0.9

292 37 12
                                    

Jinyoung menatap wajah Hyunjin yang terbaring di ranjang, tangannya perlahan mengusap lembut surai hitam anaknya. Raut wajahnya penuh penyesalan, sendu terpancar di setiap garis wajahnya.

Pandangan Jinyoung jatuh pada tangan Hyunjin. Di sana, bekas luka bakar terlihat samar, dan luka sayatan menggores pergelangan tangan. Luka-luka yang selama ini tersembunyi di balik lengan panjang, menandakan seberapa dalam penderitaan yang Hyunjin coba sembunyikan.

"Maaf," bisik Jinyoung, suaranya serak menahan emosi. "Seharusnya Ayah nemuin kamu sejak lama."

Tangannya bergetar saat merogoh saku jas putihnya, merasakan dering telepon yang mengingatkannya pada dunia luar yang tetap berputar, meski hatinya terasa hancur.

"Ya, ya, saya ke sana sekarang," jawab Jinyoung singkat, berusaha keras menjaga profesionalitasnya di tengah badai emosi yang menerpa hatinya. Setiap kata terasa berat, seolah mengandung beban penyesalan yang tak terucap.

Begitu Jinyoung meninggalkan ruangan, bulir bening air mata jatuh dari kelopak mata Hyunjin, membasahi bantal tempatnya berbaring. Ia mengulum bibirnya, menahan isak yang nyaris pecah, sebelum akhirnya menutup wajahnya dengan lengannya. Dalam kegelapan yang ia ciptakan, Hyunjin berusaha menyingkirkan semua rasa sakit yang melanda jiwanya.

Semenjak tadi, ia sudah sadar. Namun, Hyunjin memilih untuk berpura-pura tidur, menghindari kenyataan yang menyakitkan. Rasa enggan membayangi pikirannya, membuatnya merasa tak siap untuk menghadapi Ayahnya setelah dua tahun terpisah. Setiap detik berlalu seperti sebuah siksaan, menambah berat beban di dadanya. Kesedihan dan kerinduan bercampur aduk, membentuk sebuah kesedihan yang tak terucapkan, terkurung dalam hening yang menyakitkan.

"Hyunjin hari ini juga nggak masuk les piano?" Jisoo menyapu rambutnya ke belakang dengan ekspresi kesal yang tak bisa disembunyikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hyunjin hari ini juga nggak masuk les piano?" Jisoo menyapu rambutnya ke belakang dengan ekspresi kesal yang tak bisa disembunyikan.

"Kenapa?" tanya Suho, penasaran dengan nada suaranya yang tidak biasa.

"Yaudah, nanti biar aku urus," jawab Jisoo tegas, memutus sambungan telepon dan melempar ponselnya ke atas sofa. Meskipun mereka sudah berada di villa untuk liburan, pikirannya terganggu oleh kabar dari guru les yang mengabarkan bahwa Hyunjin tak datang selama dua hari.

"Anak itu bolos les lagi."

"Anak itu? Hyunjin maksudnya?" Suho bertanya, seolah tidak percaya.

Jisoo tak menjawab, melainkan langsung duduk di sofa sambil melipat tangan di atas dada, menunjukkan ketidakpeduliannya.

"Hyunjin anak kamu, nggak sepantasnya kamu kayak gitu. Bisa aja Hyunjin lagi capek. Kita aja liburan, jadi biarin Hyunjin istirahat."

"Kamu itu nggak ngerti," balas Jisoo sinis, merasa Suho tidak memahami beratnya situasi yang dihadapinya.

"Suya..." panggil Suho lembut, berusaha menenangkan dengan menggenggam tangan Jisoo dan memberikan senyuman manis. Namun, kebahagiaan sejenak itu segera pupus ketika ponsel Jisoo kembali berbunyi.

Hug Me, Love Me || Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang