Lena mengusap wajahnya kasar kala membaca pesan yang dikirimkan sang putra. Dia benar-benar tak habis pikir dengan tindakan putranya yang benar-benar diluar nalar.
Maka tidak ada pilihan lain, Lena memilih menghubungi mantan suaminya agar mengaaasi putranya selagi dirinya belum bisa menyusul sang putra kekota.
Drrrtttt
Drrrrtttt
"Hallo?"
Lena terdiam, setelah 10 tahun lamanya ia tak mendengar suara mantan suaminya, ia jadi bimbang untuk mengutarakan maksud dirinya menghubungi. Terlebih ia takut jika sang mantan suami ternyata sudah menikah lagi.
"Hallo? Dengan siapa ya?"
"Lena."
Singkat, padat dan jelas. Namun kata itu mampu membungkam Dio yang sedari tadi bertanya diseberang telfon.
"Ekhm. Maaf, dengan ibu Lena mana ya?"
Lena berkaca-kaca kala mendengar suara Dio yang seolah tak mengenalinya. Dia menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan.
"Lena Quenka Sukmajaya, mantan istri kamu."
"Oh Lena? Kupikir siapa. Kenapa?"
Biasa. Tapi entah mengapa hal itu mampu membuat Lena benar-benar merasa bersalah mengingat keputusannya 10 tahun lalu.
"Aku mau titip anak kita kekamu, dia lagi ada di Jakarta buat nyusulin adiknya." Lena mengatakan tujuannya.
"Angkasa maksud kamu? Tapi kayak apa anaknya?"
"Nanti kukirim fotonya, cari dia dan pastiin kalau anak aku baik-baik aja disana sampai aku nyusul kesana."
"Ok. Kalau gitu aku tutup, ada rapat."
Tut
Tut
Tut
Lena menghela nafas berat sembari menahan kristal bening disudut kedua matanya agar tak jatuh.
Sedangkan Dio, dia menatap sendu pantulan jalanan kota Jakarta dari kaca jendela cafe tempat ia duduk sekarang. Dia baru saja selesai rapat dengan kolega penting dan tengah bersiap pulang sebelum kemudian mendapat telefon dari mantan istrinya.
"Len, kamu gak kasihan apa sama bungsu kita? Dia waktunya gak lama." Lirih Dio.
Dio menghela nafas berat kemudian bangkit dan bergegas meninggalkan area cafe. Pikirannya kini memikirkan perkataan mantan istrinya yang mengatakan jika putra sulungnya tengah dikota ini. Dio harus segera menemukannya.
Sesampainya dirumah, dia disuguhi pemandangan yang luar biasa mampu membuatnya tersenyum haru. Bagaimana tidak? Saat dia masuk kedalam rumah, dia mendapati teman-teman putranya tengah tertidur diruang tv.
"Oh Om Dio? Baru pulang Om?"
Suara seruan Langit yang membuyarkan lamunan Dio. Dia hanya mengangguk sembari tersenyum kemudian ikut mendudukan dirinya disamping remaja itu.
"Oh ya! Kalau kamu disini, yang temenin Bintang dikamar siapa?" Tanya Dio.
"Angkasa." Sahut Langit.
Dio terdiam, Langit yang menyadari jika pria paruh baya itu terdiam segera menoleh cepat.
"Langit gak tahu, itu Angkasa kembarannya Bintang atau Angkasa lain, karena Langit juga gak tahu gimana wajah kembarannya Bintang yang sekarang." Sela Langit cepat.
Dio tersenyum, dia akui jika temna-teman Bintang itu sangat menyayangi putranya. Bahkan tanpa sepengetahuannya, mereka mencoba mencari tahu tentang keberadaan putra sulungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang dan Angkasa-nya BROTERSHIP
Fiksi RemajaDikala bintang yang harus terpisah dari angkasanya dan disanalah semuanya bermula Apapun akan dilakukan agar bintang tetap bisa bersama angkasa-nya, walau nyawa harus menjadi bayarannya Ini hanya sepengal kisah dua saudara kembar yang harus terpisah...