OKE GUYS, KARENA AKU SUDAH MELIHAT HASIL PILIHAN KALIAN AKUPUN TELAH MEMUTUSKAN UNTUK MENGAMBIL BEBERAPA UNTUK DI GABUNGKAN.
lanjut.
Anak anak yang lain telah kembali dari rumah sakit, meninggalkan riji dan mako yang dijaga oleh kekasihnya riji dan juga mia. Saat mereka sampai dimansion mereka disambut oleh pintu yang terbuka dan juga ruang tamu yang berantakan.
Tatapan mereka menatap rion yang tertidur disamping caine yang memiliki dua sekang ditangan kiri dan kanannya, untung saja sofa itu cukup besar untuk menampung 2 orang.
"Ikut denganku, kita akan membahas sesuatu". Sui mengajak mereka ke ruang rapat, agar tak menganggu keduanya.
Merekapun menganggu dan mengikuti sui dari belakang menyisakan echi yang hanya diam di tempatnya, echi tak beranjak dari tempatnya. Dengan ragu ia mulai mendekati kedua orang tuanya itu.
Tatapannya menatap perut caine yang diperban dan dua selang yang menyambung ditangan caine.
"Mami kalah kah?". Echi bergumam lirih, menatap keduanya dengan sedih.
Caine membuka matanya saat merasakan keberadaan seseorang didekatnya dan rion, saat menatap keatas dia menatap wajah echi yang terlihat layu.
"Echi".
"Mami". Echi berlutut disamping sofa tepat didepan wajah caine, dengan ragu dia memindahkan tangan rion yang menimpa perut caine, untung gk kena lukanya.
"Gimana riji sama mako?sui juga gimana?". Caine menatap wajah anak gadisnya dengan senyuman menenangkan.
"Mereka baik baik aja mi, terus ini mami kenapa bisa begini?". Echi menunjuk luka caine.
"Ini kena pisaunya papimu, tapi lupa kalo pisau itu ada racunnya. Untung aja papimu ada penawarnya hahaha". Caine tertawa kecil.
"Jangan tertawa". Suara serak seseorang membuat mereka menoleh ke arah rion yang sudah membuka matanya saat echi memindahkan tangannya.
"Papi kenapa jahat sama mami, mami gk pernah jahatin kita". Echi menatap rion marah.
"Udah chi, ini juga salahku kok bukan rion aja". Caine mengelus surai ungu milik echi.
"Maafin papi chi". Rion meminta maaf dengan menatap wajah marah echi.
"Maafmu gk diterima". Echi memalingkan wajahnya kesamping.
"Maafin papi chi, papi tau kalian kecewa sama papi karena papi gk membuka pikiran papi. Maaf ya". Rion kembali berujar, echi mengepalkan tangannya sedangkan caine tersenyum.
"Echi, papi udah minta maaf loh. Echi gk mau maafin?". Caine mengelus kembali surai echi.
"Gk, aku gk mau". Echi masih bersi keras untuk menolak.
"Berarti echi juga gk maafin aku?". Caine bertanya dengan ekspresi sedih membuat echi langsung menatap sang mami.
"Bukan gitu mi, kalo mami memang gk ada salah tapi papi yang salah". Echi mengenggam tangan caine yang dipakaikan infus.
"Kalo echi gk maaf papi berarti echi juga gk maafin caine, karena disini tuh yang paling bersalah adalah aku sendiri". Caine balas mengenggam tangan echi.
"Baiklah, aku maafin papi. Ikhlas karena mami bhuhahahaha". Echi tertawa garing membuat caine tertawa kecil sedangkan rion menatap keduanya datar.
.
.
"Kita akan mulai menyerang, si sialan itu tidak bisa dibiarkan untuk bertindak. Karena dia bisa mengacaukan rencana kita". Imbran menatap anak buahnya dengan bengis saat mengingat pesan masuk beberapa hari lalu.
"Tuan, di 3 arah telah diambil alih orang Bendera biru. Bagaimana dengan rencana kita?". Seseorang bertanya pelan.
"Lakukan saja sesuatu rencana awal, jika kalian bertemu dua bocah kenzo itu, tangkap mereka".
"BAIK TUAN".
.
.
Drttt drrttt
Ponsel caine berdering, rion mengeluarkan ponsel itu dan menatap nama yang tertera.
'EMOSIAN'.
"Ponselmu caine". Rion memberikan ponselnya dan caine menerima dengan baik, caine segera mengangkat telepon itu.
"Ada apa?". Caine bertanya pada orang disebelah.
"....".
"APA!!". Caine langsung mendudukkan dirinya, meringis sebentar kemudian menatap rion dengan terkejut.
"Ada apa caine?". Rion menatap caine bingung.
"Baik, siapkan semuanya". Caine mematikan telepon kemudian menatap rion dengan cepat.
"Siapkan semua rion, kita akan perang hari ini". Caine mencabut kedua sslang ditangannya, dengan cepat dia berdiri.
"Apa maksudmu caine?". Rion ikut berdiri dengan cepat.
"Siapkan cepat, kita tidak punya waktu. Bagian timur telah di deteksi ada pergerakan musuh". Caine mengambil sebuah botol obat, mengeluarkan satu pil dan meminumnya tanpa air.
Rion langsung mengintrupsi anak anak yang berada di dapur, sedangkan caine mulai merasakan obat itu bekerja. Lukanya tak sakit lagi.
Caine menelpon yuki, dan mengatakan untuk mengantar katana dan peralatan nya yang lain. Dan memberi perintah untuk menghubungi aliansi agar segera bersiap.
Caine menatap rion dan lainnya yang telah siap.
"Pasang selalu radio kalian, dengarkan intrupsiku dan rion. Untuk anak bayangan akan maju terdepan, kalian tetap bersama kami. Akan ada beberapa aliansinyang akan membantu kita dibelakang maupun didepan. Ingat!! Utamakan radio, jika ada apa apa langsung open radio oke". Caine memasang vest anti pelurunya begitu pun yang lain."Siap!". Mereka berujar serentak, membuat caine menatap mereka bangga.
"SPONTAN".
"UHUYYYY".
Tbc.
AWOWOKWOWKWOWOWKOWKWOSKWOWKS, RASAIN KLEAN.
Satu part lagi😝😝😝😝 HAYO RASAIN, PENDEK KAN KAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] CAINE CHANA |rioncaine|
FanfictionTentu akan ada perselihan walaupun kamu mencegah agar itu tak terjadi, setidaknya nyawa dibalas nyawa dan diakhiri dengan penglengseran pemimpin.