7

4.5K 448 10
                                    

Baru chap 7 sih, tapi gk papa lah sekali sekali hahahaha, oke lanjut.BTW nih ye, votenya kok gitu tah😭 pilih kasih klean masa yang banyak cmn pas lgi ada actionnya😭.Au ah males, tapi jgn dipaksa kalo ndk mau ndk pp.

"CAINE!".  Teriak Rion saat melihat Caine langsung jatuh berlutut dihadapannya, dua tembakan tepat mengenai caine.

Satu tembakan diperut dan satu di punggung, dalam benaknya rion mengumpat dengan amarah miliknya.

Matanya mengkilat ke unguan dengan tajam penuh emosi.

"JACKSON LUI KAU BENAR BENAR INGIN MATI RUPANYA". Teriak rion dengan tangan mengepal penuh dendam, benjolan urat terlihat di leher Rion.

"Kau, kau beraninya kau menyakiti orang yang slalu ingin ku lindungi jack". Rion mengedarkan pandangannya ke arah gedung yang berlawanan.

"Rupanya kalian ingin bermain main denganku huh". Rion berjalan ke arah caine, mengangkat tubuh yang tak sadarkan diri itu.

Setelahnya ia melangkah menuju ke arah mobil, berhenti di depan jack, menatap sesaat ke arah pria itu dengan aura tak mengenakkan.

Rion lanjut menuju mobil, mendudukkan caine di samping Mia yang saat ini  menangis dengan tubuh gemetar. Rion tak memperdulikan itu, ia hanya fokus melepas atasan caine. Melihat bagaimana darah keluar begitu deras lewat luka itu.

"Tekan lukanya, jangan sampai darah mengalir terus". Nada suara Rion terdengar tak bersahabat kali ini, ini lebih dingin ketimbang auranya yang dulu.

"I-iya hiks". Mia dengan tangan gemetar yang mendingin menutup luka caine dengan telapak tangannya, menekan luka itu guna agar darah tak banyak keluar.

Rion menatap tepat dimata mia, sedangkan mia yamg melihat tatapan rion pun ketakutan.

"Tidak ada toleransi lagi". Suara itu, suara yang amat dingin dan tak bernada.

Rion mengambil sebuah senjata M280, senjata sniper dengan peluru panjang 10cm. Rion segera mengarahkan ke salah satu gedung, mengunakan scope x4 dapat langsung melihat seseorang di atas gedung itu. Dapat rion lihat, orang itupun sedang bersiap menarik pelatuknya.

"Tidak akan ku biarkan kau menarik pelatuk sialan mu itu". Ujar rion, bidikannya tepat mengarah ke arah scope milik lawannya yang mana tepat ke arah mata lawannya itu.

"Shot".  Pelatuk rion tarik dan---

Syut~

"Done". Peluru milik rion mengenai scope lalu kemata si lawan yang masih membidiknya, peluru itu pun langsung mengenai otak si lawan membuatnya langsung tumbang.

Kembali rion arahkan senjatanya ke arah gedung yang berlawanan dari gedung sebelumnya. Kali ini rion akan membidik kepalanya, insting rion cukup tajam omong omong jadi saat satu peluru menuju ke arahnya dia masih sempat menghindar dan  hanya menghasilkan goresan dalam dilengan miliknya.

"Oke mari selesaikan ini dan membawa caine ke rumah sakit". Rion langsung membidik tepat dikepala sang lawan dan.

Syut~

Headshot

Jack ya tau bahwa anak bayangannya sudah di kalahkan oleh rionpun memundurkan langkahnya, tetapi kalah cepat oleh rion yang langsung menembak kembali kakinya membuatnya langsung terjatuh ke tanah.

"Keluar dan bawah si brengsek itu ke ruang bawah tanah". Ujar rion dengan sedikit keras.

Dua orang dengan pakaian hitam serta topeng tengkorak keluar dari persembunyian mereka, dipunggung mereka terdapat AK7 dan katana.

"Baik, tuan". Ujar mereka bersamaan sebelum menyeret jack yang sibuk memberontak mengeluarkan segala umpatannya.

"TUNGGU SAJA RION, ANAK ANAK BUAHKU AKAN MEMBUNUHMU". Teriak jack tak terima.

"Coba saja". Uajr rion dingin kemudian mengeluarkan HT miliknya.

"Rion masuk radio". Ujar rion dingin.

"Masuk".

"Berontak dan cari Anak R.M bawah ke mansion di ruang bawah tanah. Jika polisi tidak dapat dikondisikan maka lawan".

"Siap pak".

"Siap".

"Siap menuju tujuan".

Segala sautan terdengar di HT.

Rion segera menyimpan senjata miliknya kemudian masuk ke posisi kemudi, dia menoleh ke belakang melihat mia yang masih menangis dengan caine yang sedikit membuka matanya.

Dipinggir bibir Caine terdapat darah yang keluar akibat jolakan darah yang berada di perutnya, membuatnya muntah darah yang mana membuat mia semakin histeris dan rion yang bergetar akibat panik.

"S-sttt, no ja-jangan me-menangis mia hah, ma-mami baik baik aja ugh-". Kembali satu teguk darah dimuntahkan oleh caine.

Rion semakin mempercepat mobilnya menuju ke arah rumah sakit.

"Bertahan ku mohon bertahan caine, bertahan untukku jika bukan untukku maka untuk anak anak". Batin rion dengan tangan yang semakin bergetar.

Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai di rumah sakit, rion segera mengendong caine masuk ke dalam. Tak perduli jika darah caine mengotori bajunya, bahkan di punggung caine lukanya sibuk meneteskan darah yang mana mengotori lantai.

"DOKTER TOLONG, TO- TOLONG DOK". teriak rion, membuat semua perawat yang tidak ada agenda segera membantu membawa brankar.

Rion merebahkan caine ke brankar dan para perawat langsung mendorongnya menuju ruang UGD. Dengan Satu dokter bersurai merah menaiki brankar caine, duduk tepat di atas perut caine dan melakukan CPR, masker oksigen penanganan pertama diberikan ke caine.

"Satu...satu.. dua----".

"Siapkan semua, pasien tak dapat menunggu lama. Pasien harus operasi". Para perawat yang mendengar itu segera membantu dokter menyiapkan segala Alat operasi.

Mia dan Rion masih mengikuti mereka dari belakang, entah kenapa kali ini rion merasa bahwa ruang UGD terasa jauh. Biasanya dekat.

"Lakukan apapun asalkan dia bisa selamat, jika tidak kalian ku habisi". Ujar rion.

Dokter bersurai merah itu menoleh kebelakang, menatap laki laki yang saat ini ikut berlari di belakang brankar bersama satu gadis remaja yang tengah menangis dan pakaian mereka terlihat errr cukup berantakan.

"Mengancam dokter termasuk dalam kriminal pak, anda bisa saya laporkan atas tuduhan pengancaman". Mendengar itu rion hanya acuh dengan wajah datar.

Akhirnya mereka sampai ke Ruangan UGD. Rion dan mia menatap caine yang sudah dibawah masuk ke dalam ruangan.

"Hiks mami hiks maaf hiks". Gumam mia dengan mata yang sudah bengkak akibat menangis, mia melihat ke arah tangannya dimana darah caine masih ada di sana.

Rion memeluk tubuh ringkih sang anak, mengelus punggung yang tengah menyalahkan diri itu.

"Syutt, no itu bukan salah dedek".

Mia masih terus menangis, membalas pelukan rion dengan erat.

"Riji masuk, lapor pak tugas sudah diselesaikan". Suara Riji terdengar di HT.

"Datang ke rumah sakit". Rion membalas laporan riji.

"Siapa yang masuk rumah sakit pi?". Kali ini suara echi yang terdengar.

"Datang dan lihat sendiri, tapi yang masih dalam transaksi lanjutkan saja dulu".

"Baik". Saut mereka bersamaan.

Tbc.

MOHON MAAF KALO ADA KURANGNYA YA ADN GK MASUK ALURNYA.

Pendek ya action nya? Kurang menantang kan?, tapi tenang masih banyak lagi bhuhahaha, di otakku udah penuh dengan action. Tapi maaf ye tak kasih bumbu bumbu bawang merah dulu, biar makin enak.

Btw mau sad ending atau happy end? Bhuahahahah ( tertawa jahat).

[END] CAINE  CHANA     |rioncaine|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang