Bab 3

584 5 0
                                    

Vote & Komen.

Happy Reading
*
*
*
*

Tok! tok! tok!

Ketokan di pintu mengalihkan perhatian kami yang ada di kelas.

Gue yang tadi membaca Buku, mengalihkan perhatian gue ke pintu setelah mendengar ketokan. Mata gue seketika melotot setelah melihat Adam berdiri di depan pintu yang terbuka dengan ekspresi wajah datar.

"Permisi Bu Isma, maaf mengganggu waktunya," ucap Adam sopan lalu berjalan masuk ke dalam kelas gue menuju meja Bu Isma.

"Iya tidak apa-apa Adam, ada keperluan dengan saya atau gimana?" tanya Bu Isma.

"Bukan keperluan sama ibu tapi sama murid ibu yang ada di dalam kelas ini," jawab Adam membuat gue bersembunyi di belakang Riska. Riska yang melihat gue sembunyi di belakangnya mengernyitkan dahinya.

"Lo kenapa sih ca? Ngapain sembunyi?" tanya Riska.

"Sst, Udah lo jangan berisik, lo jangan liatin gue," Jawab gue sembari mengintip untuk melihat apakah adam melihat ke tempat gue apa gak. Gue bernafas lega setelah mengetahui ternyata Adam gak melihat ke tempat gue sama Riska.

Gue memberi kode agar Riska gak menoleh ke belakang. Riska yang mengerti kembali mengarahkan pandangannya ke depan.

"Murid saya yang mana Adam?" tanya Bu Isma.

"Murid ibu yang tengah bersembunyi di belakang temannya," ujar Adam sembari menunjuk ke arah Riska. Karena mendengar perkataan Adam, sontak saja semua teman-teman kelas gue melihat ke tempat gue sembunyi, yakni di belakang Riska.

Gue yang mendengar ucapan adam seketika kaget.

"Mampus gue, kok dia bisa tau gue sembunyi di belakang Riska?" batin gue bertanya-tanya.

Bu Isma mengikuti arah telunjuk adam yang ternyata mengarah ke Riska.

"Riska, siapa yang bersembunyi di belakang kamu?" tanya buk isma yang seketika membuat tubuh Riska tampak menegang. Semua teman-teman gue hanya diam tanpa ada yang ikut campur.

"..."

"Jawab Riska, atau saya ke bangku kamu untuk tau siapa yang bersembunyi di balakang kamu? Tapi setelah saya tau kamu keluar dari kelas pelajaran saya," ucap ibu Isma dengan tegas yang seketika membuat Riska panik. Terbukti dari gerak tubuhnya yang gelisah.

"..."

"Baik saya kesana," ucap ibu Isma berdiri dari kursinya setelah tidak juga mendapatkan jawaban dari Riska.

"Ocha buk," jawab Riska cepat karena panik melihat buk Isma berdiri dari kursinya.

"Sorry ca, gue gabisa bantu," Ucap Riska dengan wajah pucat menoleh ke gue.

"Ocha, berdiri kamu dan maju ke depan," Suruh bu Isma dengan nada suara sedikit lebih tinggi.

Gue pun berdiri dan maju ke depan, gue menatap nyalang ke arah adam.

Gue berdiri di depan buk isma dengan wajah yang menunduk.

"Ocha, kenapa kamu bisa ada di kelas? Sedangkan kata teman-teman kamu, kamu tidak hadir saat saya absen tadi," tanya buk Isma.

"Saya masuk diam-diam bu," jawab gue dengan suara pelan, malah mirip seperti gumaman.

"Gak sopan kamu ya!" Ucap bu Isma dengan nada suara marah.

"Terus kenapa Adam cari kamu ke kelas?" Sambung buk isma. Bodohnya bukannya menjawab pertanyaan bu Isma gue hanya diam dan masih dalam keadaan kepala menunduk.

"Dia telat buk, dan ketika saya ingin memberi hukuman dia kabur," Jawab Adam setelah tidak mendengar apapun dari mulut gue.

"Benar apa yang di katakan Adam Ocha?" Tanya bu Isma.

"Benar buk," gumam gue.

"Adam kamu bawa Ocha dan berikan hukuman yang setimpal," ujar bu Isma yang bikin gue kaget dan mengangkat kepala gue yang tadi menunduk.

"Ayo Ocha ikut saya," ujar Adam dengan wajah seperti meledek.

Adam berjalan di belakang gue, setelah jauh dari kelas gue berhenti dan membalikkan badan gue ke arah adam, segera ngeluarin unek-unek gue yang gue tahan dari tadi.

"Nyebelin banget sih lo, gara-gara lo ya gue jadi buruk di mata buk isma, dan gara-gara lo gue jadi malu sama temen-temen gue," ucap gue dengan nada kesal dan dengan dada yang naik turun menandakan gue lagi emosi.

"Udah ngocehnya?" tanya adam.

"Udah," jawab gue ketus.

"lanjutin jalannya, ke lapangan."

"Ngapain sih ke lapangan?" tanya gue dengan nada kesal.

"Kalau lo protes lagi, hukuman lo gue tambah."

"Lo yang ben-."

"Ok gue tambah."

"Iya , iya gue berhenti protes, puas lo!" Ucap gue lalu lanjut jalan lagi dengan kaki yang gue hentak-hentakkan ke tanah.

"Lucu."
.
.
.
.
Akhirnya kami sampai juga di lapangan, gue melihat ke arah adam.

"Kita udah di lapangan, trus ngapain?" tanya gue ke adam.

"Hormat tiang bendera, sampai bel istirahat bunyi."

"Gila lo ya, matahari lagi terik-teriknya dan lo nyuruh gue hormat bendera? Kulit gue bisa gosongg," ucap gue gak terima dengan hukuman yang adam berikan.

"Ok, sampai bel pulang," Ucap adam yang bikin mata gue melotot.

"Iya, iya sampai bel istirahat, gue hormat ni puas lo," ucap gue sambil menghormat ke tiang bendera.

****

Menerima Kritik & Saran.

Ketos nyebelin (on going)Where stories live. Discover now