, Andra dan Angkasa.
Mereka juga kini sudah dekat dengan Angkasa dan Vino walau terkadang akan sedikit canggung untuk memulai percakapan. Namun, seiring berjalannya waktu mereka semua menjadi terbiasa.
"Udah semua?" Intrupsi Langit kala melihat teman-temannya satu persatu.
"Bentar-bentar, kayaknya ada yang ketinggalan deh?" Kata Bintang sembari menggeledah isi tasnya.
Bintang menghentikan aksinya dan menyengir lebar kearah teman-temannya yang langsung menghela nafas kesal karena obat milik Bintang lah yang tertinggal.
"Den, Aden lupa bawa obatnya." Seruan dari salah seorang pelayan yang datang sembari membawa botol obat milik Bintang membuat para remaja disana menatap sinis kearah Bintang.
"Makasih Bi Ida, untung Bibi ingetin kalau gak mungkin bakal panjang ceritanya." Kekeh Bintang sembari meraih botol obatnya dan memasukannya kedalam tas.
"Bentar." Kata Angkasa mengambil botol obat itu.
Angkasa juga segera mengambil botol kosong disaku celananya dan menuangkan setengah dari obat dibotol Bintang kebotolnya.
"Buat jaga-jaga." Katanya sembari kembali menyerahkan botol obat milik Bintang.
"Ya udah, ayok berangkat. Siapa aja nih yang mau semobil sama gue? Berhubung ada 4 mobil jadi bagi sama rata, 3-3 permobil." Kata Langit.
"Gue mau dimobilnya Angkasa!" Kata Bintang langsung membuka pintu mobil dan duduk anteng didalamnya.
Yang lain segera berpencar, tanpa perlu disuruh mereka semua masuk kedalam mobil dan terbagi rata.
Mobil Langit, ada Langit, Alvin dan Hendra. Dimobil Skala, ada Skala, Andri dan Galen. Dimobil Andra, ada Andra, Kenzo dan Leano. Sedangkan dimobil Angkasa, ada Angkasa, Bintang dan Vino. Mereka segera menjalankan mobil masing-masing meninggalkan pekarangan rumah Bintang.
Sesampainya disekolah baru mereka, mereka langsung menjadi objek tontonan para anak-anak didik lainnya. Apalagi kala Angkasa, Langit, Skala dan Andra keluar dari kursi kemudi, keempatnya langsung mendapat sorakan histeris dari para kaum hawa.
Ditambah yang lain juga segera menyusul membuat suasana parkiran pagi itu menajdi sangat riuh hanya karena dua belas remaja yang akan menjadi murid baru disekolah itu.
"Ya ampun ketampanan gue langsung populer." Sombong Galen.
"Ke-PD an lo!" Sahut Hendra.
"Diem lo! Paling lo iri kan sama gue yang secara emang udah tamvan dari rahim?"
"Iya tampan, bahkan ketampanan lo nyamain tampannya monyet." Sahut Kenzo ketus.
"Sialan! Lo nyamain gue sama monyet?!" Kesal Galen.
"Gak ada yang ngomong lo sama kayak monyet tuh." Sahut Kenzo santai.
"Udah-udah! Berisik banget tau gak?!" Kesal Vino.
Mereka kemudian segera berjalan menuju tengah lapang. Angkasa dan Langit berjalan beriringan dengan Bintang ditengah mereka kemudian diikuti yang lain.
"Nah ini dia yang udah ditungguin dari tadi." Kata salah seorang kakak kelaa.
"Kak Bara?" Beo Bintang.
"Hai cil!! Ketemu lagi kita!" Kekeh Bara.
"Aaa!!!!! Bintang kangen kak Bara!!!" Sorak Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang dan Angkasa-nya BROTERSHIP
Fiksi RemajaDikala bintang yang harus terpisah dari angkasanya dan disanalah semuanya bermula Apapun akan dilakukan agar bintang tetap bisa bersama angkasa-nya, walau nyawa harus menjadi bayarannya Ini hanya sepengal kisah dua saudara kembar yang harus terpisah...