15

4.4K 398 14
                                    

TYPO MAAP YE GESSS MAKLUMIN

Caine menggoyangkan  pelan gelas yang tengah ia pegang, tatapannya jatuh ke arah sekumpulan orang dilantai satu yang tengah berjoget ria.

Sebuah seringai tipis ia keluarkan, kemudian meneguk habis cairan yang berada dalam gelas kecil di tangannya.

Tatapannya bergulir, menatap seseorang yang baru masuk dari pintu depan bar. Perawakan yang tak beda jauh dari rion itu membuat caine melebarkan seringainnya.

Orang tersebut berjalan kearah tangga menuju lantai dua dan menghampiri caine yang tengah duduk dimeja tepat disamping pagar pembatas.

"Caine chana?". Suara berat orang itu membuat caine berdiri membalas jabatan tangan orang dihadapannya ini.

"Oh, makomi ya?". Makomi mengangguk, kemudian duduk dikursi tepat dihadapan caine.

"Kamu mirip kekasihku tuan caine". Makomi menatap gelas yang sempat caine dorong kearahnya.

"Hahaha, ya bisa dibilang begitu. Darah yang mengalir didalam tubuhlah buktinya". Caine berujar dengan senyum tipis dan tatapan yang kembali mengarah ke lantai satu.

"Oh!, apa dia kakakmu?". Makomi menopang dagunya dan mengikuti arah pandangan caine.

"Ya, tepatnya kakak sepupuku. Hanya berbeda beberapa bulan saja".

Makomi mengangguk kemudian kembali memusatkan pandangan kearah caine.

"Jadi, ingin membicarakan apa tuan caine?". Makomi bertanya sambil tersenyum, membuat caine merotasi matanya.

"Kenapa dunia begitu sempit?". Batin caine.

"Aku ingin bekerja sama denganmu makomi". Caine menyandarkan tubuhnya.

Senyum makomi bertambah lebar, dengan cepat ia menegakkan tubuhnya.

"Tentu, apapun untuk anda-----".

.

.

.

Jaki, lebih tepatnya pria bermarga Chen dengan surai khas pink dengan tingkah unik dan suara yang tak kalah lembut.

Jaki menatap hamparan pantai dengan pandangan kosong, beberapa kenyataan menamparnya kembali membuat rasa sempit dan sesak hinggap di hatinya.

"Sungguh inikah takdirku?". Gumaman lirih terdengar.

"Jaki?". Panggilan itu membuat jaki menoleh, dibelakangnya pria bersurai ungu yang akhir akhir ini selalu bersamanya berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Exu?".

Exu mendekat, mendudukkan dirinya disamping pria bersurai pink itu.

"Ada apa? Kenapa melamun disini?". Exu bertanya dengan pandangan yang sama.

"Aku sepertinya akan meminta izin pada grandpa dan papi untuk keluar negeri lagi ex". Jaki mengepalkan tangannya, exu yang mendengar itu segera menolehkan kepalanya.

"Ada apa? Ceritakan padaku, ada masalah apa sampai kau ingin pergi?". Exu melipat kedua tangannya di dada menatap jaki dengan tatapan menuntut. Keheningan melanda keduanya, setelah beberapa menit kemudian jaki menjawab...

"Sepertinya aku terlambat----".

.

.

Seorang pria paruh baya tengah berdiri di depan meja kerjanya dengan tangan yang mengenggam sebuah berkas.

Kerutan didahinya semakin terlihat tat kala ia membaca satu baris akhir berkas itu.

"Arion kenzo mikazuki dan Caine Chana?".

"Tuan". Seorang pria memakai topeng memberi hormat pada sang tuan.

"Ada apa?". Sang tuan bertanya tanpa menoleh.

"Saya telah menemukan tempat tinggal Tuan Noe juga Tuan muda mirae dan ini----".Pria bertopeng itu kemudian mengeluarkan sebuah  amplop coklat dan menaruhnya di atas meja sang tuan.

"Apa ini?". Pria tadi atau bisa kita sebut saja james jourgan mengambil amplop itu.

"Surat dari Aisnith----".

.

.

Setengah satu tengah malam, ketika saat kediaman Kenzo tengah hening karena mereka sedang dalam aktivitas masing masing padahal mereka semua tengah berada di satu ruangan yang sama dan membuat mereka tak mengeluarkan suara mereka.

"Aiya Rion, aku tidak mabuk hik". Suara merengek seseorang membuat mereka sontak menoleh.

Terlihat Rion dan Caine yang tengah berdebat dengan caine yang digendong oleh rion di punggungnya.

"Diam caine, kau bahkan tak mengenalku tadi". Rion berujar dengan kesal.

"Hik lepas hik". Caine memberontak membuat rion oleng kebelakang tetapi untung saja seseorang menahan punggung caine membuat rion kembali tegak.

"Huh hati hati pi".

"Oh jaki?". Rion menatap jaki yang tadi membantunya dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa pi?". Jaki mengusap tenguknya yang tiba tiba terasa dingin.

"Dari mana?".

"Hik terlihat seperti Guava hik". Caine menunjuk kearah jaki membuat rion dan jaki mengkerut.

"Oh papi, kak jaki tadi bersamaku. Kami dari pantai". Exu masuk sambil menenteng sebuah kresek.

"Hik seperti Ubi hik". Caine menunjuk ke arah Exu, tangan sebelahnya memeluk kepala rion.

Semua orang menghela nafas, sepertinya caine mabuk berat.

Tanpa mereka sadari bahwa seseorang tengah mengepalkan tangannya dengan urat yang menonjol keluar.

Tbc.

Helo gess, hehe maap upnya jam segini huhu baru keinget kalo ada cerita wee.

[END] CAINE  CHANA     |rioncaine|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang