6

5K 415 4
                                    

Caine menghembuskan asap rokok ke udara, dia saat ini sedang duduk santai di halaman samping dengan pemandangan pantai.

Disampingnya ada mini table dengan sepiring bakwan jagung dan kopi hitam, sebenarnya caine tidak terlalu suka dengan kopi hitam. Tetapi karena dia tidak tidur selama dua hari ini jadi dia mengharuskan minum kopi hitam agar tidak merasa pusing.

Pikiran caine melayang, dia sudah berada di sini selama enam bulan. Dan tentu saja itu membuat hubungannya dengan yang lain semakin dekat, apalagi perlakuan caine yang lemah lembut.

Saat ini dia menyandang status wakil ketua dari TNF , membuatnya harus lebih ekstra menjaga diri saat diluar rumah. Selama ini juga dia masih terus mencari saudara serta papa nya, tetapi belum ada kemajuan yang membuat keluhan tersendiri di benaknya.

Suara langkah kaki membuat caine menoleh, ternyata Rion yang saat ini sedang menghampirinya. Rion mendudukkan dirinya di kursi disamping caine yang terhalang oleh meja mini.

"Wih, bakwan jagung nih". Rion langsung mengambil bakwa itu tanpa menoleh ke caine. Caine yang melihat itu hanya geleng geleng kepala, dia sudah mulai terbiasa dengan sikap rion yang agak berubah itu.

"Caine makan caine". Rion mengangkat bakwan ditangannya tepat di depan wajah caine.

"Makan saja rion, aku sudah kenyang". Rion yang mendengar itu menganggukkan kepalanya.

"MAMIII!!!".

"Uhuk uhuk uhuk". Rion terbatuk saat ia tersedak gorengan karena mendengar teriakan seseorang.
Caine langsung menyondorkan kopi miliknya ke arah rion karena hanya ada kopi saja di atas meja.

Rion tanpa babibubebo langsung  meneguk habis kopi itu sebelum menyemburkannya lagi.

"A yak, rion!". Pekik caine saat melihat rion menyemburkan kopi itu.

Mia yang baru saja datang tertawa julid melihat sang papi.

"Caine ini kopi apa huh? Pahit sekali, bahkan lebih pahit dari pada omongan souta". Ujar rion menunjuk ke arah cangkir diatas meja.

Caine menghela nafas dia memijat pangkal hidungnya.

"BHUHAHAHAAH BAPAK HAHAHA, NGAKAK BANGET WOI HAHAHA". Pecah sudah tawa mia.

"Diem dek". Rion menatap Mia dengan tatapan tajam. Mia langsung kincep.

"Ada apa? Kenapa mia teriak teriak kayak tadi hm?". Caine bertanya pada Mia.

"Mami, keluar yok". Mia merengek sambil mengoyangkan lengan caine.

"Tidak". Bukan caine yang bersuara tetapi Rion yang saat ini menatap mia errr dingin.

"KENAPA!?". Mia menghentakkan kakinya.

"Kota sedang siaga 2, ada perang antara RED MOON dan pihak kepolisian". Rion menjentikkan pelan jarinya ke kening mia.

Di sini aku mutusin buat fraksi yg gk ada di rp, biar beda aja gitu.

"Huaaaa, terus gimana dong. Mia mau jalan huhu". Rengekan mia keluarkan, membuat Caine menghela nafas.

"Baik, kita keluar. Mia ambil perlengkapan, lebih baik menyediakan payung sebelum hujan". Caine mengelus rambut putih mia, mia mengangguk kemudian masuk kembali ke dalam untuk siap siap.

"Tapi diluar bahaya caine, yang ada kalian malah memberi nyawa cuma cuma pada malaikat maut". Rion berujar dengan mulut yang kembali mengunyah bakwan.

"Tenang saja rion, aku bakal jamin semuanya baik baik aja". Caine menepuk bahu rion sebentar.

[END] CAINE  CHANA     |rioncaine|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang