Awal Cerita

255 22 5
                                    

"Aku mau minta cerai!!?"

"Ok kalau itu maumu, tapi anak-anak akan bersamaku!!"

"Angkasa akan ikut denganku!!"

"Tidak ada yang akan ikut denganmu!!!"

"Dia anakku!! Aku berhak atas mereka!!!"

Malam itu, pertengkaran hebat terjadi disebuah rumah mewah milik keluarga Branata. Pasangan suami istri itu terus bertengkar bahkan tidak menghiraukan kehadiran kedua putra mereka.

"Hiks.... Bintang takut." Isak anak kecil berumur 5 tahun.

"Stttt.... Tenang ya? Nanti dadanya sakit, gak papa kok, ada aku, gak akan ada yang nyakitin kamu." Sahut sang kembaran.

"Mama sama Papa kenapa?" Cicitnya bertanya.

"Angkasa gak tau, sekarang lebih baik kita tidur ya?" Ajak sang kembaran.

Keduanya kemudian berbaring diranjang, teriakan-teriakan kedua orang tuanya dilantai satu mulai mereda, namun tak membuat dua kembar itu memejamkan mata mereka.

Brakkk

Keduanya terlonjak kaget dan reflek langsung berpelukan, mereka menoleh kearah pintu kamar yang dibuka sedikit kasar oleh ibunya.

"Angkasa, ayo bangun. Kita pergi dari sini." Kata Lena-ibu mereka sembari menarik satu koper milik Angkasa dan memasukan pakaian putranya kedalamnya.

"Emangnya kita mau kemana Ma?" Heran Angkasa.

"Kita jalan-jalan, ayo cepat." Kata Lena.

"Sama Bintangkan Ma?" Tanya Angkasa lagi.

"Gak, cuma kita berdua, Bintang dirumah sama Papa." Sahut Lena.

"Tapi kenapa? Bintang kan juga mau ikut!" Sungut Bintang.

"Bintang masih sakit, jadi harus banyak istirahat, jangan bantah apa kata Mama." Kata Lena.

Kemudian, wanita paruh baya itu berjalan mendekati kedua putranya yang tengah duduk diujung ranjang. Dia menangkup kedua pipi bulat Bintang dan menatap mata bulat putranya.

"Dengerin Mama, selama Mama dan Angkasa gak ada Bintang harus patuh sama Papa, jangan ngebantah apapun yang Papa suruh." Nasihat Lena.

"Iya Ma." Sahut Bintang. Walau entah mengapa ia rasa ia dan kembarannya akan bepisah lama namun hanya ini kata yang mampu keluar dari mulutnya.

Lena tersenyum lalu segera bangkit dan menyeret kopernya menuju luar kamar, Angkasa juga bangkit namun langsung dicekal oleh Bintang.

"Jangan lama-lama." Cicitnya.

"Gak akan, paling 3 atau 5 hari, setelah itu pulang." Sahut Angkasa.

"Kamu harus nurut sama Papa, jangan sakit, aku gak mau kalau kamu sakit." Sambungnya.

Bintang hanya menunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Dia mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar.

Kemudian, keduanya segera menyusul sang ibu keluar, dilantai satu, tepatnya ruang tamu, semua barang-barang ibunya dan Angkasa sudah tertata rapi dan sedang diangkut kedalam taxsi.

"Ma, jangan lama-lama perginya ya?" Cicit Bintang.

Lena menatap sendu putra bungsunya, bukan maksud ia ingin menelantarkan putranya yang satu ini, tapi dia tidak mungkin membawanya bersamanya kala ia tahu kalau putranya itu mempunyai kelainan.

"Iya sayang, Mama sama Angkasa bakalan cepet pulang." Kata Lena sembari mengusak surai Bintang.

Sang ayah-Dio. Hanya menatap sendu ketiganya dari pintu ruang tengah, dia merutuki kebodohannya sendiri sehingga kini kedua putranya yang harus menanggung semuanya.

Bintang dan Angkasa-nya                                         BROTERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang