"Hiks... Bintang takut."
"Sttt.... Adek jangan nangis, kita sembunyi disini aja."
"Kakak, takut."
"Iya, kakak disini, jangan takut."
Dua anak kecil terlihat tengah bersembungi dibalik tumpukan kotak-kotak kayu yang entah berisi apa. Keduanya saling berpelukan guna menenangkan satu sama lain.
"Dimana kalian anak-anak? Jangan sembunyi-sembunyi dongk, Om Arga susah carinya."
Sisulung langsung membekap mulut adiknya yang masih terisak ketakutan. Walau ia sendiri juga ketakutan, tapi ia tak bisa berbuat banyak.
Orang yang mencari mereka mengerang frustasi saat tak menemukan kedua anak kecil yang ia culik tadi. Ia menendang kotak kayu hingga hampir mengenai kedua kakak beradik tadi membuat sisulung semakin membekap mulut adiknya dan mulutnya sendiri.
"Kalian mau keluar atau teman kalian ini jadi korban?"
Keduanya masih diam, mereka mengintip dari celah kotak dan terbelalak kaget saat melihat seorang yang mereka kenal tengah mengerang kesakitan disana.
"Sialan!! Kau brengsek!!"
"Ohh ayolah, kau mau mati saja masih bisa mengumpat." Kekeh Arga.
"Kau psikopat gila!!" Teriak orang itu.
"Uncle Jae." Gumam sisulung.
Sikecil menggeleng takut dan memeluk erat kakaknya. Namun, ia tetap mengintip kejadian didepannya. Bahkan saat sisulung tengah fokus menenangkan sibungsu.
"Lebih baik kau mati, kau benalu untukku!!"
"Mereka tidak akan jadi milikmu!!! Tidak akan!!!"
"Banyak omong!!! Mati saja kau!!!"
Jlebb
Jlebb
Jlebb
Jlebb
Jlebb
Sibungsu melebarkan kedua matanya saat sang paman dibunuh didepan matanya sendiri. Ia melihat bagaimana adik ibunya membunuh adiknya sendiri dengan pisau ditangannya.
"Ka-kau pem-bunuh Arga!" Kata Jae sebelum tersungkur kelantai.
Sisulung yang terkejut mendengar teriakan Arga segera menoleh dan terkejut mendapati paman mereka sudah tersungkur kelantai dengan darah mengalir dari tubuhnya.
Arga segera menendang tubuh adiknya dan pergi begitu saja. Tak lupa ia mengunci ruangan itu dan membuang kuncinya jauh.
Kedua saudara tadi segera merangkak keluar dari persembunyian mereka. Keduanya bergetar ketakutan saat melihat paman mereka bersimbah darah.
Jae yang menyadari kehadiran kedua ponakannya segera membuka mata. Ia tersenyum mendapati kedua keponakannya baik-baik saja.
"Angkasa, Bintang, baik-baik aja kan?" Tanyanya tersenggal.
Kedua bersaudara tadi mengangguk patah-patah. Jae segera menoleh kearah pintu dan memastikan jika Arga benar-benar pergi. Dia segera menghubungi Dio yang memang sudah menuju ketempat mereka.
"Ayah kalian sebentar lagi sampai, kalian jangan kemana-mana ya?" Kata Jae semakin lemah.
Dan tepat saat pintu didobrak paksa dari luar oleh polisi, Jae menghembuskan nafas terakhirnya sembari tersenyum karena kedua keponakannya baik-baik saja walau ia tahu pasti psikis mereka akan terguncang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang dan Angkasa-nya BROTERSHIP
Roman pour AdolescentsDikala bintang yang harus terpisah dari angkasanya dan disanalah semuanya bermula Apapun akan dilakukan agar bintang tetap bisa bersama angkasa-nya, walau nyawa harus menjadi bayarannya Ini hanya sepengal kisah dua saudara kembar yang harus terpisah...