TYPO TANDAI.
Caine memasuki mansion sambil melepas sarung tangannya,yang lainnya tadi ia suruh untuk mengerjakan sesuatu, souta yang melihat sang mami pulangpun segera menghampirinya dengan antusias.
"Mami". Souta menyapa caine membuat caine tersenyum.
"Halo souta". Caine mengelus surai anak itu.
"Mami udah makan?". Souta menarik tangan caine untuk duduk di sofa.
"Udah tadi,souta gimana? Oh iya,kak gin sama oma shina mana?". Caine melihat sekeliling.
"Kak gin sama oma shina lagi di gazebo belakang, lagi ngobrol".Souta memainkan jari jari caine.
"Terus kenapa souta disini?, kenapa gk gabung sama mereka?". Caine menatap jari jarinya yang tengah dimainin oleh souta.
"Uh, mereka lagi bahas papi. Souta males dengernya". Souta menyandarkan tubuhnya disandaran sofa.
"Souta gk boleh gitu". Caine menyentil dahi souta pelan.
"Huh salahkan papi nah". Ujar souta sambil memalingkan wajahnya kesamping.
"Anak ini". Caine menggeleng gelengkan kepalanya.
Dreet...dreett
Ponsel caine berdering, caine mengambil ponselnya dan melihat bahwa itu nama sui. Caine menggeser ikon hijau untuk menjawab.
"Halo?".
"Caine uhuk uhuk---". Diseberang terdengar suara batuk sui.
"Ada apa denganmu sui?". Caine mengeryit bingung.
"Caine, tolongin anak anak caine uhuk---uhuk. Rion, rion diluar kendali -uhuk- ". Sui berujar dengan susah payah.
Netra caine melebar, sial rion mengamuk pasti karena pertemuan tadi.
"Aku kesana". Caine segera mematikan teleponnya, menatap souta kemudian mengelus surai itu. Dengan cepat berlari keluar rumah, meninggalkan souta yang masih menatapnya bingung.
.
.
Rion menatap datar riji yang terduduk bersandar di dinding dengan pisau yang menancap diperut riji. Ada mako juga yang sudah menutup matanya, Echi dan mia menutup mulut mereka untuk menahan isakan mereka, mereka ketakutan. Sedangkan sisanya hanya menatap kosong pada rion. Walaupun mereka mafia, mereka di didik dengan ketat tapi jika melihat bagaimana kejamnya rion mereka tetap takut.
"Dimana sui?". Rion bertanya datar, menatap riji dingin.
"Uhuk, dia sudah lari". Riji berujar susah payah.
"Kalian, apakah kalian memandangku enteng? Apakah kalian menganggapku sudah tidak ada? Haruskah ku perlihatkan bagaimana ARION MIKAZUKI KENZO?". Rion menatap mereka satu persatu.
"Lalu dimana gin? Apakah dia ingin menyerah sekarang?". Rion melanjutkan pertanyaannya.
"Gin menghilang 3 hari lalu tuan, kami telah mencarinya tapi belum menemukannya. Takutnya ini ulah musuh". Glen membuka suara menjawab pertanyaan rion.
"HAHAHAHA, TAK BERGUNA. KALIAN TAK BERGUNA SIALAN". Rion melempar pisau yang berada ditangannya dengan asal, pisau itu hampir mengenai elya.
"ARION MIKAZUKI KENZO". Suara geram seseorang membuat mereka menoleh.
Disana, dipintu utama caine tengah berdiri dengan wajah merah penuh emosi, netra emas yang berkaca kaca karena melihat keadaan anak anak yang seperti ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] CAINE CHANA |rioncaine|
FanfictionTentu akan ada perselihan walaupun kamu mencegah agar itu tak terjadi, setidaknya nyawa dibalas nyawa dan diakhiri dengan penglengseran pemimpin.