Angkasa duduk tegap didepan ayahnya yang masih sibuk dengan laptop dan berkas-berkasnya.
Tadi, setelah selesai makan malam, Angkasa langsung masuk kedalam ruang kerja ayahnya untuk mendengarkan cerita tentang adik kembarnya, namun sudah hampir satu jam ayahnya masih belum selesai dengan pekerjaannya itu membuat Angkasa menghela nafas bosan.
"Pa, masih lama?"
Dio menghentikan ketikan dikeybordnya kemudian mendongak menatap sang putra. Dia jadi merasa bersalah melihat wajah bosan putranya yang sudah menunggunya sejak satu jam yang lalu.
"Sedikit lagi, maaf ya kamu nungguin Papanya lama." Kata Dio.
"Nggak papa Pa, kalau masih lama Angkasa mau kekamar dulu, mau ngecek adek udah minum obatnya apa belum." Kata Angkasa.
"Ya udah kamu cek aja dulu adek kamu, nanti kamu balik kesini Papa janji ini semua udah selesai."
Angkasa mengangguk lalu beranjak keluar dari ruangan kerja ayahnya itu. Angkasa menuju kamar sang adik karena dia tahu adiknya tidak mau tidur dikamarnya apalagi seharian ini dirinya hanya diam.
Sesampainya didepan pintu, Angkasa mengintip keadaan didalam kamar yang gelap, pintu itu tak tertutup rapat sehingga Angkasa bisa mengintip keadaan didalam kamar itu.
"Kenapa gelap sekali? Apa Bintang dikamarku?" Gumam Angkasa.
Dia hendak berbalik dan berjalan kearah kamarnya sebelum suara pukulan terdengar dari dalam kamar sang adik kemudian disusul suara jeritan tertahan.
Angkasa jadi waspada, dia meraih apapun yang ada disampingnya kemudian berjalan perlahan masuk kedalam kamar sang adik, sebelumnya dia sudah mengirimkan pesan pada sang ayah untuk menyusulnya, semoga sang ayah membaca pesan darinya.
Angkasa masuk kedalam kamar sang adik, keadaan kamar yang gelap membuat Angkasa sedikit kesulitan untuk melihat sekitar, tapi dapat Angkasa lihat jika didalam kamar itu tak ada siapapun.
Namun, perhatian Angkasa teralihkan kekamar mandi didalam kamar itu, ada suara gemericik air yang menetes kemudian terdengar lagi suara pukulan namun tanpa suara jeritan tertahan lagi.
Karena penasaran, Angkasa melangkah perlahan kearah kamar mandi, sayangnya pintu kamar mandi itu terkunci. Angkasa menghela nafas gusar, namun tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang, hampir saja Angkasa menjerit jika dia tak melihat ternyata ayahnya lah yang menepuk pundaknya.
Angkasa mendengus kesal, namun Dio tak menghiraukan itu melainkan merogoh kunci dari dalam saku celananya. Angkasa lupa, jika kamar Bintang semua kuncinya memiliki duplikat.
Dio membuka perlahan pintu kamar mandi itu, Angkasa mengikuti langkah ayahnya dari belakang dengan tetap waspada. Kamar mandi itu sunyi, tapi tak membuat Dio maupun Angkasa lengah, karena suara pukulan itu kembali terdengar dari arah bathup.
Dio melangkah perlahan menuju tirai yang menutupi bathup, ada bayangan seseorang tengah menekan-nekan sesuatu didalam bathup, air bathup itu penuh bahkan sampai tumpah-tumpah kelantai.
Dio melirik Angkasa yang masih berdiri dibelakangnya dengan tongkat basebal ditangannya.
Dio memberi isyarat pada sang putra untuk bersiap, kemudian dia dengan perlahan memegangi ujung tirai. Dio menghitung 1 sampai 3 dengan mulutnya.
1
2
3
Srekkkk
Dio maupun Angkasa membelalakan mata mereka kaget melihat apa yang ada dihadapan mereka. Dihapadan mereka, Bintang tengah berdiri disisi bathup dengan tangan kiri menekan kepala seseorang kedalam bathup kemudian tangan kanan memegang pisau kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang dan Angkasa-nya BROTERSHIP
Teen FictionDikala bintang yang harus terpisah dari angkasanya dan disanalah semuanya bermula Apapun akan dilakukan agar bintang tetap bisa bersama angkasa-nya, walau nyawa harus menjadi bayarannya Ini hanya sepengal kisah dua saudara kembar yang harus terpisah...